Harga Kacang Kedelai Sumut Naik, Stok Impor Menipis

Harga Kacang Kedelai Sumut Naik, Stok Impor Menipis

Kartika Sari - detikSumut
Kamis, 11 Agu 2022 07:00 WIB
Kenaikan harga kacang kedelai berdampak pada pengusaha tahu di wilayah Indonesia. Di Sumatera Barat, pengusaha tahu mengaku produksinya terkendala bahan baku.
Ilustrasi pengolahan kedelai. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Medan -

Harga kacang kedelai di Sumatera Utara (Sumut) tercatat mengalami kenaikan harga hari ini. Adapun kenaikan harga kacang kedelai eks impor ini mencapai Rp 14 ribuan dari rata-rata kota IHK.

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, Rabu (10/8/2022), harga kedelai tertinggi berada di Karo seharga Rp 18 ribu per kg Dan terendah berada di daerah Simalungun seharga Rp 12 ribuan.

Kenaikan harga ini dipicu dengan semakin menipisnya stok kedelai impor yang kini tersisa sebanyak 27.860 ton yang berasal dari Amerika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari data Balai Karantina Belawan selama bulan Juli 2022, stok impor yang masuk dari Belawan sebanyak 27.860 ton, sedangkan konsumsi Sumut rata-rata 14-15 ribu ton per bulan," ungkap Kabid Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Disperindag Sumut Barita Sihite kepada detikSumut, Rabu (10/8/2022).

Dikatakan Barita, kondisi stok kedelai yang kian menipis dikhawatirkan akan semakin membuat bahan baku tempe ini terus membumbung tinggi. Diketahui, hingga saat ini pasokan kedelai impor masih terganggu.

ADVERTISEMENT

"Kedelai ini sekarang kita masih relatif. Tapi kondisi kita ini tergantung dari luar negeri, ini sekarang yang jadi masalah. Untuk konsumsi gandum dan kedelai ini kita tidak mandiri, mungkin hanya 10-20 persen bisa kita supply untuk kebutuhan kita, jadi memang sangat tergantung dari luar," tuturnya.

Hingga saat ini, Barita mengatakan sedang melakukan monitoring sembari menunggu arahan dari pemerintah pusat. Barita juga mengatakan akan ada kemungkinan harga kedelai impor terus merangkak naik.

"Kita akan lihat ini arahan dari Menteri pertanian dan perdagangan untuk bisa jadi patokan lah terutama yang dari provinsi, apa yang langkah yang harus dibuat kedepannya yang mungkin akan bisa lebih memburuk walaupun hari ini sudah ada kenaikan tapi masih relatif aman. Ini kita wanti lah, berdoalah kita ini jangan seperti minyak goreng," jelas Barita.

Terkait hal ini, Barita berharap ada segera gebrakan dari pemerintah pusat agar Indonesia khususnya Sumut mampu dapat memproduksi kedelai agar tidak terlalu bergantung dengan kedelai impor.

"Sekarang petani ini berhitung untuk setiap cost produksi. Perlu ada sinergitas agar petani mendapat insentif lah supaya petani ini mau menanam agar kita tidak tergantung dengan impor," pungkasnya.




(bpa/bpa)


Hide Ads