Sejarah GKI Sumut di Medan, Cagar Budaya Peninggalan Kolonial Belanda

Sejarah GKI Sumut di Medan, Cagar Budaya Peninggalan Kolonial Belanda

Felicia Gisela Sihite - detikSumut
Senin, 12 Feb 2024 08:30 WIB
GKI Sumut Medan
Foto: GKI Sumut Medan (Felicia/detikSumut)
Medan -

Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara (GKI Sumut) Medan berada di Jalan KH. Zainul Arifin No. 124-126, Kecamatan Medan Petisah. Gereja itu adalah salah satu gereja tua yang merupakan cagar budaya di Kota Medan.

Lantas, kira-kira seperti apa sejarah dan perkembangannya hingga saat ini? Berikut detikSumut ulas penjelasan tentang GKI Sumut Medan sebagai peninggalan kolonial Belanda. Simak artikel ini sampat akhir, ya detikers!

Sejarah GKI Sumut di Medan

Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara (GKI Sumut) Medan berawal dari misi Gereja Gereformeerd Kwitang-Jakarta pada tahun 1877. Pada tahun 1915, jemaat tersebut secara resmi berkumpul dan melakukan pelayanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dua tahun kemudian, gedung gereja dibangun oleh arsitek Tjeerd Kuipers, kelahiran Friesland, Belanda," kata Immanuel Prasetya Gintings, penatua dan anggota Majelis Jemaat GKI Sumut Medan, saat diwawancarai detikSumut, Jumat (9/2/2024).

Pada tahun 1969, gereja itu dilembagakan menjadi sinode yang berdiri sendiri dengan nama Gereja Gereformeerd Indonesia Sumatera Utara. Sampai akhirnya pada tahun 1974, nama tersebut berubah menjadi GKI Sumut Medan.

ADVERTISEMENT

GKI Sumut Medan memiliki sejarah panjang dan berakar sejak awal abad ke-20 sebagai tanda gereja tertua di wilayah tersebut. Sejak pendiriannya tahun 1917, terdapat peran penting dalam sejarah keagamaan dan sosial di Sumatera Utara.

Beberapa gedung gereja lain pun berdiri sebelum atau tidak lama dari berdirinya gedung gereja GKI Sumut Medan. Salah satunya adalah bangunan gereja GKPA Muara Sipongi yang kemungkian merupakan gereja tertua di Sumatera Utara.

GKI Sumut di Medan Menjadi Cagar Budaya

GKI Sumut Medan memperoleh status cagar budaya karena memiliki arsitektur yang sederhana dan elegan. Bangunannya dibangun oleh Belanda pada masa kolonialismenya di Kota Medan, dengan atap berbentuk segitiga khas.

Selain itu, GKI Sumut Medan termasuk dalam cagar budaya untuk bangunan dan situs di Kota Medan yang dikelola serta ditetapkan resmi oleh Pemerintah Kota Medan juga diperkuat dalam PPKD Kota Medan.

"Bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, kedua lembaga pemerintah berperan dalam pelestarian dan perlindungan warisan budaya di wilayah ini" ujar Immanuel Prasetya Gintings.

Immanuel Prasetya Gintings menambahkan bahwa wisatawan lokal dan internasional pernah datang mengunjungi GKI Sumut Medan setelah mereka melakukan pencarian informasi di media sosial, internet, atau dari keluarga.

"Terakhir, konsulat Amerika Serikat kota Medan selalu menjadwalkan kunjungan ke gedung gereja yang memang bersejarah ini sebagai bagian dari kunjungan wisata sejarah," sebutnya.

Perkembangan GKI Sumut Medan Hingga Saat Ini

Bangunan dalam GKI Sumut Medan diketahui mengalami pemugaran sederhana sebanyak 3 kali. Hanya dilakukan penambahan fasilitas gereja dan beberapa benda di dalamnya masih terjaga keasliannya hingga saat ini.

"Pemugaran dari biaya sendiri, belum ada dari pemerintah. Dulu lantai papannya lapuk dan jebol maka diganti keramik," tutur R. Siregar, mantan penatua yang sudah melayani di GKI Sumut Medan selama 12 tahun.

"Kalau pembangunan gereja tidak ada, tetap kami jaga keasliannya. Warna mimbar dan kursi tetap seperti awal dulu. Warna cat dindingnya yang dulu putih sempat kami cat krem. Kalau sekarang, mau dikembalikan lagi ke warna putih," lanjutnya.

Di GKI Sumut Medan, masih terdapat 2-3 kursi panjang peninggalan Belanda dahulu. Selebihnya adalah kursi kuno yang terbuat dari kayu dengan beralaskan rotan. Ada juga beberapa lampu gantung asli yang masih hidup.

Alat musik yang dulunya digunakan untuk ibadah kebaktian di gereja tersebut adalah orgel (mirip seperti organ) yang sudah tua dan kemudian rusak. Saat ini, alat musik itu digantikan dengan clavinova atau keyboard.

R. Siregar mengaku bahwa dulunya bangunan GKI Sumut Medan tidak memiliki salib, hanya ada simbol huruf T disilang di mimbar gereja. Dia lalu menjelaskan alasan mengapa terdapat salib pada bangunan itu.

"Salib itu aslinya tidak ada, cuma oleh para penatua sebelum saya, di luar itu dibuat salib supaya nampak kalau ini gereja. Banyak yang mengira gereja ini sama dengan kuil-kuil Hindu sebelumnya," jelasnya.

Di samping itu, Immanuel Prasetya Gintings mengungkap bahwa pada waktu mendatang, pihak gereja berencana untuk menggabungkan GKI Sumut Medan dalam peta kunjungan bangunan bersejarah Kota Medan.

"Mungkin saja melibatkan gedung GPIB Immanuel, Kuil Shri Mariamman Koil, Jembatan Kebajikan, Vihara Gunung Timur, Gedung eks Kantor Gubernur (sekarang Bank di Hotel Danau Toba)," ungkapnya.

Daya tampung (kuota) GKI Sumut Medan adalah 130 orang dengan jumlah jemaat mencapai lebih 2.000 orang berasal dari beragam suku, seperti Batak Toba, Simalungun, Karo, Minang, Jawa, Ambon, Toraja, dan Tionghoa.

Daftar Pendeta yang Pernah Melayani di GKI Sumut Medan

· Pdt. Harrensteins hingga tahun 1923

· Pdt. WS Wiersinga (1923-1928)

· Pdt. C Mak (1928-1946)

· Cokro Susilo (diteguhkan 25 Desember 1938)

· Dhanu Pronoto (diteguhkan 25 Desember 1938)

· Pdt. Selamat Ginting

· Pdt. Nuran Ady Suyatno

· Pdt. Eka Helena Siregar

· Pdt. Luther Novryaman Lase

· Pdt. Yosafat Agung Prabowo




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads