Kisah Hanna Keraf, Berdayakan UMKM Melalui Bisnis Anyaman

Kisah Hanna Keraf, Berdayakan UMKM Melalui Bisnis Anyaman

Kartika Sari - detikSumut
Sabtu, 04 Mar 2023 16:08 WIB
Hanna Keraf, pelaku ekonomi kreatif asal NTT.
Hanna Keraf, pelaku ekonomi kreatif asal NTT. (Foto: Kartika Sari/detikSumut)
Medan - Hanna Keraf punya cara jitu untuk berbisnis namun berdampak kepada masyarakat sekitar. Melalui usahanya yang diberi nama Duanyam, dia memberdayakan UMKM di NTT untuk memasarkan produk secara digital.

Sejak berdiri pada tahun 2014, Duanyam, perusahaan souvernir yang didirikan Hanna dan kedua temannya kini sudah melatih 1400 ibu-ibu di NTT untuk menganyam serat menjadi aneka pernak-pernik anyaman.

"Perusahaan kami model sosial yang membantu ibu-ibu. Kalau enggak ada dampak sosial, kami enggak ada. Kita memastikan bahan baku serat alam selalu ada dipakai ibu-ibu. Di NTT kita pakai pohon lontar," ungkap Hanna saat mengisi acara di OPPO Creativepreneur Corner 2023: Powered by BNI di Medan Internasional Convention Centre, Sabtu (4/3/2023).

Hanna dan timnya membangun jejaringan Duanyam dengan memperkenalkan desain produk yang beragam. Ia juga memastikan kualitas selalu diutamakan walaupun dalam pemesanan satuan atau dalam jumlah besar.

"Jaringan yang dimiliki membantu memperkenalkan desain produk, tidak berubah 100 persen tapi kalau pesan 10 keranjang atau 1000 keranjang harus kualitasnya sama. Duanyam bukan perkenalkan barang baru tapi sistem. Kita bangun rantai pasar mulai dari pohon lontar, gudang hingga pasar nasional dan global," tuturnya.

Berkat konsistensinya, Hanna berhasil mendapatkan investor pertamanya pada tahun ketiga dan berlanjut hingga saat ini.
"Kita investasi pertama tahun ke 3 kemudian masuk lagi tahun ke 4. Walaupun secara legal masih abu abu untuk sosial enterprise, kita punya social enterprise incubator. Tidak sedikit perusahaan dengan social preneur ini bubar namun Duanyam dapat bertahan hingga saat ini," kata Hanna.

Hanna menyebutkan bahwa untuk dapat mempertahankan bisnis khususnya bagi para pelaku UMKM harus memperhatikan pencatatan keuangan secara konsisten.

"Kalau UMKM mikro yang dasarnya itu laporan keuangan. Ternyata itu isu paling penting, UMKM nggak punya pencatatan keuangan yang detil dan disiplin. Pada saat awal merintis, sistem 2013 kita masih gunakan pulpen dan kertas untuk pencatatan mulai produk hingga keluar masuk keuangan. Bayangkan risiko error-nya sangat besar. 2018 kami merasa ini diubah dengan perlahan memperkenalkan gadget kepada para ibu-ibu disana," jelasnya.

Tak hanya itu, Hanna juga menyebutkan bahwa dalam produksi produk-produk Duanyam, ia mengakui awalnya ia jarang menggunakan produk anyaman. Namun, ia melihat peluang besar produk anyam untuk dijual ke pasaran.

"Jangan produksi apa yang menurut kita bagus. Saya tidak terlalu menggunakan produk anyaman tapi saya melihat demandnya besar di luar sana. Lihat pasar untuk menentukan demand kita. Produk kerajinan tangan yaitu desain produk bukan hanya untuk diterima di pasar tapi bisa diterjemahkan kepada masyarakat, lalu ibu-ibu bisa buat produk yang diterima pasar," kata Hanna.

Produk-produk Duanyam pun kini mulai banyak dilirik baik dari pasar nasional hingga pasar mancanegara. Bahkan, aneka produk Duanyam pernah terpilih menjadi Official Merchandise Asean Games 2018.

"Perjalanan Duanyam tahun 2018 ini Official marchandise Asean Games. Dari yang 1000 produk sebulan kini jadi 10000 produk. Kami internal Duanyam memastikan kualitas produk tetap terjaga," ucapnya.

Sementara itu, Hanna juga memastikan agar bisnis anyaman ini tak hanya berhenti di pengrajin ini tak hanya berhenti di kalangan dewasa saja, namun juga di kalangan anak muda.

"Kita masukkan kurikulum menganyam di SMK agar mereka sadar kalau nggak bisa kuliah, mereka bisa menganyam untuk ditabung untuk melanjutkan kuliah," kata Hanna.

Selain bergelut dalam dunia bisnis, Hanna juga memberikan tanggung jawab sosialnya dengan memberikan 300 beasiswa dan juga kegiatan sosial untuk menurunkan stunting di NTT.


(dpw/dpw)


Hide Ads