Ribuan rumah di Aceh Utara, Aceh dilaporkan hilang dan rusak akibat bencana yang terjadi akhir November lalu. Para pengungsi saat ini disebut sangat membutuhkan hunian sementara.
"Selain menimbulkan korban jiwa, banjir juga menyebabkan kerusakan besar pada permukiman warga. Sebanyak 117.291 rumah terendam, 1.219 rumah dilaporkan hilang, sementara 16.793 unit mengalami rusak berat, 6.134 rusak sedang, dan 15.126 rumah rusak ringan," kata Juru Bicara Pemerintah Aceh Utara Muntasir Ramli dalam keterangannya, Rabu (17/12/2025).
Berdasarkan data sementara, bencana ekologis itu berdampak pada 124.544 kepala keluarga atau 428.271 jiwa. Dari jumlah tersebut, 18.858 KK atau 71.637 jiwa terpaksa mengungsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok rentan menjadi perhatian khusus dalam penanganan bencana ini di antaranya 1.309 ibu hamil, 8.626 balita, 5.502 lansia dan 382 penyandang disabilitas. Mereka disebut sangat membutuhkan pendampingan intensif.
Muntasir menyebutkan, sektor pertanian dan infrastruktur turut terdampak di antaranya 18.858 hektar sawah dan 71.637 tambak terendam banjir dan tertimbun lumpur. Sementara 432 ruas jalan, 60 unit jembatan, 78 titik tanggul sungai, 21 unit irigasi, 383 fasilitas pendidikan TK, SD dan SMP), 83 fasilitas kesehatan Pustu dan Puskemas, 232 pesantren dayah 64 masjid serta IKM 1791, UMKM 14.648 serta 14 unit kios atau pasar pemda mengalami kerusakan dengan tingkatan yang berbeda-beda.
"Fokus utama pemerintah saat ini adalah penanganan pengungsi, distribusi logistik ke titik pengungsian, pencarian korban meninggal dan dinyatakan hilang serta pemulihan pelayanan kesehatan dan jalur transportasi darat dari material banjir dan lumpur agar akses distribusi logistik lebih lancar supaya tidak ada pengungsi yang selamat dari banjir, kemudian meninggal akibat kelaparan dan kesehatan semakin memburuk," jelasnya.
Banjir yang terendam 852 desa di 27 kecamatan itu menyebabkan 166 warga meninggal dunia, enam orang dinyatakan hilang dan 2.015 orang mengalami luka-luka. Menurutnya, Bupati Aceh Utara Ismail A Jalil meminta Pemerintah Aceh dan pusat segera membangun hunian sementara sehingga para pengungsi todak terlalu lama berada di tenda pengungsian.
"Mengingat cuaca sering hujan, diperparah dengan kondisi pemadaman listrik dan saluran komunikasi sering lumpuh," jelasnya.
Berdasarkan data penerimaan dari Dinas Sosial Kabupaten Aceh Utara pertanggal, 22 November sampai 9 Desember 2025 terhitung, sebanyak 347.157 ton beras telah disalurkan, kemudian air minum, mie instan, minyak goreng, makanan cepat saji, roti biskuit, sarden, telur, kecap, sambal, selimut, perlengkapan sekolah, pampers, pakaian, pembalut, selimut, paket sembako, tenda dan obat-obatan.
"Bantuan selain beras dan pakaian layak pakai masih minim dan sangat terbatas, belum mampu memenuhi kebutuhan 226 titik pengungsian. Akan tetapi bupati Aceh Utara sudah melaporkan langsung kepada Pemerintah Aceh dan pusat agar segera dibantu karena sangat dibutuhkan oleh pengungsi, terutama yang rentan, sepeti Ibu hamil, perempuan, anak-anak, Balita, disabilitas dan lansia," ujarnya.
(agse/dhm)











































