Tanggal 22 Oktober nanti akan diperingati sebagai Hari Santri Nasional 2023. Dalam memeriahkan peringatan besar itu, pemerintah telah menetapkan sejumlah aturan teknis mulai dari logo hingga temanya.
Lantas bagaimanakah logo dan tema Hari Santri Nasional tersebut? Berikut detikSumut hadirkan ulasannya.
Logo Hari Santri 2023
Mengutip laman resmi Kementerian Agama, logo yang dirilis untuk Hari Santri Nasional 2023 berupa simbol bendera merah putih dan api berkobar, simbolisasi huruf Nun, jaringan digital, empat pilar yang di atasnya terdapat sebuah titik berwarna kuning, dan goresan tinta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentu penggambaran logo tersebut memiliki makna tersendiri. Kemenag dalam rilis tersebut juga menyampaikan pokok-pokok makna tiap simbol yang ada di dalam logo tersebut.
Baca juga: Bolehkan Puasa di Hari Maulid Nabi? |
Makna Logo Hari Santri 2023
Simbol Bendera Merah Putih dan api berkobar merefleksikan rasa cinta terhadap Tanah Air yang hidup dalam jiwa para santri. Jaringan digital dalam logo ini menggambarkan para santri yang harus cakap dalam perkembangan digitalisasi yang cepat.
Kemudian terdapat simbol empat pilar. Simbol ini berangkat dari perwakilan empat pilar bangsa Indonesia yakni UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Di samping itu, di atas simbol ini terdapat titik berwarna kuning yang bermakna santri wajib memiliki jiwa nasionalis guna untuk menjaga keutuhan empat pilar yang dimaksud.
Huruf nun dalam simbol menandakan ilmu pengetahuan. Simbol terakhir adalah goresan tinta. Simbol ini menandakan sebuah harapan bagi para santri untuk mengharumkan nama bangsa dengan tinta emas.
Tema Hari Santri 2023
Selain logo, Kemenag juga merilis tema. Tahun ini tema yang diambil adalah 'Jihad Santri Jayakan Negeri'.
Adapun maksud dari tema ini dimaknai secara kontekstual dan historis. Secara kontekstual, tema ini menyiratkan dalam memajukan negeri peran santri sangat dibutuhkan.
"Jihad santri secara kontekstual adalah jihad intelektual, di mana para santri adalah para pejuang dalam melawan kebodohan dan ketertinggalan. Santri juga turut berjuang dan mengambil peran di era transformasi digital," kata Menag Yaqut dikutip dari laman resmi Kemenag, Senin (16/10/2023).
Dijelaskan juga jihad yang menggambarkan senjata bisa dianalogikan dengan buku dan pena. Buku sebagai senjata dan penanya adalah tongkat dari kebijaksanaan.
"Santri adalah teladan dalam menjalani jihad ini. Dengan buku sebagai senjata dan pena sebagai tongkat kebijaksanaan, mereka memperdalam ilmu dan menyebarkan cahaya. Mereka juga ikut mengisi ruang-ruang digital untuk penguatan literasi keagamaan yang moderat berdasarkan prinsip Islam rahmatan lil alamin," bebernya.
Sementara dari sisi historis, tema ini ingin mengajarkan bahwa membesarkan Indonesia juga menjadi para santri. Dari tema ini ingin mengedepankan bahwa para santri adalah orang-orang yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan menolak keras perilaku kolonial.
"Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober itu mengacu pada Resolusi Jihad yang dimaklumatkan oleh Kiai Hasyim Asyari. Resolusi Jihad itu berisi seruan kepada seluruh masyarakat agar berjuang menolak dan melawan penjajah," tutur Yaqut.
"Bahkan dikatakan bahwa berperang melawan penjajah adalah kewajiban setiap individu (fardlu 'ain) bagi yang berjarak 94 km dari kedudukan musuh," sambungnya.
(astj/astj)