Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal banyak melahirkan ulama ulung. Pengaruhnya tak hanya terasa di Nusantara saja, bahkan juga mendunia.
Para ulama Indonesia selain memiliki pengaruh kuat dalam perkembangan Islam di Nusantara, juga turut berkontribusi di mancanegara terutama di Makkah, Arab Saudi.
Lantas, siapa saja sosok ulama tersebut?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ulama Indonesia yang Mendunia
Dilansir detikHikmah dari buku Ulama-ulama Nusantara yang Mempengaruhi Dunia karya Thoriq Aziz Jayana dan Biografi Ulama Nusantara karya Rizem Aizid, berikut sejumlah ulama Indonesia yang mendunia.
1. Syekh Nawawi al-Bantani
Salah satu ulama Indonesia yang mendunia adalah Abu Abdul Mu'ti Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, atau dikenal dengan Syekh Nawawi al-Bantani. Dia lahir pada tahun 1230 H (1814 M), di Kampung Tanara, Desa Serang, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Banten.
Syekh Nawawi al-Bantani berasal dari keluarga dikenal saleh dan terdidik, serta memiliki tradisi kesultanan Banten. Ayahnya seorang penghulu, pengurus masjid, dan pimpinan pesantren. Sementara ibunya, seorang wanita salihah yang taat menjalankan syariat Islam.
Syekh Nawawi al-Bantani memperdalam ilmu agamanya dengan menetap di berbagai pesantren. Syekh Nawawi al-Bantani sejak umur 7 atau 8 tahun sudah diperintahkan ayahnya mondok di pesantren milik KH Sahal di Banten.
Tamat dari pesantren KH Sahal, Syekh Nawawi al-Bantani kemudian melanjutkan pendidikan ke pesantren milik KH Yusuf, di Banten. Setelah itu, Syekh Nawawi al-Bantani memperdalam bahasa Arab dengan melanjutkan pendidikan pesantrennya ke Cikampek, Jawa Barat.
Setelah menimba ilmu dari berbagai pesantren, Syekh Nawawi al-Bantani akhirnya memutuskan untuk melaksanakan ibadah haji dan memperdalam ilmu agamanya di Tanah Suci. Lalu Syekh Nawawi al-Bantani berangkat ke Hijaz pada 1828 M, setahun setelah memimpin pesantren milik ayahnya sejak 1827 M.
Kala itu dia berangkat pada usia 14 tahun. Keilmuan Syekh Nawawi al-Bantani diakui Kerajaan Arab Saudi.
Bahkan Syekh Nawawi al-Bantani kemudian didaulat menjadi pengajar dan imam di Masjidil Haram, Makkah.
2. Syekh Hamzah Fansuri
Banyak yang tidak mengetahui nama lengkap dari Hamzah Fansuri. Orang mengenalnya dengan sebutan Syekh Hamzah Fansuri.
Syekh Hamzah Fansuri adalah seorang ulama dari Kota Barus, Aceh. Selain itu, dia juga dikenal sebagai seorang sufi, sastrawan, pujangga, dan guru agama yang lahir sekitar abad ke-16.
Asal usul keluarganya tidak diketahui secara pasti. Namun para ahli sejarah menyebut Syekh Hamzah Fansuri lahir dan tumbuh serta belajar di Barus.
Usai menimba ilmu agama di Barus, Syekh Hamzah Fansuri kemudian mengembara ke Kerajaan Aceh Darussalam. Di sana, dia jadi tokoh pemuka agama dan mendampingi raja yang berkuasa pada saat itu.
Syekh Hamzah Fansuri, berdasarkan catatan sejarah, hidup pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Ri'ayat Syah, (1588-1604 M) sampai awal pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).
Selain menjadi ulama yang pemikirannya telah memberikan perkembangan Islam di Nusantara, khususnya di daerah tempat tinggalnya, Aceh, Syekh Hamzah Fansuri juga berpengaruh dalam perkembangan Islam di Asia Tenggara.
3. Syekh Syamsuddin as-Sumatrani
Syekh Syamsuddin ibn Abdullah as-Sumatrani merupakan salah satu ulama Indonesia lainnya yang mendunia. Dia lebih dikenal dengan Syamsuddin Pasai.
Nama belakangnya as-Sumatrani, berkaitan dengan Sumatera atau Samudra Pasai.
Pada masa Kesultanan Aceh, Syekh Syamsuddin as-Sumatrani pernah jadi ulama terkenal. Dia tak lain adalah murid dan penerus ajaran Syekh Hamzah Fansuri. Kala itu, Kesultanan Aceh dipimpin oleh Raja Iskandar Muda (1607-1636 M).
Syekh Syamsuddin memiliki pemikiran yang menonjol di bidang tasawuf. Dia merupakan penganut paham tasawuf wujudiyah.
Bahkan, dia dikenal sebagai salah satu tokoh terkemuka kaum wujudiyah yang ada di Aceh.
Meskipun tidak ada kepastian akan asal-usul Syekh Syamsuddin as-Sumatrani, sejumlah sumber mengatakan bahwa dia lahir antara tahun 1575-1630 M.
Disebutkan juga bahwa dia adalah ulama besar Aceh pada beberapa dasawarsa terakhir abad ke-16 dan tiga dasawarsa pertama abad ke-17.
4. Syekh Muhammad Mukhtar
Syekh Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughri al-Batawi al-Jawi, atau lebih dikenal dengan sebutan Syekh Muhammad Mukhtar Bogor termasuk salah satu deretan ulama Indonesia yang mendunia. Dia lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 1278 H (1862 M).
Syekh Muhammad Mukhtar merupakan salah satu ulama besar Nusantara yang menjadi guru di Makkah. Di Masjidil Haram, dia mengajar selama kurang lebih 28 tahun, mulai dari 1321 H (1903 M) hingga 1349 H (1930 M).
Sebagai guru di Masjidil Haram, pengetahuan dan keilmuan Syekh Muhammad Mukhtar sudah tidak diragukan lagi. Banyak bidang ilmu yang dia kuasai, termasuk ilmu-ilmu hadits.
Dia adalah pengikut mazhab Syafi'i, pengikut Ahlussunnah aliran Imam Abu Hasan as-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi.
Syekh Muhammad Mukhtar mendapatkan pendidikan dari orang tuanya sendiri. Lalu pada 1299 H (1881 M) dia melanjutkan studinya ke Jakarta dan belajar kepada Al-Allamah al-Habib Utsman bin Aqil bin Yahya yang merupakan ulama Arab keturunan Rasulullah SAW.
Selain menghafal matan-matan ilmu, Syekh Muhammad Mukhtar juga telah mahir dalam ilmu qira'ah. Dia juga mengkhatamkan beberapa kitab di bawah bimbingan Syekh Ahmad al-Fathani, antara lain Fathul Mu'in dan syarahnya dan I'anatuth Thalibin.
Artikel ini telah tayang di detikHikmah, baca selengkapnya di sini
Simak Video "Video: MUI Pusat Sebut Fatwa Haram Sound Horeg Cukup di Tingkat Jatim"
[Gambas:Video 20detik]
(mjy/mjy)











































