Cerita Perempuan di Jambi Berdayakan IRT Sulap Daun Pandan Jadi Tas Cantik

Cerita Perempuan di Jambi Berdayakan IRT Sulap Daun Pandan Jadi Tas Cantik

Dimas Sanjaya - detikSumut
Minggu, 05 Feb 2023 19:30 WIB
Pengrajin tas anyaman di Jambi
Deny Moroyati bersama tas anyaman daun pandannya. (Dimas Sanjaya/detikSumut)
Jambi -

Di halaman teras rumah berukuran 3x2, tiga ibu-ibu rumah tangga di Thehok, Kota Jambi dengan tekun menganyam daun pandan yang sudah dikeringkan. Anyaman pandan disulap para ibu-ibu yang kompak memakai kaus seragam itu menjadi tas cantik bernilai seni tinggi.

Tas anyaman pandan yang berasal dari serat alam dan bahan ramah lingkungan tersebut dibuat dengan campuran unsur muatan lokal Jambi, dan mampu bersaing dengan tas kekinian.

Tiga ibu-ibu itu, merupakan penganyam atau mitra kerja binaan Deny Moroyati. Perempuan yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu, sejak 2018 mulai punya ketertarikan dengan usaha tas anyaman pandan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berawal usaha yang kami lakukan ini dari hobi. Sejak kuliah saya sudah suka seni. Dan keluarga saya suka seni. Saya juga suka sesuatu yang bersifat etnik dengan kebudayaan," ungkap Deny Moroyati, Minggu (5/2/2023).

Dari ketertarikannya di dunia seni itu, ia bahkan rela keluar dari perusahaan swasta di bidang perkayuan, untuk fokus mengembangkan usaha tas anyaman pandan ini. Dari 2018 ia mulai belajar teknik anyaman, bahkan Deny mengaku sampai belajar sampai ke tanah Jawa atau tepatnya di Yogyakarta. Setelah lihai menganyam, dirinya pulang ke Jambi untuk mengajak ibu-ibu di Jambi belajar menganyam.

ADVERTISEMENT

"Kami mulai fokus usaha itu, malah dari 2020, kami buka usaha dengan nama Gallery d'moroy," tuturnya.

Ia memilih bahan baku daun pandan, karena di daerah Tangkit, Muaro Jambi banyak tumbuh daun pandan hutan. Dari situ ia memanfaatkan daun pandan tersebut. Proses dari pandan hijau menjadi tas bernilai itu bahkan punya waktu yang panjang.

Pertama daun pandan dibersihkan kemudian daun pandan di raut dan dipotong-potong sesuai ukuran lalu direbus hingga layu kurang lebih 40 menit.

Setelah itu direndam dulu selama 2 hari kemudian baru dijemur sampai kering, hingga menimbulkan warna keputihan setelah itu baru diraut kembali. Selanjutnya disisip sedemikian rupa bahan daun pandan yang sudah disisip, baru bisa dilakukan penganyaman.

"Kalau untuk menganyam saja bisa sampai 10 hari jika dikerjakan satu orang, tapi kami saat ini sudah punya mitra, dari mulai yang mengambil daun pandan, penganyam, dan orang yang melalukan proses penyelesaian seperti memberikan hiasan dalam tas," sebutnya.

Deny mengatakan semua mitra yang membantu proses pembuatan tas anyaman ini dibagi menjadi tupoksi masing-masing. Ibu-ibu di Desa Tangkit, Muaro Jambi misalnya dibagi menjadi dua tim untuk mengerjakan tugas masing-masing. Ada tim yang hanya mencari serta memotong pandan-pandan hutan, dan tim yang membuat anyaman. Lalu diwarnai oleh tim yang berada di Kota Jambi, dan dianyam hingga proses penyelesaian. Semua proses itu dilakukan handmade.

"Pembagian tim itu mempersingkat waktu penganyaman. Jadi berdayakan yang di Desa Tangkit, Muaro Jambi, lalu saat di tangan penganyam di Kota Jambi tinggal proses penyelesaian. Ini bisa persingkat waktu anyaman menjadi 3-4 hari," jelas Deny.

