Pada 10 November nanti akan diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional. Di Indonesia sendiri, pahlawan yang membantu mengusir penjajah sangat banyak. Ada beberapa pahlawan dari Lampung yang juga ikut membela negara. Siapa saja?
Dilansir dari situs Universitas Negeri Surabaya, pahlawan berasal dari bahasa Sansekerta phala yang berarti hasil atau buah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan dimaknai sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani.
Sementara itu, pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang gugur demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ini detikSumbagsel rangkum 5 pahlawan dari Lampung. Simak informasinya di bawah ini.
5 Pahlawan dari Lampung
1. Radin Inten II
Dilansir dari Buku Pintar Mengenai Pahlawan Indonesia oleh Suryadi Pratama, berikut profil dan peran perjuangan Radin Inten II.
a. Profil Radin Inten II
- Nama Lengkap: Radin Inten II
- Agama: Islam
- Tempat Lahir: Desa Kuripan, Lampung Selatan
- Tanggal Lahir: Tahun 1834
- Tanggal Meninggal: 5 Oktober 1856
- Nama Ayah: Raden Imba II
b. Sejarah dan Perjuangan Radin Inten II
Radin Inten II merupakan anak dari Raden Imba II. Di masa kecilnya ia diberikan Pendidikan yang keras dan kedisiplinan. Selain itu, ia juga diberikan pendidikan ilmu agama Islam agar memiliki kepribadian yang rendah hati ketika ia memiliki fisik yang kuat.
Pada usianya 16 tahun, ia dilantik menjadi ratu. Radin Inten II langsung dihadapkan peperangan melawan Belanda. Belanda memiliki keinginan untuk menguasai Lampung dikarenakan strategis dan dekat dengan Banten. Hingga tahun 1856, Belanda terus menerus melakukan serangan dengan membawa 9 kapal perang, 3 kapal pengangkut alat perang untuk melakukan serangan besar-besaran.
Perjuangan terus berlanjut hingga Belanda menyusun siasat licik agar bisa menaklukkan wilayah Radin Inten II. Belanda membayar seorang anggota pasukan Radin Inten II untuk merekayasa perjalanan Radin Inten II. Di tempat yang telah disepakati, Belanda menyergap dan menewaskan Radin Inten II pada 5 Oktober 1856 ketika berusia 22 tahun.
2. Gele Harun Nasution
Dilansir dari jurnal Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung oleh Tri Nuranika Sari, berikut profil dan sejarah perjuangan Gele Harun Nasution.
a. Profil Gele Harun Nasution
- Nama Lengkap: Gele Harun Al-Rasyid Nasution
- Tempat Lahir: Sibolga, Sumatera Utara
- Tanggal Lahir: 6 Desember 1910
- Tanggal Meninggal: 4 April 1973
- Nama Ayah: Dr. Harun Al-Rasyid
- Nama Ibu: Halimatus Saddiyah
b. Sejarah dan Perjuangan Gele Harun Nasution
Keluarga Gele Harun Nasution memutuskan untuk pindah ke Tanjung Karang, Lampung setelah ayahnya pension dari pekerjaannya sebagai dokter di perusahaan Belanda. Dari semasa kecilnya hingga dewasa Harun bersekolah di sekolah Belanda. Pada usianya ke 20 ia melanjutkan ke sekolah tinggi hakim di Belanda dan lulus pada tahun 1937 dan Kembali ke Indonesia.
Pada tahun 1939, di Lampung ia mendirikan advokat di Teluk Betung. Pada tahun 1945, Harun dan keluarganya pindah ke Palembang dan bergabung dalam organisasi Angkatan Pemuda Indonesia (API) di Palembang sebagai ketua. Harun juga bergabung di Mahkamah Militer Palembang dengan pangkat Letnan Kolonel Titular.
Namun sejak 1947 ia harus kembali ke Lampung dikarenakan pergerakan belanda di Palembang. Setelah sampai di Lampung, Harun kembali aktif di dalam API. Pada tahun 1948, Harun diangkat sebagai kepala pemerintahan darurat di Lampung. Hingga pada tahun 1949 Indonesia dan Belanda menandatangani perjanjian gencatan senjata dan memasuki masa damai.
