5 Contoh Ceramah tentang Isra Miraj Singkat untuk 8 Februari 2024

5 Contoh Ceramah tentang Isra Miraj Singkat untuk 8 Februari 2024

Fria Sumitro - detikSumut
Senin, 05 Feb 2024 14:15 WIB
Ilustrasi Ceramah Agama.
Kumpulan Ceramah tentang Isra Miraj (Foto: Raka Dwi Wicaksana/Unsplash)
Medan -

Isra Mikraj merupakan peristiwa perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang kemudian dilanjut ke langit ketujuh. Kejadian ini sangatlah penting dalam Islam, mengingat Isra Mikraj menjadi cikal-bakal perintah salat lima waktu.

Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari perjalanan satu malam yang dialami Rasulullah tersebut. Kisah Isra Mikraj pun kerap disampaikan dalam ceramah, baik di masjid maupun acara peringatannya.

Merujuk laman NU Online, Masjid Istiqlal, dan sumber lainnya, berikut merupakan kumpulan contoh ceramah tentang Isra Miraj yang bisa disampaikan pada 27 Rajab 1445 H atau 8 Februari 2024. Simak, yuk!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Ceramah tentang Isra Miraj (1): Hikmah Isra' Mi'raj

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama sekali marilah kita bersyukur ke hadirat Allah yang telah memberikan berjuta kenikmatan kepada kita sekalian sehingga kita masih bisa berumpul di tempat ini untuk memperingati Isra Miraj 1445 H.

ADVERTISEMENT

Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad yang telah membimbing kita menuju dunia yang terang dan jelas, yaitu addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti. Aamiin.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan ceramah berjudul hikmah Isra Mi'raj. Isra' Mi'raj adalah peristiwa luar biasa dan tidak masuk akal di zamannya, yaitu Allah swt memanggil dan memperjalankan serta memberikan keistimewaan kepada Nabi Muhammad saw untuk melakukan perjalanan dari Masjidilharam Makkah menuju Masjidilaqsha Palestina. Kemudian dari Masjidilaqsha menuju Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah swt. Sebagaimana Allah jelaskan dalam Surat Al-Isra ayat pertama:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Artinya: "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid Al-Haram menuju ke Masjid Al-Aqsa yang telah diberkahi sekelilingnya, agar kami perlihatklan kepada nya dari tanda-tanda kebesaran kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Isra: 1)

Sejarah telah menjelaskan, Nabi Muhammad diisra'mi'rajkan adalah karena kesediahan yang dialaminya. Kesediah itu disebabkan karena meninggalnya istri tercinta, Siti Khadijah dan pamannya Abu Thalib. Keduanya adalah pendukung kuat dalam berdakwah, karenanya Nabi sedih.

Ada banyak peristiwa yang dialami oleh Nabi dalam perjalan Mi'rajnya, yang kesemuanya itu merupakan tamsil-tamsil kehidupan supaya dapat dipahami dan dijadikan pelajaran dan pijakan dalam mengarungi kehidupan agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan. Di antara tamsil-tamsil itu di antaranya ialah:

Nabi Muhammad saw melihat orang memotong padi (panen) terus menerus. Nabi bertanya kepada Jibril "siapakah mereka itu?" Jibril menjawab: "Mereka itu ibarat orang yang gemar beramal jariyah, yang kemudian mereka memetik pahalanya dari Allah swt".

Nabi juga melihat orang yang terus menerus memukul kepalanya. Nabi Muhammad bertanya, "siapakah mereka itu ya Jibril?" Dijawab, "mereka itu ibarat orang yang enggan melaksanakan shalat, yang kelak akan menyesal dengan memukuli kepalanya sendiri terus menerus sekalipun terasa sakit olehnya."

Juga melihat sebuah kuburan yang sangat harum baunya. Nabi bertanya, "apakah itu Ya Jibril?" Dijawab: "Itu kuburan Mashitah dan anaknya. Dia mati disiksa oleh Raja Fir'aun karena mempertahankan imannya kepada Allah swt sewaktu dipaksa supaya menyembah berhala."