Baca selengkapnya di halaman berikutnya...

Deny menyebut saat ini ada 6 mitra yang sudah bisa menganyam dan menjadi mitra kerja di Gallery d"moroy. Sampai kini, kata Deny, dirinya masih menerima ibu-ibu yang tinggal di sekitar rumahnya untuk belajar menganyam bersama.

"Kami terima ibu-ibu yang mau belajar menganyam. Saya di sini terbuka untuk siapa saja yang mau belajar, dan bisa menjadi mitra kami," katanya.

Dalam sebulan ia bahkan bisa membuat puluhan tas, atau sesuai pesanan. Anyaman yang dibuat Deny dan ibu-ibu mitra penganyam dapat ditemukan di galeri d'moroy yang terletak di RT 14, Kelurahan Thehok, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi. Dapat pula dilihat melalui akun Instagram-nya d'moroy. Harga produk anyaman itu dimulai dari Rp 250 ribu hingga Rp. 700 ribu.

"Harga tas yang kami pasarkan itu, sesuai dengan ukuran, tingkat kesulitan, dan hiasan yang ada di tas anyaman pandan itu sendiri," jelasnya.

Pengrajin tas anyaman di JambiPengrajin tas anyaman di Jambi Foto: Dimas Sanjaya/detikSumut

Unsur Muatan Lokal Jambi

Dalam tas anyaman d'moroy, Deny menghiasi muatan-mutan lokal Jambi. Mulai dari batik motif Jambi, dan perhiasan Sebalik Sumpah dari Suku Anak Dalam (SAD) Jambi. Ada pula tas anyaman yang dihiasi kain batik dari berbagai daerah di Jambi. Kain itu dibentuk menyerupai Angso Duo dan bunga.

Tas yang memiliki hiasan kain batik, dinamakan 'Bungo Rampai', yang memiliki filosofi keberagaman. Dimana, Deny sebagai pengkarya ingin menyampaikan pesan untuk keragaman dan perbedaan yang melebur menjadi kebersamaan.

Selain hiasan, pewarna yang dipakai di tas tersebut juga pewarna alami, yang dapat mudah ditemukan di Kawasan Jambi sekitarnya. Seperti dari serat daun sirih, daun ketapang, daun alpukat, dan lainnya.

Tembus Pasar Nasional dan Pasar Ekspor

Di tahun 2020, Deny Moroyati mulai memasarkan produk tas anyaman pandannya. Kerajinan tangannya itu mulai digemari pasal lokal, hingga pasar nasional. Ia memasarkan di media sosial, dan mengikuti berbagai ajang pameran dari tingkat pemerintah daerah Jambi hingga Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

"Dari beberapa pameran yang didampingi pemerintah dan binaan perusahaan swasta, kami kenal jaringan orang-orang yang membantu pemasaran produk," sebut Deny.

Ia mengatakan dengan membuka d'moroy sejumlah orang dapat diberdayakan. Harapannya, akan lebih banyak lagi orang yang merasakan manfaat ekonomi dengan UMKM itu. Produk anyamannya sudah sampai berbagai provinsi, yakni DKI Jakarta, Sumatera Barat, Manado, dan lainnya. Bahkan produknya sudah sampai luar negeri, seperti Singapura dan Amerika Serikat. Deny optimis produknya akan dikenal di berbagai negara luar.

"Selama ini untuk pasar luar, baru sebatas ada yang beli sama kami terus dijual ke masyarakat luar. Target kami di 2023 ini kami bisa ekspor pasar luar (negeri)," sebutnya.

Target itu bukan hal mustahil bagi Deny, dari pandan lokal yang dianyam ibu-ibu di halaman teras menjadi produk yang dipakai masyarakat global.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Guru di Jambi Minta Maaf Seusai Viralkan Jembatan Rusak "
[Gambas:Video 20detik]
(nkm/nkm)


Hide Ads