Asa Yusup di Tengah Anjloknya Harga Daun Pandan

Kabupaten Pangandaran

Asa Yusup di Tengah Anjloknya Harga Daun Pandan

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Sabtu, 15 Mar 2025 06:30 WIB
Yusuf petani daun pandan di Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran
Yusuf petani daun pandan di Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran (Foto: Aldi Nur Fadillah/detikJabar)
Pangandaran -

Terik panas matahari sempat membakar tubuh Yusup saat tiba di rumahnya membawa keranjang berisi daun pandan. Pria 56 tahun asal Cimerak, Pangandaran itu tetap menyimpan asa di tengah anjloknya harga daun pandan.

Yusup merupakan satu dari sekian petani daun pandan di Pangandaran. Di pertengahan bulan Ramadan, kepala Yusup dibebani pikiran harga daun pandan yang sedang mengalami penurunan harga jual.

Meski demikian, Yusup hampir setiap hari menyusuri kebun pandan yang lokasinya tak jauh dari Pantai Legokjawa. Daun pandan sendiri sudah menjadi sumber penghidupan Yusup selama 20 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Yusup bukan sebagai pemilik lahan melainkan membeli daun pandan dari pemilik kebun sebelum mengolahnya. Ia mengumpulkan daun pandan sejak pagi, lalu kembali ke rumah sekitar pukul 10.00 WIB untuk memulai proses pembersihan.

Duri-duri tajam pada daun harus dibuang terlebih dahulu sebelum dipotong dan dikeringkan agar siap dijual. Dalam sepekan, ia hanya bisa menjual hasil panennya sekali.

ADVERTISEMENT

"Saya mencari dan mengolah daun pandan ini untuk dijual lagi ke pengepul. Daun pandan ini akan dikirim ke luar daerah untuk dijadikan bahan kerajinan," ujar Yusup, Jumat (14/3/2025).

Menurutnya, daun pandan yang dicari saat ini semakin sedikit. Terlebih kondisi kebun pandan yang mulai tidak terlalu menarik perhatian warga setempat.

Sehingga hasil yang didapat Yusup kini semakin sedikit. Dalam sehari, ia hanya mampu menghasilkan sekitar 8 kilogram daun pandan kering, jauh dari harapan para petani yang ingin meningkatkan pendapatan mereka. Apalagi, harga jualnya terus merosot. Jika dulu bisa mencapai Rp 10 ribu per kilogram, kini hanya dihargai Rp 5 ribu.

Penurunan harga ini menjadi pukulan berat bagi petani pandan di wilayahnya. Proses pengolahan yang melelahkan mulai dari memanen, menjemur, hingga mengemas sering kali tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Terlebih saat bulan Ramadan, di mana tenaga lebih cepat terkuras akibat berpuasa.

"Kalau puasa begini, badan lemas, tapi mau bagaimana lagi? Kami butuh penghasilan," ucapnya.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Yusup tetap bertahan dan berharap harga pandan bisa kembali stabil. Bagi dirinya dan petani lain, bertani bukan hanya sekadar mata pencaharian, tetapi juga bentuk ketekunan dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

"Yang penting tetap semangat," ujarnya dengan senyum.




(dir/dir)


Hide Ads