Dari sejarah Isra' Mi'raj dan peristiwa yang melatar belakangi serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ada beberapa hikmah yang dapat dijadikan pelajaran serta penguatan keimanan umat Islam, di antaranya adalah:

Pertama, menghilangkan kesedihan Nabi

Setiap manusia dikaruniai perasaan dan cinta oleh Allah, sehingga jika suatu saat terjadi goncangan, maka manusia bisa menjadi sedih dan boleh jadi berlarut-larut kesedihannya. Sebelum Nabi Muhammad diisra'mi'rajkan oleh Allah, Nabi mengalami kesedihan yang luar biasa atas meninggalnya istri tercinta dan paman yang sangat sayang kepadanya. Keduanya menjadi penopang yang kuat dalam berdakwah.

Kesedihan yang dialami Nabi Muhammad mendapat hiburan dari Allah dengan memanggilnya melalui Isra Mi'raj yang bertemu langsung dengan Allah. Allah berfirman:

وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاضِرةٌۙ. اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ۚ .

''Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, (karena) memandang Tuhannya.'' (QS Al-Qiyamah: 22-23)

Kedua, pentingnya ibadah shalat

Allah memberikan perintah langsung kepada Nabi Muhammad untuk menerima tugas shalat 5 waktu. Jadi shalat merupakan hal penting dalam peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad saw. Rasulullah bersabda:

الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّيْنِ، فَمَنْ أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنِ، وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنِ.

"Salat adalah tiang agama. Barang siapa menegakkannya, berarti ia telah menegakkan agama. Dan, barang siapa meninggalkannya, berarti ia telah merobohkan agama." (HR Al-Baihaqi)

Ketiga, ujian keimanan bagi umat Islam

Pada zaman Nabi Muhammad saw kendaraan yang bagus kecepatannya adalah kuda dan belum ada kendaraan yang bisa membawa penumpang dalam waktu yang cepat dan singkat ke udara, apalagi menembus langit. Karenanya peristiwa Isra' Mi'raj adalah sesuatu yang dianggap masyarakat adalah sesuatu yang ganjil dan mustahil. Sebab itu Nabi dianggap pembohong atau pun orang gila.

Dalam memahami Islam ternyata tidak semua harus masuk akal atau logik. Ini merupakan satu ujian yang cukup besar di zaman itu. Hanya bisa diterima dengan hati, dengan keyakinan atau keimanan. Jadi Isra' Mi'raj merupakan ujian keimanan seorang Muslim. Apakah yakin atau tidak dengan apa yang dialami oleh Nabi?. Allah berfirman:

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

''Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji?.'' (QS Al-Ankabut: 2)

Keempat, terhindarnya sikap keluh kesah

Bahwa pada dasarnya manusia memiliki sifat keluh kesah dalam hidupnya, terutama ketika mendapati musibah atau kondisi kekurangan. Karenanya manusia sering menujukkan keresahan, kegelisahan, serta memperlihatkan sifat kikirnya. Terlihat jelas sikap itu ketika kondisi kekurangan atau musibah dialami.

Momen Isra Mi'raj ini bisa dijadikan sebagai pengingat dan penyemangat agar kita berusaha memperbaiki ibadah shalat serta mengaktualisasikan kedermawanan kita kepada sesama. Allah berfirman:

إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا، إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا، وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا، إِلَّا الْمُصَلِّينَ، الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ، وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُومٌ، لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ، وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ

''Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan.'' (QS al-Ma'arij, 70: 19-26)

Kelima, menstimulan berkembangnya ilmu pengetahuan

Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi di zamannya merupakan sesuatu yang tidak mudah diterima akal. Di sisi lain umat Islam diharuskan percaya terhadap peristiwa Isra' Mi'raj.

Ketika umat Islam sudah yakin dan percara terhadap peristiwa Isra Mi'raj, maka manusia tergerak hati dan pikirannya untuk membuktikan secara nyata, secara riil. Kisah nabi tentang langit membangkitkan orang orang tertentu melakukan penelitian guna menemukan kebenaran riil dari apa yang ceritakan nabi. Dari sinibahwa Isra' Mi'raj merupakan peristiwa yang dapat menstimulan ilmuan-ilmuan untuk mengkaji dan membuktikan kebenaran cerita nabi. Al-Qur'an pun sudah mendorong manusia untuk mengkaji lebih jauh dengan ungkapan, afala ya'qilun, afala ya'lamun, afala yadzkurun, dan lain sebagainya. Allah berfirman:

خَلَقَ السَّمٰوٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا وَاَلْقٰى فِى الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍۗ وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ

''Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan mengembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.'' (QS Lukman: 10)

Hadirin yang dimuliakan Allah

Demikian ceramah yang singkat ini, semoga bisa lebih memahami tentang Isra' Mi'raj sehingga bisa menjadi hamba Allah yang terbaik yang pantas mendapatkan rida-Nya.

Semoga Allah memudahkan dan memberi kekuatan serta semangat kepada kita untuk bisa memaksilkan ibadah Rajab dan nilai-nilainya, sehingga kita pantas mendapatkan posisi yang tinggi di mata Allah dan mendapatkan ampunan dan Rahmat-Nya di dunia dan akhirat, Aamiin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Ceramah tentang Isra Miraj (2): Islam Rahmatan Lil Alamin dalam Konteks Peristiwa Isra Mikraj

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadirin rahimakumulllah.

Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah subhanahu wata'ala. Bersyukur atas segala nikmat yang telah kita rasakan, termasuk nikmat menjadi umat Muslim yang hidup di tengah negeri tercinta yang sebentar lagi menyelenggarakan hajatan besar Pemilu Serentak, semoga semuanya berjalan dengan aman, lancar, tenteram dan damai. Semoga keadaan yang kondusif ini tetap terus dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan demi terwujudnya persatuan dan kesatuan yang semakin kokoh.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam keluarga, serta sahabat dan seluruh pengikutnya ila akhiriz zaman. Semoga kita tergolong bagian dari ummat yang dicintainya, sehingga kelak akan mendapat syafaatnya di yaumil qiyamah, Aamiin.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Kita kini telah memasuki bulan Rajab bulan di mana terdapat peristiwa agung yang senantiasa diperingati kaum muslimin yaitu peringatan Isra dan Mi'raj, salah satu peristiwa yang sangat penting dalam sejarah dakwah Islam. Peristiwa diisra dan dimi'rajkannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Isra mi'raj adalah peristiwa bersejarah, perjalanan spiritual yang pernah dialami Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang memiliki nilai-nilai luhur yang akan tetap aktual sepanjang zaman. Oleh karena itu adalah hal yang sangat wajar kalau peristiwa penting ini selalu diperingati oleh umat Islam di seluruh penjuru bumi, termasuk di negeri kita tercinta ini.

Terlebih dalam suasana kehidupan kita saat ini yang diwarnai dengan berbagai intrik menjelang pelaksanaan pemilu serentak ini yang jika tidak segera diantisipasi maka dapat mengancam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Mari kita jadikan peristiwa isra mi'raj ini sebagai momentum mengaktualisasikan kembali nilai-nilai Islam rahmatan lilalamin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang semakin damai, tertib dan bermartabat. Kehidupan berbangsa yang damai dan tenteram adalah prasyarat utama menuju bangsa yang maju dan sejahtera.

Hadirin Rahimakumullah

Penegasan tentang Islam sebagai agama rahmatan lilalamin menjadi sangat relevan, terutama dalam kondisi bangsa yang Tengah menghadapi tantangan besar yaitu gelaran pemilu serentak yang saat ini kita selenggarakan.

Sedikitnya ada 4 (empat) nilai fundamental yang sangat penting untuk kita maknai dari peristiwa Isra' Mi'raj sebagai salah satu cerminan Islam rahmatan lilamin tersebut dalam konteks kehidupan beragama maupun berbangsa pada saat ini:

Pertama, peristiwa Isra', yang berarti perjalanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam di malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsha di Palestina. Peristiwa itu memberikan isyarat kepada kita, bahwa manusia perlu membangun komunikasi sosial/horizontal.

Pada peristiwa Isra', perjalanan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersifat horizontal: dari bumi yang satu ke bumi lainnya, yang disimbolkan dari masjid ke masjid, yakni dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

Maka, masjid yang merupakan "simbol" pusat kegiatan keagamaan umat Islam, harus pula ditransformasikan nilai-nilainya di tengah kehidupan sosial atau kemasyarakatan secara nyata.

Umat Islam harus mampu membangun relasi sosial (hablun minan-nas) yang rukun dan harmonis di tengahtengah kehidupannnya. Karena bukankah telah disebutkan sendiri oleh Nabi al-dinu mu'amalah (bahwa agama, salah satu inti ajarannya adalah bagaimana seseorang harus berinteraksi atau berhubungan baik dengan sesamanya).

Dengan kata lain, kualitas keislaman seseorang tidak cukup hanya diukur ketika ia berada di dalam masjid. Akan tetapi, bagaimana nilai-nilai ibadah dan kekhusyukan yang telah dilakukannya di dalam masjid itu, diwujudkan pula di luar masjid, yakni ketika berada di lingkungan kerja maupun di tengah-tengah masyarakatnya, melalui jalinan interaksi, silaturahmi, dan komunikasi yang baik dengan sesama. Inilah yang disebut dengan "kesalehan sosial".

Sebab, tidak jarang sewaktu berada di dalam masjid seseorang tampak khusyuk beribadah, namun begitu keluar masjid, nilai-nilai kekhusyukan ibadahnya itu ia tanggalkan.

Akibatnya, di tempat kerja maupun di lingkungan masyarakatnya ia masih kerap melakukan prilaku-prilaku yang justeru bertentangan dengan nilai-nilai ibadah yang telah dilakukannya, seperti melakukan korupsi, kecurangan, penipuan, membicarakan aib dan kejelekan orang lain, menebarkan fitnah, hingga memelihara perpecahan dan konflik berkepanjangan.

Model beragama seperti itu jelas merupakan wujud keberagamaan yang semu. Sebab salah satu wujud keberagamaan yang hakiki, ditandai dengan kemampuan seseorang menjalin komunikasi dan interaksi sosial yang baik dengan sesamanya, sesuai dengan akhlak-akhlak luhur yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Sebagaimana hal ini telah diajarkan pula oleh Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) dalam salah satu "piwulang" nya kepada Raden Sa'id (Sunan Kalijaga): "marsudi urip rukun, nuju nur alam cahyaning sejati" (bahwa menjalin hubungan baik dengan sesama, adalah wujud kematangan spiritual dan kesempurnaan iman seseorang).

Di samping itu, perisiwa Isra' dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha juga memberi isyarat bahwa, mestinya antara satu masjid dengan masjid lainnya harus ada sinergi atau kerjasama yang harmonis dalam membangun kegiatan dakwah dan pendidikan keagamaan kepada masyarakat secara luas. Jangan sampai, masjid justru hanya dijadikan sebagai ajang untuk membentuk ideologi sektoral secara eksklusif dan sempit, yang justru merusak jalinan ukhuwwah antar umat Islam.

Misalnya, dengan mudah orang lalu mengkafirkan atau membid'ah-kan kelompok lain yang berbeda, apalagi masjid lalu dijadikan sebagai tempat untuk menanamkan ideologi politik "keislaman sempit" yang anti-Pancasila dan NKRI sebagaimana yang saat ini marak di berbagai tempat. Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Kedua, peristiwa Mi'raj, di mana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari Masjidil Aqsha kemudian naik ke Sidratil Muntaha, berjumpa dengan Allah subhanahu wata'ala. Perjalanan spiritual itu memberikan pelajaran penting bagi kita bahwa manusia dalam menjalani kehidupannya harus melakukan upaya "transedensi", yakni mendekatkan diri kepada Tuhannya:

Allah subhanahu wata'ala, sehingga terhindar dari jebakan-jebakan materi-duniawi yang seringkali membuat manusia kalap dan lupa diri, hingga berani melakukan tindakantindakan penyelewengan atau pun pelanggaran hukum yang banyak merugikan orang lain. Sebagai makhluk yang disebut homo religius, manusia harus mampu membangun relasi atau hubungan yang harmonis dengan Tuhan-nya. Dengan begitu, maka sifat-sifat Tuhan sebagai Dzat yang Maha Pengasih dan Sumber Kebaikan, harus dapat diterjemahkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Nilai-nilai kejujuran harus terus ditegakkan, untuk melawan segala bentuk de-moralisasi. Kita tentunya sangat prihatin dan sedih, ketika kejujuran tidak lagi dianggap penting.

Fenomena seperti "nyontek massal" yang masih sering dilakukan para pelajar pada saat Ujian Nasional, ataupun "budaya" korupsi yang dilakukan semakin terang-terangan, adalah potret buram bagi dunia pendidikan maupun birokrasi pemerintahan kita, bahkan fenomena ini telah menjalar ke tengah-tengah kehidupan masyarakat yang sarat dengan praktik-praktik manipulatif.

Nilai falsafah Jawa yang menyatakan "sopo sing jujur bakale mujur" (orang yang jujur akan beruntung) telah dicampakkan sedemikian rupa, dan diganti dengan slogan "sopo sing jujur malah kajur" (orang yang jujur akan hancur). Padahal kita tahu, bahwa kejujuranlah yang akan membawa kita pada ketenangan dan kedamaian. Kita mungkin saja bisa membohongi puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, namun, kita tidak akan bisa membohongi hati nurani kita sendiri, apalagi membohongi Allah subhanahu wata'ala.

Ketiga, dalam peristiwa Mi'raj dari Masjidil Aqsha ke Sidratil Muntaha, Nabi SAW berjumpa langsung dengan Allah SWT. Ini merupakan puncak pengalaman spiritual sekaligus nikmat yang sangat indah dan tak tertandingi oleh nikmat-nikmat apapun. Namun, di sinilah nampak sifat keluhuran dan ke-luar biasa-an Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, di mana setelah bertemu dengan Tuhannya, beliau justeru masih mau turun lagi ke dunia untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan demi keselamatan umatnya.

Seandainya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang egois dan hanya memikirkan kepentingan dan keselamatan dirinya sendiri, niscaya beliau enggan untuk turun lagi ke dunia. Itulah cermin bahwa beliau adalah seorang manusia paripurna (insan kamil) sekaligus seorang sufi sejati, yang tidak hanya berpredikat shalih (berkepribadian baik secara personal), tetapi juga seorang mushlih (menjadikan orang lain menjadi baik).

Peristiwa ini mengandung pelajaran yang sangat penting, bahwa kita tidak boleh terjebak pada kesalehan ritual-spiritual yang bersifat personal semata. Sebab kesalehan yang sejati adalah manakala seseorang bisa membangun relasi yang harmonis dan seimbang: baik antara dirinya dengan Tuhannya (hablun min Allah); antara dirinya dengan sesamanya (hablun min al-nas); maupun antara dirinya dengan alam dan lingkungan sekitarnya (hablun ma'a al-bi'ah).

Keempat, dalam peristiwa Isra' Mi'raj, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendapat perintah yang sangat penting, berupa perintah shalat. Sedemikian pentingnya shalat, sehingga perintah itu diterima langsung oleh Nabi tanpa melalui perantara Malaikat Jibril.

"Shalat adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan shalat berarti ia menegakkan agama, barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia menghancurkan agama." Demikian sabda Nabi. Namun hal yang sesungguhnya paling penting adalah bagaimana kita menjiwai dan menerapkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam ritual shalat tersebut.

Jangan sampai kita memahami shalat hanya sebatas rutinitas dan "seremonial" belaka, tanpa memahami makna apa-apa di dalamnya. Al-Qur'an mengkritik orang-orang yang melakukan shalat sebagai "pendusta agama" dan bahkan dianggap celaka, manakala mereka melalaikan atau tidak melaksanakan pesanpesan moral yang terkandung di balik shalat yang dilakukannya (sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Ma'un: 3-4).

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Shalat mengajarkan kita akan pentingnya disiplin dan menghargai waktu. Maka, salah satu ciri dari kualitas shalat seseorang adalah sejauh mana ia disiplin dan menghargai waktu, yang kemudian diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Di dalam shalat juga terkandung pesan ke-tawadlu'-an (rendah hati), sebab betapa di dalam shalat kita rela meletakkan kepala kita, yang merupakan mahkota atau anggota tubuh yang paling mulia, merunduk ke tempat sujud, sejajar dengan kaki kita. Maka kesombongan dan sikap kesewenang-wenangan jelas bukanlah sifat orang yang baik shalatnya.

Shalat juga mengajarkan kita akan pentingnya menebarkan nilai-nilai kedamaian, keharmonisan, dan persaudaraan. Karena bukankah setiap kali kita mengakhiri shalat, kita selalu mengucapkan salam (assalamu'alaikum warahmatullah) sambil menoleh ke kanan dan ke kiri?!

Maka indikator lain dari orang yang baik shalatnya adalah ia senantiasa menebarkan rasa kedamaian, persaudaraan, dan kasih sayang di tengah-tengah masyarakatnya.

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan berbagai pelajaran penting dari peristiwa Isra' Mi'raj sebagai wujud nilai Islam rahmatan lilalamin serta betul-betul mengaktualisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata. Aamiin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Ceramah tentangIsraMiraj (3):

Mengambil Hikmah dari Isra Miraj dalam Membangun Kesejahteraan dan Persatuan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, hadirin yang dirahmati Allah. Marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kehidupan ini, berada dalam negeri damai yang akan segera menggelar Pemilu Serentak. Semoga Allah memberikan keamanan, kelancaran, dan kedamaian dalam prosesnya.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya. Semoga kita termasuk umat yang dicintai-Nya dan mendapatkan syafaat di yaumil qiyamah.

Dalam kesempatan ini, mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kesadaran akan kehadiran-Nya menjadi kunci menjaga diri dari penyimpangan dan memotivasi kita untuk berbuat kebaikan. Taqwa adalah bekal yang akan menyelamatkan kita di akhirat.

Salah satu wujud ketaqwaan adalah bersyukur kepada Allah atas nikmat hidup di negeri yang damai. Sayangnya, kadang kita kurang menyadari keberuntungan ini. Allah berfirman, "Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim [14]: 7).

Kaum Muslimin, marilah kita memanfaatkan momentum bulan Rajab untuk merenungkan peristiwa agung Isra Miraj. Sejarah spiritual ini mengandung nilai-nilai luhur yang tetap aktual. Kita harus mengaktualisasikan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam menghadapi Pemilu Serentak, mari kita perkuat persatuan. Isra Miraj mengajarkan bahwa manusia perlu membangun hubungan sosial yang harmonis, baik di masjid maupun di tengah masyarakat. Kualitas keislaman bukan hanya diukur di dalam masjid, tetapi juga di luar, melalui interaksi yang baik dengan sesama.

Miraj mengajarkan pula pentingnya transendensi, mendekatkan diri kepada Allah untuk terhindar dari godaan materi dunia. Kesalehan sejati adalah ketika seseorang membangun relasi harmonis dengan Tuhan, sesama, dan alam sekitar.

Peristiwa Isra Miraj mengingatkan kita akan keluhuran Nabi Muhammad SAW. Kendati bertemu langsung dengan Allah, beliau turun lagi ke dunia demi menyampaikan pesan Tuhan. Kita diajak untuk tidak egois, melainkan menjadi orang yang menjadikan orang lain baik.

Dalam Miraj, Nabi mendapat perintah sholat. Sholat bukan sekadar ritual, melainkan ajaran moral yang harus dijiwai. Kesalehan seseorang tercermin dari disiplin dan menghargai waktu, kesederhanaan, dan penyebaran nilai-nilai kedamaian.

Semoga peringatan Isra Miraj ini membawa hikmah dan pelajaran berharga dalam membangun kesejahteraan dan persatuan. Mari kita jadikan Islam sebagai sumber kedamaian dan keberkahan dalam kehidupan kita. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah terindah kepada Rasulullah SAW melalui perintah sholat lima waktu dalam perjalanan Isra Miraj. Momentum ini mengajarkan kita untuk merefleksi kembali sejarah, merenungi pesan, dan menjadikan peristiwa tersebut sebagai peringatan bagi umat Islam.

Dalam perjalanan Isra Miraj, Rasulullah SAW menyaksikan berbagai gambaran kehidupan umatnya di masa depan. Wabah-wabah seperti kurangnya sedekah, meninggalkan kewajiban sholat, hingga kecenderungan mengonsumsi hasil riba menjadi sorotan dalam visualisasi yang diperlihatkan Allah SWT.

Ini adalah peringatan bagi kita untuk menjaga kewajiban sholat, mengeluarkan sedekah, dan menjauhi segala bentuk perbuatan yang dilarang. Refleksi ini diharapkan dapat membantu umat Islam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.

Mari jadikan peristiwa Isra Miraj sebagai landasan untuk meningkatkan ketaqwaan, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menyadari pentingnya menjaga nilai-nilai agama. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini dan menjadi umat yang taat serta bermanfaat bagi sesama.

Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Contoh Ceramah tentang Isra Miraj (4): Hikmah di Balik Peristiwa Isra Mi'raj

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Telah maklum bahwa kita semua telah memasuki bulan Rajab, bulan yang mulia. Nabi Muhammad dalam memperhatikan bulan Rajab sampai memanjatkan doa yang sebagaimana diriwayatkan oleh Anas Ibn Malik dalam Musnad Ahmad:

أَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

"Ya Allah, semoga Engkau memberkahi kami pada bulan Rajab dan Sya'ban, semoga Engkau pertemukan kami dengan bulan Ramadan." Seolah-olah bulan Rajab merupakan persiapan awal untuk menyambut bulan Ramadan. Ia menjadi tonggak dari rangkaian ibadah-ibadah penting pada bulan yang jatuh setelahnya, yaitu bulan Sya'ban dan Ramadan.

Sebagian ulama berkata:

رَجَبُ شَهْرُ الزَّرْعِ وَشعْبَانُ شَهْرُ السَقْيِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْحَصَادِ

"Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban adalah bulan untuk menyirami, dan Ramadan adalah bulan panen."

Maka dari itu, marilah kita gunakan bulan Rajab ini dengan sebaik-baiknya dengan memperbanyak amal saleh, istighfar, sedekah, puasa dan lain sebagainya.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Sebagaimana kisah yang telah masyhur, pada bulan Rajab juga terdapat peristiwa ajaib dan mengagumkan, berupa isra' wal mi'raj, perjalanan nabi dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsha kemudian menuju Sidratul Muntaha. Berikut beberapa kisah yang dapat kita petik dari cerita Isra' dan Mi'raj tersebut. Pertama, Isra' dan Mi'raj adalah perkara yang haq karena sharih (sangat jelas dan eksplisit) disebutkan dalam Al-Qur'an, sebuah kejadian yang pasti terjadi, pasti benar, tak ada keraguan sama sekali meskipun akal manusia tidak dapat menjangkau.

Semua hal aneh ini terjadi dalam rangka menguji dan mengukur ketebalan iman seseorang, sebab manusia tersesat adalah orang yang hanya mengukur sebuah kebenaran hanya bersandar pada akal semata. Kita harus menghindari arus pemikir yang hanya membanggakan akal dengan mengesampingkan kekuatan Allah yang lain. Karena tidak mustahil jika pola pikir demikian dilestarikan akan menjadikan ajaran agama yang tidak cocok dengan akal akan ditolak dan diingkari, na'udzubillahi min dzalik. Padahal model demikian adalah cara pandang iblis. Iblis itu disifati dengan أَوَّلُ مَنْ قَاسَ الدِّيْنَ بِرَأْيِهِ (makhluk yang pertama kali mengukur kebenaran agama dengan akalnya sendiri).

Kedua, sebelum Nabi Muhammad menghadap Allah SWT (mi'raj), beliau dibedah dadanya, dibersihkan hatinya meskipun hati Nabi sebenarnya sudah pasti bersih karena beliau ma'shum (suci dari dosa). Sebagaimana yang ditulis pengarang Simthut Durrar, Habib Ali Al Habsyi:

وَمَا أَخْرَجَ الْلأَمْلَاكُ مِنْ قَلْبِهِ أَذَى وَلَكِنَّهُمْ زَادُوْهُ طُهْرًا عَلَى طُهْرٍ

"Malaikat tidak menghilangkan kotoran dari hati Nabi, tetapi agar hati yang suci semakin menjadi suci".

Pembersiahan hati ini dilakukan sebelum Rasulullah menerima tugas shalat lima waktu. Ini juga pelajaran bagi kita sebagai umatnya yang banyak dosa bahwa saat akan menghadap Allah SWT hendaknya lebih dahulu kita bersihkan hati kita masing-masing. Maksudnya, apabila kita shalat harus dimulai dengan hati yang suci, khusyu' tidak memikirkan bab dunia. Sampai Allah SWT berfirman menggunakan lafadz " أَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ " tidak " اِفْعَلُوْا الصَّلَاةَ ". Iqâmatusshalâh tidak sama dengan fi'lusshalâh. Fi'lusshalâh yang penting melakukan rukun dan syarat shalat sudah disebut fi'lusshalâh.

Tetapi Iqâmatusshalâh yang maknanya adalah:

اِتْيَانُ الصَّلَاةِ بِحُقُوْقِهَا الظَّاهِرَةِ وَ حُقُوْقِهَا الْبَاِطَنَة

Melaksanakan shalat dengan menjalankan syarat-rukun shalat yang dhahir dan syarat-rukun shalat yang bathin, yaitu khusyu'.

Hadirin, Lalu bagaimana agar dapat melaksanakan shalat dengan khusyu'?

Hatim Al Asham ditanya

"كَيْفَ تَخْشَعُ فِيْ صَلَاتِكَ؟"

Bagaimana engkau dapat khusyu' dalam shalatmu?

Maka ia menjawab:

أَقُوْمُ وَ أُكَبِّرُ لِلصَّلَاةِ وَ أَتَخَيَّلُ الْكَعْبَةَ أَمَامَ عَيْنِيْ

Aku berdiri membayangkan Ka'bah ada di depanku

وَالصِّرَاطَ تَحْتَ قَدَمِيْ وَالْجَنَّةَ عَنْ يَمِيْنِيْ وَالنَّارَ عَنْ شِمَالِيْ وَمَلَكَ الْمَوْتِ وَراَئِيْ

Aku membayangkan Shirath di bawah telapak kakiku, surga ada di sebelah kananku, neraka ada di sebelah kiriku dan malakul maut ada di belakangku.

Hadirin hafidzakumullah,

Dengan keterangan tadi, kita semua dapat memahami bahwa shalat yang dimaksud dalam Al-Qur'an yang تَنْهَىْ عَنِ الْفَخْشَاِء وَالمنْكَرِ itu bukan shalat biasa, tidak hanya fi'lusshalâh namun harus Iqâmatussahlâh, shalat yang benar-benar khusyu', hudlûr dan hati suci.

Semoga kita semua, dan keluarga kita dapat menjadi semakin baik, dimudahkan dalam melaksanakan semua perintah Allah SWT, mendapat ridha Allah SWT dan akhirnya masuk surga-Nya. Aamiin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh Ceramah tentang Isra Miraj (5): Isra Miraj, Peneguhan Iman dan Tantangan Pembangunan Peradaban

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dalam perjumpaan kita kali ini, marilah kita bersama-sama merefleksikan peristiwa Isra Miraj sebagai wilayah keimanan yang melampaui batas kemampuan manusia. Kejadian ini meneguhkan keyakinan kita akan kemukjizatan Nabi Muhammad SAW, yang diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu melampaui tujuh langit hingga mencapai Sidratul Muntaha. Semua ini bukan hanya sebuah perjalanan fisik, melainkan dimensi iman yang mendalam dengan hikmah-hikmah metafisik yang mengandung banyak pelajaran berharga.

Peristiwa Isra Miraj mengandung makna bahwa kekuasaan Allah meliputi segala hal dalam kehidupan, termasuk kuasa-Nya dalam menggerakkan Nabi-Nya melalui perjalanan yang luar biasa ini. Ini adalah bukti nyata akan keesaan-Nya, dan sebagai umat Islam, kita diingatkan untuk memaknai bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini adalah kehendak dan kekuasaan Allah.

Dalam konteks ini, keimanan dan ketaqwaan menjadi landasan terdalam bagi setiap insan beriman. Ranah kehidupan metafisika mengajarkan bahwa kehidupan ini tidak sekadar urusan fisik dan akal. Oleh karena itu, sebagai manusia beriman, kita harus merendahkan hati dan tidak congkak terhadap segala yang dimiliki, karena segalanya bersifat nisbi dan fana.

Keimanan dan takwa harus tercermin dalam sikap, pikiran, dan tindakan kita sehari-hari, yang senantiasa mentaati perintah Tuhan dan risalah Nabi untuk kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Kesalehan hidup, yang memancarkan kebaikan bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan kemanusiaan, adalah perwujudan dari dimensi iman dan takwa ini.

Maka, mari kita memahami bahwa Isra Miraj tidak hanya merupakan peristiwa sejarah, tetapi juga merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang mengajarkan tentang cinta, ketakwaan, dan pembangunan peradaban. Sebagai umat Islam, marilah kita menjadikan Isra Miraj sebagai inspirasi untuk mengembangkan kecerdasan murni, ilmu pengetahuan, teknologi, dan potensi yang telah dianugerahkan Tuhan. Jadilah insan pembangun peradaban yang merahmati semesta alam.

Demikianlah, kiranya kita dapat memahami makna Isra Miraj secara lebih mendalam dan mengambil hikmah-hikmahnya dalam perjalanan kehidupan kita. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Demikianlah kumpulan contoh ceramah tentang Isra Miraj. Semoga bermanfaat, ya, detikers!




(mff/mjy)


Hide Ads