Stasiun KA Binjai Masih Pertahankan Gaya Bangunan Zaman Kolonial Tempo Dulu

Sumut in History

Stasiun KA Binjai Masih Pertahankan Gaya Bangunan Zaman Kolonial Tempo Dulu

Kartika Sari - detikSumut
Minggu, 03 Des 2023 07:00 WIB
Stasiun Kereta Api Binjai. (Kartika Sari/detikSumut)
Stasiun Kereta Api Binjai. (Kartika Sari/detikSumut)
Binjai -

Suasana Stasiun Binjai cukup ramai pada pada sore itu. Para calon penumpang menunggu di kursi panjang, tepat di sebelah gerbang masuk.

Tim detikSumut kemudian berkeliling sekitar stasiun pada Selasa (28/11/2023) sore. Lokasinya berada di Jalan Ikan Paus, Kecamatan Binjai Timur, Binjai.

Di depan lobi stasiun, terpasang plank sederhana bertuliskan BINJAI. Bangunan stasiun tampaknya tak mengalami banyak perubahan, mungkin hanya catnya saja yang terus diperbarui.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana tempo dulu bergaya klasik begitu terasa pada bagian depan stasiun. Jendela kayu dan ornamen-ornamen memiliki gaya Eropa yang cukup kental.

Sementara itu, hal modern yang sudah terlihat hanyalah sistem scan tiket menggunakan QR Code. Ada sekitar dua penjaga yang akan membantu para penumpang untuk melakukan scan tiket.

ADVERTISEMENT

Di sekitaran stasiun kereta api Binjai terdapat beberapa penjual makanan ringan dan warung makan. Beberapa calon penumpang memilih untuk menikmati hidangan sambil menunggu keberangkatan.


Tak jauh dari stasiun, terdapat seratusan lebih sepeda motor yang terparkir. Diketahui, motor tersebut milik para penumpang yang bekerja di Kota Medan.

"Itu kereta (sepeda motor) penumpang yang kerjanya di Medan. Jadi mereka titipkan pagi-pagi, nanti pulang baru pulang. Pas dibuka rute Medan-Binjai lah baru dia ramai kali gini," kata seorang penjual makanan sekitaran Stasiun Binjai.

Stasiun Binjai ternyata ternyata memiliki ruang kenangan tersendiri bagi para penumpang setianya. Seperti dirasakan Hartati, penumpang yang sedang menunggu kereta tujuan Kota Medan.

Warga Binjai ini bercerita bahwa dirinya harus menempuh menggunakan kereta api untuk bertemu dengan cucunya ke Besitang.

"Dulu sering ke Besitang naik dari Stasiun Binjai ini lah mau ketemu cucu juga kan. Kalau naik mobil kan kita enggak punya kendaraan pribadi, setiap bulan saya ke sini naik kereta api," ujar Hartati.

Hartati menyebut tidak banyak yang terlalu berubah dari stasiun Binjai. Ia menyebutkan bahwa hanya cat saja yang diperbarui.

"Nggak banyak berubah, suasananya masih sama persis. Bangunannya juga kayak dulu, kalau ke sini itu ingat zaman-zaman ke sana ke mari naik kereta api lah," ucapnya.

Sementara itu, banyak juga para kawula muda yang menyukai bentuk arsitektur bangunan Stasiun Binjai yang dinilai estetik.

"Suka sih bangunannya itu unik, ala-ala Eropa tempo dulu dan kerennya mereka ini mempertahankan keasliannya. Jadi kan kita juga bisa belajar sejarah," kata Wira, penumpang yang sedang menunggu jadwal keberangkatan kereta.

Bangunan Stasiun Masih Pertahankan Bangunan Zaman Kolonial. Baca Halaman Berikutnya...

Pertahankan Gaya Bangunan Kolonial

Nama Stasiun Binjai dulunya bukan seperti sekarang ini. Dilansir melalui website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumut, Stasiun Binjai dulu bernama Stasiun Timbang Langkat. Ini merupakan stasiun kereta api kelas II.

Stasiun yang terletak pada ketinggian +29,52 m ini termasuk dalam Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh. Berbeda dengan stasiun modern yang ada di Medan, Stasiun Binjai masih lekat mengusung gaya bangunan kolonial saat dibangun saat itu.

Stasiun Kereta Api zaman Belanda ini hingga kini masih berfungsi dan beroperasi secara normal. Setiap hari masih dilewati kereta walaupun frekuensinya tak sebanyak dulu.

Berdasarkan penjelasan website Disbudpar, ini disebabkan oleh perubahan sistem transportasi di Medan. Fungsi bangunan tidak berubah, ruang kepala Stasiun, loket, kursi antrian, dan lain-lain dengan kondisi yang kurang terawat.

Apabila berbicara tempo dulu, Stasiun Binjai merupakan persimpangan jalur ke Besitang dan jalur ke Kuala, tetapi saat ini jalur kereta api ke Kuala sudah mati dan yang tersisa hanyalah bekas-bekasnya saja. Jalur kereta api menuju Kuala dan Besitang terdapat di sebelah utara stasiun Binjai.

Stasiun Binjai dahulu dulunya memiliki enam jalur kereta api, tetapi sekarang hanya tersisa tiga saja. Jalur 1 merupakan sepur lurus. Di ujung utara stasiun ini juga masih terdapat sisa menara air dan sumurnya, serta corong pipa pancuran pengisian air untuk lokomotif uap di ujung utara dan selatan emplasemen stasiun ini. Lebih dahulu lagi, stasiun ini memiliki dipolokomotif yang kini sudah dirobohkan.

Stasiun Binjai saat ini sudah tidak melayani perjalanan KA menuju Besitang karena jalur ke Besitang karena jalur ke Besitang sendiri saat ini dinonaktifkan.

Selain itu, stasiun ini juga tidak lagi melayani angkutan barang. Pada masa lalu, terdapat empat stasiun antara Medan-Binjai, yakni Sikambing, Sunggal, Sunggal, Sungai Semayang, dan Diski.

Jalur ini sedang dalam progres reaktivasi sebagai bagian dari proyek pembangunan jalur kereta api Trans-Sumatera yang nantinya akan menghubungkan Aceh dengan Sumatera Utara.

Hanya satu layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini, yaitu kereta api Sri Lelawangsa. Perjalanan sepanjang Medan-Binjai, banyak hal yang telah berubah, beberapa pabrik yang dulu berdiri dengan megah, kini hanya tinggal puing-puing, beberapa sawah yang dulu begitu luas, kini berganti dengan perumahan. Beberapa Batching Plant, nampak merana serta menyisakan puing-puing, mungkin kalah besaing, sehingga harus ditutup.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: KPK Tetapkan 5 Tersangka Terkait OTT di Sumut"
[Gambas:Video 20detik]
(astj/astj)


Hide Ads