Berhenti dari pekerjaan bukan berarti akhir segalanya. Bangkit dengan membangun usaha kecil dengan giat dan fokus, bisa membuat ekonomi keluarga kembali pulih, bahkan lebih dari sebelumnya.
Setidaknya pengalaman ini dialami Reza Ansari Siregar, yang memutuskan membangun usaha batik Khas Medan setelah berhenti dari pekerjaannya. Dia bahu membahu bersama istri membangun bisnis sendiri.
Di awal memuai bisnis batik banyak tantangan yang dihadapi oleh Reza. Dengan kesungguhan dan usaha tanpa kenal lelah kesulitan itu berhasil dilalui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti pada Kamis 14 Maret 2024, terik sinar matahari dimanfaatkan Reza untuk menjemur kain batik Medan yang diproduksinya. Dengan panas matahari, kain batiknya akan lebih cepat kering.
Riza memang tengah sibuk menyelesaikan pesanan. Dia berkejaran dengan waktu untuk menyelesaikan pesanan tersebut.
"Kita pembuatan berdasarkan order," ujar Reza saat berbincang dengan detikcom saat ditemui di tempat usaha yang diberi nama Batik Siti Khadijah, Jalan Gunung Mahameru No 2 Glugur Darat I Kecamatan Medan Timur, Medan.
Sehari-hari Reza menjalankan bisnis pembuatan kain batik Medan bersama istri. Dia baru memanggil atau mempekerjakan orang lain untuk membantu ketika pesanan banyak.
"Aktivitas sehari-hari sama istri, masih bisa dihandel. (Kalau banyak pesanan) baru panggil orang," tuturnya.
![]() |
Sebelum dijemur, Reza memperhatikan dengan seksama kain yang baru dicuci. Dia mengecek apakah semua motif telah selesai diwarnai atau ada yang tertinggal.
Tak jauh dari tempat Reza mengecek kain yang baru dicuci, sang istri terlihat sibuk mewarnai kain batik berwarna putih motif emas.
Kain batik yang sudah melewati seluruh tahapan kemudian dipajang Reza di bagian depan toko, di sisi kanan dan kiri. Dengan gantungan besi, kain batik Medan berbagai warna pun tersusun rapi.
Dia kemudian menjelaskan beberapa tahapan untuk bisa menghasilkan kain Batik Medan. Pertama kain yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dibuatkan pola. Pembuatan pola dilakukan dengan cap yang sudah ada.
"Setelah membuat pola, tahapan selanjutnya melakukan pengecapan di meja cap ataupun tulis tangan. Kita melakukan pewarnaan ini bisa pakai colet," katanya.
"Setelah pewarnaan, kain dicuci dengan bahan tertentu agar warna tidak luntur. Kemudian hasilnya bisa dilihat apakah bagus atau ada warna tertinggal. Jika hasilnya sudah bagus, kain direbus untuk menghilangkan kerak lilin yang ada di baju," lanjutnya.
Motif batik yang dibuatnya tidak ada di tempat lain, karena cetakan motif tersebut dibuatnya sendiri dengan bahan yang mudah, murah dan ekonomis.
"Tempahan motif yang dibuat sendiri menggunakan cap kertas, bahan bakunya ada di sini, murah dan ekonomis. Motif bisa dibuat sesuai permintaan customer, bisa request motif sendiri. Warna dan motif nya, lebih luwes dibanding sudah ada di sini sekarang," lanjutnya.
Menjadi perajin batik Medan sudah dijalani Reza sejak 2018 lalu, waktu itu dia diajak orang tuanya untuk membuka usaha setelah memutuskan berhenti bekerja. Ada beberapa pilihan, dengan berbagai pertimbangan pilihan jatuh untuk membuat usaha batik.
"Saya pertama belajar di Jogja. Pertama kita belajar buat capnya, kalau buat capnya itu dianggap jantungnya, kalau itu bisa, bisalah membatik. Belajar beberapa hari di sana, kemudian pulang dan bawa satu orang dari sana (Jogja) untuk ngajari saya selama beberapa bulan di sini," ungkapnya.
![]() |
Promosi Melalui Media Sosial
Sebagai pendatang baru dia kesulitan memperkenalkan produk. Berbagai cara dilakukan mulai dari masuk ke instansi pemerintah, ikut pameran dan memanfaatkan jaringan yang ada.
"Sebagai pendatang baru di dunia batik ini kan awalnya ingin mengenalkan produk ini, mendatangi dinas-dinas mengenalkan usaha saya. Ikut event dan pameran, ada juga melalui jaringan baik keluarga dan teman-teman," tuturnya.
