Penampakan Fosil Kulit Berusia 290 Juta Tahun yang Ditemukan Peneliti

Penampakan Fosil Kulit Berusia 290 Juta Tahun yang Ditemukan Peneliti

Tim detikEdu - detikSumut
Senin, 22 Jan 2024 06:00 WIB
Permukaan negatif kulit dari hampir 290 juta tahun lalu menunjukkan variasi yang signifikan dalam morfologi eksternal, pola, dan distribusi sisik epidermis. (Mooney et al)
Foto: Permukaan negatif kulit dari hampir 290 juta tahun lalu menunjukkan variasi yang signifikan dalam morfologi eksternal, pola, dan distribusi sisik epidermis. (Mooney et al)
Medan -

Ethan D Mooney dalam jurnal Current Biology mempublikasi penemuan fosil kulit tertua yang diperkirakan berusia 290 juta tahun. Fosil itu ditemukan di Oklahoma, Amerika Serikat.

Dilansir detikEdu fosil kulit itu memiliki permukaan berkerikil seperti kulit buaya. Lapisan kulit terluar ini tercatat sebagai yang tertua dari temuan kulit reptil, burung, dan mamalia selama ini.

Kulit ini diperkirakan milik reptil Paleozoikum yang hidup sekitar 289-286 juta tahun lalu

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diperkirakan Berasal dari Hewan Purba yang Jatuh ke Gua

Tim peneliti memperkirakan, kulit lapisan terluar dari ratusan juta tahun lalu itu bisa awet karena rembesan minyak dan sedimen tanah liat halus di gua yang memperlambat dekomposisi. Di samping itu, lingkungan gua diperkirakan tidak mengandung oksigen.

"Hewan mungkin jatuh ke dalam sistem gua ini selama awal Permian dan terkubur dalam sedimen tanah liat yang sangat halus sehingga memperlambat proses pembusukan," tutur Mooney, dikutip dari Science Daily.

ADVERTISEMENT

"Tetapi yang menarik adalah bahwa sistem gua ini juga merupakan tempat rembesan minyak aktif selama masa Permian, dan interaksi antara hidrokarbon dalam minyak Bumi dan tar kemungkinan besar memungkinkan kulit ini terawetkan," sambungnya.

Penggemar paleontologi Bill dan Julie May di Richards Spu awalnya mengumpulkan fosil kulit tersebut dan spesimen lainnya.

Kondisi unik di Richards Spur mengawetkan sejumlah fosil hewan darat purba, termasuk kulit tersebut.

Mooney, mahasiswa pascasarjana Paleontologi Universitas Toronto, semula mengerjakan proyek peneliti ini saat masih sarjana, bersama ahli paleontologi Robert Reisz dari kampusnya.

Jendela Dunia Purba dari Kulit Sekuku

Fosil kulit tersebut berukuran lebih kecil dari kuku. Namun, pemeriksaan mikroskopis oleh rekan penulis studi, Tea Maho dari Universitas Toronto Mississauga, mengungkapkan jaringan epidermis, ciri khas kulit amniota.

Amniota adalah kelompok vertebrata darat yang mencakup reptil, burung, dan mamalia. Kelompok ini berevolusi dari nenek moyang amfibi selama Periode Karbon.

Di samping mirip kulit reptil purba dan buaya, ada daerah berengsel di antara sisik epidermisnya. Karakteristik ini mirip struktur kulit ular dan kadal cacing.

Temuan kulit amniota yang mirip reptil masa kini melengkapi gambaran adaptasi evolusioner penting pada transisi kehidupan hewan ke darat.

"Epidermis merupakan fitur penting bagi kelangsungan hidup vertebrata di darat. Ini jadi penghalang antara lingkungan luar yang keras dengan proses internal tubuh," jelas Mooney.

"Menemukan fosil kulit tua merupakan kesempatan luar biasa untuk mengintip ke masa lalu dan melihat seperti apa kulit beberapa hewan paling awal ini," sambungnya.

Peneliti menyatakan saat ini belum bisa mengidentifikasi spesies hewan tersebut karena tidak terkait dengan kerangka atau sisa-sisa lainnya. Spesimen kulit tersebut kini disimpan di Museum Royal Ontario.




(astj/astj)


Hide Ads