Menjelang lebaran Idul Fitri tahun 2022 ini, permintaan daging sapi di Palembang, Sumatera Selatan, semakin meningkat. Akibatnya, harga daging sapi menjadi naik.
Salah satu pedagang, Aflatun, membenarkan akan kenaikan tersebut. Menurutnya, naiknya harga daging itu dikarenakan euforia masyarakat yang begitu tinggi karena sudah dua tahun belakangan kemeriahan lebaran Idul Fitri terhalang oleh virus Corona.
"Pada dasarnya naik karena permintaan masyarakat yang tinggi. Apalagi kan ini adalah lebaran perdana setelah dua tahun terakhir dilarangnya mudik karena Corona. Jadi karena euforia inilah yang membuat antusias masyarakat untuk membeli daging pun semakin tinggi," ungkap Aflatun kepada wartawan, Kamis (28/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan harga daging sapi ini mulai terjadi sepekan setelah memasuki bulan Ramadan. Dimana biasa diketahui harga daging sapi segar di pasar tradisional tersebut hanya berkisar Rp110.000 per kilogram.
"Iya ini memang harga langsung dari agen. Jadi, memang modalnya sudah tinggi. Harganya bisa terus naik, bisa saja tembus Rp200.000 per kilogram besok atau lusa," tuturnya.
Sementara itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel menyebut kenaikan harga daging sapi di Sumsel tersebut yakni murni terjadi karena faktor permintaan menjelang lebaran.
"Semakin tinggi permintaan semakin tinggi juga harganya. Karenanya, kami meminta agar masyarakat membeli daging sapi sesuai kebutuhan saja. Intinya harga ini naik juga dampak dari psikologi masyarakat dalam menyambut lebaran tahun ini," kata Ruzuan Effendi dikonfirmasi terpisah.
Akan tetapi, dia menegaskan jika stok daging sapi di Sumsel dalam kondisi aman dan mencukupi. Ruzuan berharap agar harga daging sapi saat ini sudah maksimal dan tidak ada permainan harga di lapangan.
"Harganya tinggi bukan karena tidak ada stok, malah stoknya banyak dan melimpah. Hanya saja ada sebagian pedagang yang tertarik untuk menaikkan harga karena permintaan tinggi di tingkat konsumen. Harapan kita harga tidak semakin melambung. Bahkan jangan sampai tembus Rp200.000 per kilogram. Karena tentu akan membuat konsumen merasa berat," imbuhnya.
(afb/afb)