Mengenal 6 Pahlawan Nasional dari Sumatera Barat

Mengenal 6 Pahlawan Nasional dari Sumatera Barat

Rindi Antika - detikSumut
Kamis, 09 Nov 2023 06:00 WIB
Mohammad Hatta
Mohammad Hatta (Foto: Instagram: @mohammadhatta_)
Medan -

Kemerdekaan Indonesia saat ini tidak lepas dari perjuangan para pahlawan untuk merebut hingga mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pahlawan merujuk pada orang yang menonjol karena keberanian serta pengorbanan nya untuk membela kebenaran

Jasa para pahlawan itu akan selalu dikenang dan diteladani. Pahlawan yang berjasa itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Berikut 6 Pahlawan Nasional dari Sumatera Barat.

1. Mohammad Hatta

Melansir dari buku Biografi Singkat Mohammad Hatta, Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Bersama Soekarno, ia dikenal sebagai Proklamator Kemerdekaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mohammad Hatta juga pernah menjabat sebagai perdana menteri di kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Hatta dikenal akan komitmennya terhadap demokrasi dengan mengeluarkan Maklumat X yang kemudian menjadi tombak awal demokrasi Indonesia. Hingga pada 1956, Hatta mundur dari jabatannya sebagai Wakil Presiden.

Mohammad Hatta dikenal dengan julukan Bapak Koperasi Indonesia karena karyanya di bidang ekonomi. Hatta wafat pada 14 Maret 1980 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Mohammad Hatta kemudian ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Proklamator Indonesia melalui Keppres nomor 081/TK/1986.

ADVERTISEMENT

2. Tuanku Imam Bonjol

Melansir dari Ensiklopedia Pahlawan Nasional, Tuanku Imam Bonjol atau Peto Syarif lahir pada 1772 di Kampung Tanjung Bunga, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Tuanku Imam Bonjol adalah pendiri sebuah desa kecil yang diperkuat dengan benteng tanah liat bernama negeri Bonkol.

Ia terlibat pertentangan antara kaum adat yang didukung oleh Belanda dengan kaum paderi atau kaum agama dibawah pimpinan Imam Bonjol. Hingga pada tahun 1832 Belanda menyerang Sumatera Barat dan berhasil merebut Bonjol yang tiga bulan kemudian berhasil direbut kembali.

Tuanku Imam Bonjol kemudian terjebak oleh pengkhianatan dan diasingkan ke Cianjur, kemudian ke Ambon, dan Manado hingga wafatnya di usia 92 tahun pada tanggal 6 November 1864. Tuanku Imam Bonjol kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.87 Tahun 1973

3. Sutan Syahrir

Dilansir dari buku Kisah Heroik Pahlawan Nasional Terpopuler, Sutan Syahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Pada tahun 1932 Sultan Syahrir terpilih sebagai Ketua Umum Partai Pendidikan Nasional Indonesia Baru (PNI Baru).

Kemudian pada tahun 1934, Sutan syahrir ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda dan diasingkan ke Boven Digul, Banda Neira, dan terakhir di Sukabumi. Setelah kemerdekaan, Sutan Syahrir pernah diangkat menjadi ketua KNIP dan tiga kali memimpin Kabinet Parlementer

Sutan Syahrir terkenal akan keberhasilannya dalam diplomasi di Perjanjian Linggarjati. Namun pada 1962 ia ditangkap oleh pemerintah orde baru atas tuduhan kudeta dan percobaan pembunuhan terhadap Presiden RI. Sutan Syahrir meninggal saat berobat di Swiss pada 6 April 1966 kemudian dimakamkan di TMP Kalibata. Sutan Syahrir kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Keppres nomor 76 tahun 1966.

4. Abdul Muis

Melansir dari Ensiklopedia Pahlawan Nasional, Abdul Muis lahir pada 3 Juli 1883 di Sungai Puar, dekat kawasan Bukittinggi, Sumatera Barat. Abdul Muis sendiri pernah belajar di STOVIA namun tidak sampai tamat, kemudian terjun ke bidang kewartawanan.

Abdul Muis terkenal akan tulisannya di De Express yang berisi kecaman terhadap Belanda yang menghina Indonesia. Hingga pada tahun 1927 ia ditangkap dan diasingkan ke Jawa Barat

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Abdul Muis membentuk Persatuan Perjuangan Priangan, untuk membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Abdul Muis meninggal pada 17 Juni 1959 dan dimakamkan di Bandung. Abdul Muis kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.218 Tahun 1959

5. Rasuna Said

Melansir dari buku Kisah Heroik Pahlawan Nasional Terpopuler, Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau H.R. Rasuna Said lahir pada 14 September 1910 di Maninjau, Agam, Sumatera Barat. Rasuna Said memperjuangkan persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dan juga ikut berkecimpung di ranah politik pada masanya.

Perjuangan politik Rasuna Said diawali dengan aktivitasnya di Sarekat Rakyat (SR) sebagai Sekretaris cabang. Kemudian Rasuna Said juga bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) di Bukittinggi pada tahun 1930

Dalam bidang jurnalistik Rasuna Said terkenal akan tulisannya yang mengecam Belanda dan mendirikan majalah yang dinamai Menara Poetri. Rasuna Said wafat pada 2 November 1965 pada usia ke-55 tahun dan dimakamkan di TMP Kalibata Ir. H. Djuanda Kartawidjaja. Rasuna Said kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.berdasarkan SK Presiden RI No: 084/TK/Tahun 1974

6. Muhammad Yamin

Melansir dari Ensiklopedia Pahlawan Nasional, Prof. Mr Muhammad Yamin, SH. lahir pada 28 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat. Ia berperan aktif dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Muhammad Yamin juga berperan di panitia kecil. Dalam sidang yang diadakan panitia tersebut, Muhammad Yamin menggagas dasar falsafah negara yang akhirnya dikenal sebagai Pancasila. Setelah kemerdekaan Indonesia, Muhammad Yamin diangkat sebagai anggota KNIP, Ketua BAPPENAS, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Wakil Pertama Bidang Khusus, dan Menteri Penerangan.

Muhammad Yamin meninggal pada 17 Oktober 1962 dan dimakamkan di kampung halamannya di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat. Muhammad Yamin kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.88 Tahun 1973.

Nah detikers itulah 6 Pahlawan Nasional dari Sumatera Barat. Semoga dapat menambah pengetahuanmu, ya

Artikel ini ditulis oleh Rindi Antika, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(afb/afb)


Hide Ads