Batik Khas Medan dengan Alat Cetak Daur Ulang yang Kian Diminati

Batik Khas Medan dengan Alat Cetak Daur Ulang yang Kian Diminati

Andika Syahputra - detikSumut
Senin, 25 Mar 2024 07:00 WIB
Proses pembuatan batik khas Medan. (Foto: Dok. Pribadi Reza)
Foto: Proses pembuatan batik khas Medan. (Foto: Dok. Pribadi Reza)
Medan -

Kotak susu bekas, pensil, penggaris, pisau, lem dan gunting sudah tersusun rapi di atas meja. Kotak susu bekas itu kemudian diberi garis lalu dipotong kecil memanjang sesuai dengan pola yang sudah dibuat sebelumnya.

Tangan Reza Ansari Siregar tampak cekatan memotong kotak susu dengan pisau di tangan kanan dan penggaris di tangan kiri. Setelah semua kotak susu bekas yang dibutuhkan terpotong, Reza kemudian mengambil karton yang sudah diberi gambar.

Kotak susu bekas itu kemudian dibentuk mengikuti pola yang sudah ada di karton lalu diberi lem. Reza saat itu tengah membuat cap Batik Medan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk membuat motif batik Medan yang diproduksinya, Reza memanfaatkan bahan daur ulang. Selain murah, bahannya juga mudah didapat.

Reza merupakan pemilik dari Batik Siti Khadijah. Dia perajin batik khas Medan. Usaha tersebut dijalani Reza bersama istrinya Vomi Ayudia sejak 2018 lalu.

ADVERTISEMENT

"Sebenarya saya awal belum paham dengan batik ini saya searching di Google saya dapat tempat di daerah, Jogja Bantul, di sana mereka buat batik capnya dari kertas, dari situ saya tertarik dan belajar," ujarnya saat berbincang dengan detikcom Kamis 14 Maret 2024.

Reza tengah mengolak kotak susu untuk dibuat cap kain batik (Foto: Dok. Reza Ansari)Reza tengah mengolah kotak susu untuk dibuat cap kain batik (Foto: Dok. Reza Ansari)

Pembuatan motif cap berbahan daur ulang tidak rumit, Reza terlebih dahulu menggambar motif di sebuah kertas karton. Motif yang telah digambar lalu ditempel potongan kotak susu bekas yang sudah dibentuk sebelumnya.

Berbagai motif batik Sumatera Utara dibuat Reza dari cap berbahan dasar seperti Melayu, Batak, Mandailing dan sebagainya. Bagi Reza tidak ada perbedaan berarti saat dia membatik dengan alat cap tembaga dan kertas.

"Tempahan motif yang dibuat sendiri menggunakan cap kertas, bahan bakunya ada di sini, murah dan ekonomis. Motif bisa dibuat sesuai permintaan customer, bisa request motif sendiri. Warna dan motif nya, lebih luwes dibanding sudah ada di sini sekarang," lanjutnya.

Meski cap batik khas Medan menggunakan bahan daur ulang, peminat hasil tangan Reza dan istri ternyata banyak. Bukan hanya di Kota Medan, banyak juga peminat dari luar Medan seperti pulau Jawa hingga Kalimantan.

"Paling jauh ada yang pesan dari Kalimantan. Kami juga pasarkan melalui online untuk menjangkau pembeli dari luar Medan. Setelah pandemi omzet malah naik dari pada pandemi," tuturnya.

Harga kain batik yang diproduksi Reza masih terjangkau. Pembeli juga bisa memesan motif yang mereka inginkan.

"Batik cap kita, mematok harga Rp 150 -180 ribu, tergantung motif dan jenis kain yang dipesan. Batik tulis tidak selalu tersedia di sini, kita eksklusif pembuatannya. rentan harga batik tulis mulai Rp 300 - Rp 500 ribu per lembar. Pemasaran bisa dilakukan secara offline di galeri kami. dan instagram @batik_siti_khadijah," katanya.

Keindahan batik Khas Medan ternyata sampai ke mancanegara, pernah galeri Reza kedatangan dua warga negara (WN) Kanada. Kedatangan kedua WN Kanada itu untuk belajar dan menikmati sensasi melukis batik khas Medan.

"Mereka datang untuk belajar dan menikmati sensasi membatik motif khas Medan. Bulenya datang membatik sehari karena tertarik katanya. Mereka untuk mencari sensasi (membatik)," ungkapnya.

Vomi Ayudia menambahkan pesanan kain batik khas Medan bukan hanya datang dari perorangan, tapi juga instansi pemerintahan.

"Biasa kami banyak pesanan, misalnya da instansi atau organisasi mau buat seragam, bahannya pesan sama kita," ungkapnya.

Sejak tahun lalu Batik Siti Khadijah telah menyediakan metode pembayaran nontunai dengan scan QRIS yang dikeluarkan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Vomi menyebut pembayaran nontunai memberikan kemudahan.

"Zaman digital ini banyak orang yang melakukan pembayaran nontunai.Kami juga tidak repot menyediakan uang kembalian," tuturnya.

Di hari itu ada orang yang ingin mengambil pesanan kain batik. Vomi terlebih dahulu memastikan kain batik yang diterima sesuai pesanan, pelanggan yang diketahui bernama Salma kemudian akan melakukan pembayaran.

"Bisa nontunai pembayaran di sini," tanya Salma.

"Bisa pakai QRIS," sahut istri Riza.

Salma pun mengeluarkan ponsel dari tas yang disandangnya, tidak lama proses pembayaran nontunai pun rampung dilakukan. "Sudah ya," tutur Salma sembari menunjukkan bukti pembayaran.

Transaksi QRIS BRI Meningkat

Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto, mengatakan sepanjang 2023 volume transaksi merchant QRIS BRI mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 400 persen. Hal ini menunjukkan penggunaan QRIS semakin diminati masyarakat karena lebih mudah dan cepat.

"Jumlah merchant QRIS BRI telah mencapai 3,7 juta atau tumbuh 30% year-on-year (yoy) seiring dengan akuisisi merchant QRIS BRI yang dilakukan secara masif. Pada tahun ini, akuisisi merchant QRIS BRI diproyeksikan mengalami pertumbuhan 20% yoy dengan volume transaksi diproyeksikan tumbuh sekitar 18% yoy," ujarnya dikutip dari laman resmi BRI.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads