Kopi Arabika Gayo menjadi salah satu komoditas ekspor dari Aceh. Penikmat terbesar kopi dari dataran tinggi itu adalah Amerika dan negara-negara di Eropa.
detikSumut berkesempatan melihat proses ekspor kopi di Ketiara Coffee beralamat di Jl. Raya Umang Kampung Umang No 76, Kecamatan Bebesen, Takengon, Aceh Tengah. Di tempat ini, kopi yang hendak dikirim ke luar negeri di sortir oleh sejumlah perempuan.
Mereka duduk di kursi masing-masing sesuai nama. Tangan mereka dengan cekatan memilah biji kopi. Bila kualitas dianggap kurang bagus akan dimasukkan ke timba di atas sortir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sementara biji kopi terbaik dimasukkan ke timba yang ada di bawah meja sortir. Para pekerja di tempat sortir ini dilarang memakai wangi-wangian agar aroma kopi tidak berubah.
Selain itu, berbagai proses sebelum ekspor dilakukan di tempat tersebut. Di kompleks itu juga ada gudang penyimpanan serta berbagai fasilitas lainnya. Bila ingin melihat kebun kopi, tinggal berjalan kaki beberapa ratus meter dari kompleks tersebut.
"Ketiara Coffee ini sudah ada sejak 2003. Namun waktu kita masih jual kopi untuk pasar lokal hingga tahun 2008," kata Owner Ketiara Coffee Bambang Arie Nugroho kepada detikSumut, Sabtu (19/8/2023).
Sejak tahun 2008, mereka mulai mengurus izin ekspor ke Jakarta. Izin ekspor keluar tidak lama setelah pengurusan. Izin dikantongi, tapi mereka awalnya bingung proses ekspor karena belum ada pembeli di luar negeri.
Mereka akhirnya dikenalkan ke pembeli di luar negeri oleh eksportir di Medan, Sumatera Utara. Gayung bersambut, buyer di Amerika Serikat datang ke Ketiara untuk melihat kualitas kopi.
"Kita mulai ekspor pertama itu di tahun 2012 dengan tujuan ke Amerika. Ekspor pertama itu sebanyak sembilan ton," jelas Arie.
Usai ekspor pertama berhasil, buyer dari sejumlah negara mulai melirik kopi dari Ketiara. Saat ini tercatat sekitar 15 negara menjadi tujuan ekspor dengan jumlah perbulan mencapai 100 ton.
"70 persen kita ekspor ke Amerika sisanya ke Eropa seperti Jerman, Swiss, Prancis. Selain itu ke China, Korea, Jepang, Singapura, Malaysia juga ada. Dalam sebulan itu bisa lima hingga tujuh kali ekspor tergantung permintaan," ujarnya.
"Kopi yang dikirim ke Amerika itu bebas pestisida karena mereka lebih mementingkan rasa kopi. Tapi kalau ke Jerman mereka punya standar pestisida 0,3 persen," lanjut Arie.
Menurutnya, kopi yang diekspor tersebut dibeli dari petani di Bener Meriah dan Aceh Tengah. Saat ini ada 2 ribu petani binaan Ketiara dan 17 staf.
"Kita ekspor langsung dari sini tapi pengapalan dari Belawan, Sumatera Utara," ujarnya.
Kepala Bea Cukai Aceh Safuadi mengatakan, Aceh memiliki potensi kopi luar biasa karena dua daerah di Tanah Rencong yakni Aceh Tengah dan Bener Meriah terkenal sebagai penghasil kopi. Permintaan pasar dunia saat ini juga disebut meningkat.
"Permintaan dunia untuk produk kopi tidak turun tapi meningkat. Ini yang kita yakini bisa kita kembangkan di Aceh. Aceh punya area yang sangat potensial untuk komoditi kopi," kata Safuadi.
Menurutnya, kopi Aceh paling banyak di ekspor ke Amerika dan dan Belanda. Negara-negara lain seperti Timur Tengah dan Turki juga melirik kopi arabika dari Serambi Makkah.
"Sekarang ada permintaan baru dari Italia yang meminta secara khusus 60 ribu ton yang kita yakini itu adalah market baru yang seharusnya kita sambut," ujar Safuadi.
(agse/dhm)