Baca juga: 7 Cara Memperingati Hari Pahlawan 2024 |
3. KH Ahmad Hanafiah
Dilansir dari Dinas Sosial Provinsi Lampung, berikut profil dan sejarah perjuangan KH Ahmad Hanafiah.
a. Profil KH Ahmad Hanafiah
- Nama Lengkap: : KH. Ahmad Hanafiah
- Tempat Lahir: Sukadana, Lampung
- Tanggal Lahir: Tahun 1905
- Tanggal Meninggal: Agustus 1947
- Nama Ayah: KH. Muhammad Nur
- Nama Ibu: Khadijah
b. Sejarah dan Perjuangan KH Ahmad Hanafiah
Sejak usia lima tahun, Ahmad Hanifah berhasil menamatkan Al-Qur'an di bawah bimbingan ayahnya. Pada tahun 1930, ia melanjutkan pendidikannya menuju Makkah sekaligus mengajar pengetahuan agama Islam di Masjidil Haram.
Selama di sana, ia menjadi Ketua Himpunan Pelajar Islam Lampung di Makkah Arab Saudi. Pada tahun 1936 dan 1937 Ahmad Hanifah menerbitkan karya pertamanya Sirr al-Dahr dan karya kedua Al-Hujjah. Ahmad Hanifah kembali ke Lampung tahun 1936 dan menjadi pemimpin di Sarekat Islam (SI), Nahdatul Ulama (NU), dan Masyumi.
Pada tahun 1945, Ahmad Hanifah Bersama 3 organisasi menyerukan jihad untuk mempertahankan Indonesia. Pada tahun 1947 pada agresi pertama oleh belanda. Hanafiah memimpin pasukan Laskar Hisbullah menuju Palembang untuk mempertahankan Indonesia. Ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam karung oleh Belanda, kemudian ditenggelamkan ke sungai, sehingga jasadnya tidak ditemukan dan tidak mempunyai makam.
4. Alamsjah Ratoe Perwiranegara
Dilansir dari jurnal Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung dan Arsip Nasional RI, berikut profil dan sejarah perjuangan Alamsjah Ratoe Perwiranegara.
a. Profil Alamsjah Ratoe Perwiranegara
- Nama Lengkap: Alamsjah Ratoe Perwiranegara
- Tempat Lahir: Kotabumi, Lampung
- Tanggal Lahir: 25 Desember 1925
- Tanggal Meninggal: Januari 1998
- Nama Ayah: Baharuddin Yoesoef
- Nama Ibu: Siti Mariam
b. Sejarah dan Perjuangan Alamsjah Ratoe Perwiranegara
Setelah menamatkan pendidikan menengah ia menjalani militer di sukarela bentukan Jepang (Giyugun). Setelah Indonesia merdeka, Alamsjah kembali ke kampung halamannya bersama dengan Ryacudu mereka mendirikan penjaga keamanan rakyat (PKR). Alamsjah menjabat sebagai wakil ketua, mereka mendirikan PKR untuk membantu menjaga keamanan di Lampung.
Setelah deklarasi pada 17 Agustus 1945, Alamsjah menjadi instruktur di Palembang untuk 300 anggota TKR yang tidak memiliki pelatihan militer. Di antaranya, Napindo, BPRI dan Laskar Hizbullah. Alamsjah melanjutkan pendidikan militernya Senior Officer Course di Mhow, Negara Bagian Madhya Pradesh. Kemudian melanjutkan pendidikannya di General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia menjabat sebagai Deputi Pangad. Pada tahun 1972, ia menjabat sebagai Duta Besar RI di Belanda. Karirnya juga berlanjut menjadi Menteri Agama dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988). Sebagai bukti ia sebagai pejuang Lampung, terdapat patung ikonik dirinya di Lampung Utara.
5. Raden Mohammad Mangundiprojo
Dilansir dari Jurnal Universitas Muhammadiyah Palembang dan Jurnal Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, berikut profil dan sejarah perjuangan Raden Mohammad Mangundiprojo.
a. Profil Raden Mohammad Mangundiprojo
- Nama Lengkap: Raden Mohammad Mangundiprojo
- Tempat Lahir: Sragen, Lampung
- Tanggal Lahir: 5 Januari 1905
- Tanggal Meninggal: Desember 1988
b. Sejarah dan Perjuangan Raden Mohammad Mangundiprojo
Raden Mohammad Mangundiprojo merupakan mantan tentara PETA yang kemudian bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Ia ikut mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Surabaya saat terjadinya peristiwa 10 November 1945 Jembatan Merah.
Ia berhasil mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan berhasil membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) devisi Jawa Timur, yang berguna untuk memperkuat keamanan masyarakat Surabaya. Pada tahun 1955, ia menjadi residen Lampung menggantikan Gele harun. Selama pemerintahannya, ia berperan penting menangani masalah beras di Lampung dan mengatasi transmigran usai perang kemerdekaan.
Demikian informasi tentang 5 pahlawan dari Lampung. Semoga bermanfaat ya!
Artikel ini ditulis oleh Muhammad Febrianputra Jastin, peserta program magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dai/dai)