Media sosial pun dimanfaatkan Riza untuk memperkenalkan batik Medan hingga ke pelosok negeri. Melalui akun Instagram @batik_sitikhadijah, Riza mengunggah kain batik Medan dengan berbagai motif.
"Media sosial kami pakai untuk ajang promosi agar lebih dikenal luas," tuturnya.
Setelah batik Medan mulai dikenal, perlahan orderan pun tiba. Dia tetap mengutamakan kualitas agar pembeli tidak kecewa. Apalagi potensi batik Medan diyakininya akan terus meningkat.
"Sampai hari ini masih diminati, salah atau alternatif mengganti tenun, ini pilihan bisa diambil," tuturnya.
Bisnis baru mulai naik, cobaan pun datang. Pandemi Covid-19 membuat produksinya berhenti total akibat tidak ada pesanan. Pasca pandemi melandai, orderan pun kembali berdatangan. Tidak hanya dari Medan, dari luar Medan juga ada.
"Paling jauh ada yang pesan dari Kalimantan. Kami juga pasarkan melalui online untuk menjangkau pembeli dari luar Medan. Setelah pandemi omzet malah naik dari pada pandemi," tuturnya.
Kini batik Medan mulai diminati banyak orang, batik hasil karya tangan Riza sering diminta untuk ikut pameran yang digelar Kemenparekraf di dalam ataupun luar Medan.
Modal awal yang dihabiskannya ketika memilih menjadi perajin batik tidak banyak hanya berkisar Rp 15 juta. Uang itu dipergunakan untuk membeli bahan baku.
"Modal awal nggak besar kali lah, paling peralatan Rp 10 juta, kompor meja, bahan baku, cap juga. Sekitar Rp 10 juta-Rp 15 juta," bilangnya.
Meski modal yang dipakai tidak terlalu besar, omzet penjualan kain batik Medan hasil tangannya kini mencapai Rp 150 juta.
"Kalau produksi untuk stok paling banyak 20, tapi tergantung orderan. Kalau orderan 200-300, rutin segitu. Dua tahun terakhir setelah Covid-19 omzet naik jadi Rp 90 juta - Rp 150 juta per tahun. Harga kain batik di sini Rp 85 ribu per meter," kata dia.
Omzet saat ini diakuinya lebih tinggi daripada omzet sebelum masa pandemi Covid-19. "Waktu pandemi total dua tahun tutup karena tidak ada orderan, sebelum pandemi tidak pernah omzet di atas Rp 100 juta. Dua tahun setelah pandemi maksimal Rp 150 juta," bilangnya.
Pembayaran Nontunai Permudah Transaksi
Sejak tahun lalu dia sudah menyediakan metode pembayaran nontunai dengan scan QRIS yang dikeluarkan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dengan pembayaran nontunai dia dan pelanggan mendapat kemudahan.
"Zaman digital ini banyak orang yang melakukan pembayaran nontunai, saya juta tidak repot menyediakan uang kembalian," ucap Riza.
Usai menyelesaikan pekerjaan mewarnai motif kain, istri Riza terlihat melayani seorang yang akan mengambil pesanan. Setelah memastikan kain batik yang diterima sesuai pesanan, pelanggan yang diketahui bernama Salma kemudian akan melakukan pembayaran.
"Bisa nontunai pembayaran di sini," tanya Salma.
"Bisa pakai QRIS," sahut istri Riza.
![]() |
Salma pun mengeluarkan ponsel dari tas yang disandangnya, tidak lama proses pembayaran nontunai pun rampung dilakukan. "Sudah ya," tutur Salma sembari menunjukkan bukti pembayaran.
Transaksi QRIS BRI Meningkat
Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto, mengatakan sepanjang 2023 volume transaksi merchant QRIS BRI mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 400 persen. Hal ini menunjukkan penggunaan QRIS semakin diminati masyarakat karena lebih mudah dan cepat.
"Jumlah merchant QRIS BRI telah mencapai 3,7 juta atau tumbuh 30% year-on-year (yoy) seiring dengan akuisisi merchant QRIS BRI yang dilakukan secara masif. Pada tahun ini, akuisisi merchant QRIS BRI diproyeksikan mengalami pertumbuhan 20% yoy dengan volume transaksi diproyeksikan tumbuh sekitar 18% yoy," ujarnya dikutip dari laman resmi BRI.
(astj/astj)