Nasib Penjahit Tradisional di Medan, Semakin Lesu Dihantam Bisnis Pakaian Jadi

Nasib Penjahit Tradisional di Medan, Semakin Lesu Dihantam Bisnis Pakaian Jadi

Kartika Sari - detikSumut
Jumat, 28 Apr 2023 22:00 WIB
Penjahit saat menyelesaikan orderan jahitan di Kota Medan. (Foto: Kartika Sari)
Penjahit saat menyelesaikan orderan jahitan di Kota Medan. (Foto: Kartika Sari)
Medan -

Orderan jasa jahit tradisional di Pasar Ikan Lama, Kota Medan kini tak sejaya dulu. Setelah dihantam pandemi, para penjahit ini belum mendapatkan orderan dengan kondisi normal.

Uci, Penjahit Pajak Ikan Lama ini sudah berjualan selama 10 tahun. Ia bercerita bahwa kini hanya dapat menerima orderan 1-2 pakaian dalam seminggu. Padahal, dulu ia mampu mendapat 2-3 orderan baju setiap harinya.

"Sebelum pandemi kita tiap hari ada saja orderan masuk entah 5-6 orang, pas pandemi kita sempat tutup karena tidak ada masuk orderan, kan pesta tidak ada. Jahitnya di rumah lah, itu pun hanya rombak-rombak aja karena tidak ada orderan. Kalau sekarang seminggu sekali," ungkap Uci kepada detikSumut, Jumat (28/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya terdampak pandemi, namun Uci harus pasrah dengan adanya tren gaun jadi dengan harga yang lebih murah.

"Orang-orang sekarang beranggapan bagus beli jadi, daripada jahit yang lebih cantik dan murah tapi kan tidak sesuai selera. Susah sih sebetulnya, karena sekarang orang lebih suka beli jadi, makanya tidak ada perubahan banyak setelah pandemi," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Uci menyebutkan bahwa setelah pandemi, orderan hanya naik 30 persen. Ia menyebut saat ini usaha jahit tradisional semakin banyak ditinggali pelanggan.

"Kalau sama mereka pasti meningkat tapi yang sama kami tukang jahit justru merosot. Saingannya ke perusahaan baju jadi, kami kalahnya di situ. Tapi yasudahlah kan pelanggan yang punya uang, tapi kalau mereka mau pakai model tertentu, mereka pasti jahit custom misalnya untuk pengantin atau keluarga mempelai," tutur Uci.

Selain itu, Uci juga menyebutkan harga bahan baku kain juga terus melesat namun ongkos jahit tak dapat ia naikkan.

"Kalau ongkos jahit kita naikkan, pelanggan nanti enggak mau balik lagi. Yaudahlah untung tipis asal mereka langganan sama kita," kata Uci.

Berdasarkan pantauan detikSumut, kondisi kios-kios di Pasar Ikan Lama ini tampak cukup sepi, tak terlalu banyak pembeli hilir mudik di lorong tersebut.

Ada beberapa kios yang tutup dan jarang beroperasi. Uci menyebutkan bahwa beberapa kios ini tak mampu bertahan lantaran bahan baku kain dan juga upah yang naik serta ongkos sewa kios yang ikut naik menjadi penyebabnya.

"Ada juga yang udah tidak buka, ada yang kadang buka kadang enggak. Alasannya ini karena sepi usaha jahitnya. Udah mahal kainnya, dia naikkan upah jahitnya ya larinya pembelinya. Terus juga sewa kios juga naik sekarang Rp 20 juta setahun, sebelum pandemi Rp 15 juta. Ya tapi mau gimana lagi kan," pungkasnya.

Di tempat terpisah, beberapa masyarakat ternyata kini lebih menyukai tren kebaya ataupun gaun jadi yang banyak berseliweran di toko online. Beberapa di antara mereka menyebutkan lebih praktis dengan biaya terjangkau.

"Kalau sekarang lebih enak beli di online shop, banyak modelnya terus kalau ukuran kan tinggal kita cocokkan aja. Terus kalau harga bisa kita cari sesuai budget kan," tutur Icha, warga Medan.

Icha menyebutkan bahwa dulunya ia merupakan pelanggan untuk jahit baju di sekitar rumahnya. Namun, lantaran biaya yang ia keluarkan cukup banyak, ia pun mulai beralih ke pakaian jadi.

"Dulu aku langganan sama tukang jahit dekat rumah. Tapi kok kayaknya banyak biaya juga, beli kainnya, ongkos jahitnya, belum lagi pernak-pernik lain. Ya sekarang udah jarang lah, lebaran aja kita beli one set yang udah jadi di Shopee," pungkasnya.




(dhm/dhm)


Hide Ads