Sisi Gelap Bukittinggi: Inses Ibu-Anak Bertahun-tahun padahal Bapak di Rumah

Sumatera Barat

Sisi Gelap Bukittinggi: Inses Ibu-Anak Bertahun-tahun padahal Bapak di Rumah

Tim detikSumut - detikSumut
Selasa, 27 Jun 2023 03:08 WIB
Ilustrasi Fokus Inses Sulsel (Andhika Akbarayansyah/detikcom)
ilustrasi inses (Foto: Andhika Akbarayansyah/detikcom)
Bukittinggi -

Sisi gelap Kota Bukittinggi akhir-akhir ini terungkap karena kasus inses atau hubungan seksual sedarah antara ibu dan anak. Padahal, selama ini, citra Bukittinggi, dan Provinsi Sumatera Barat, dipandang sebagai wilayah religius oleh hampir masyarakat se-Nusantara.

Kasus inses ibu-anak tersebut diungkap sendiri oleh Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar. Ia mengungkapkan, hubungan terlarang itu diketahui telah berlangsung bertahun-tahun sejak si anak masih SMA.

"Anak kita, dari usia SMA. Dia dari SMA sampai usia 28 tahun berhubungan badan dengan ibu kandungnya," kata Erman Safar, dalam pertemuan Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Anak yang berlangsung di rumah dinas Wali Kota Bukittinggi, Rabu (22/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mirisnya, peristiwa inses itu berlangsung saat kondisi seluruh anggota keluarga utuh. Erman mengatakan, sang ayah masih satu rumah dengan istri dan anaknya.

"Bapaknya ada. Ada bapaknya di rumah. Satu rumah. Coba bayangin, dunia sudah tua," katanya lagi.

ADVERTISEMENT

Alhasil, si anak yang bersetubuh dengan ibu kandungnya tersebut saat ini sedang dikarantina oleh Pemko Bukuttinggi.

"Dia sekarang sedang kami karantina. Sedang kami karantina, warga kita," ujar Bang Wako, sapaan akrab Erman Safar.

Perihal ini, Kasat Reskrim Polresta Bukittinggi, AKP Fetrizal mengatakan, pihaknya akan melakukan penyelidikan terkait penyimpangan seksual tersebut. Ia mengaku baru mendapatkan kabar terkait hal itu setelah pernyataan Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar muncul di media.

"Kami baru dapat informasi. Tapi kami akan melakukan pendalaman dan penyelidikan terkait bagaimana, siapa yang melakukan inses ini," kata Fetrizal kepada wartawan Sabtu (24/6/2023).

Sementara itu, tujuan Walkot Erman Safar mengungkapkan kasus perilaku seksual menyimpang tersebut bukanlah semata-mata untuk menyingkap aib dan sisi gelap Kota Bukittinggi itu sendiri, melainkan untuk memperbaikinya dan mencegah terjadinya kasus serupa di masa yang akan datang.

Alasan Wali Kota Erman Safar ungkap kasus hubungan inses ibu-anak di halaman selanjutnya...

"Beberapa waktu belakangan, banyak masyarakat Minang kaget dengan maraknya pemberitaan perilaku menyimpang prilaku di Bukittinggi. Begitulah faktanya. Kami, Kota Bukittinggi fokus ke permasalahan ini, menyampaikan fakta," kata Erman Safar kepada detikSumut, Jumat (23/6/2023).

Bang Wako juga menuturkan, kasus ini sengaja ia bawa ke permukaan karena dirinya merasa kasus seperti itu sulit terselesaikan apabila berhenti di lingkup pemerintahan dan keluarga saja.

"Ini sudah lama terjadi dan tidak ada yang mengungkap. Saya memilih untuk mengejar masalah ini, karena kami ingin semua pihak menyadarinya. Kalau urusan (seperti) ini tidak akan selesai kalau hanya di pemerintahan dan Niniak Mamak saja. Butuh peran semua pihak sampai lingkungan terdekat," tambah Erman.

Erman menyebut pihaknya konsern menangani persoalan penyakit masyarakat di kota kelahiran Bung Hatta itu, karena merasa miris masih banyak pihak yang tidak peduli dengan masalah ini.

"Seharusnya, semua lini bergerak untuk menumpas penyakit masyarakat, termasuk daerah lain di Ranah Minang ini. Kalau kami diam, tak ada yang peduli. Sampai perilaku menyimpang menerpa keluarga terdekatnya, mereka baru sadar," katanya.

Sekalipun terjadi di Bukittinggi, Erman menduga jika pelaku perbuatan seksual menyimpang bukanlah berasal dari daerah tersebut, melainkan dari luar kota.

Ia menduga yang melakukan perbuatan menyimpang bukanlah warga asli Bukittinggi, melainkan banyak berasal dari luar kota.

"Untuk diketahui, yang kami amankan ini banyak berasal dari luar Bukittinggi. Kami menolak perilaku ini dan kedatangan mereka untuk melakukan aktivitas kotor mereka di kota kami. Kami akan buru terus," tegasnya.

Erman Safar berharap, orang tua juga harus berperan lebih aktif lagi. Anak-anak harus diberikan edukasi tentang perilaku menyimpang, sejak mereka mulai mengerti bahasa. Agama sudah harus tertanam lebih awal sebelum anak mengenal gadget.

"Kalau tidak, nanti kita akan menyesal seumur hidup. Mana yang dilarang, mana yang boleh dalam agama, sudah harus lebih awal diketahui oleh anak anak sebelum mereka mengakses media sosial termasuk YouTube dan game. Ayo kita bergerak bersama. Masalah ini kalau disembunyikan, ibarat gelindingan bola salju," pungkasnya.

Namun, bagaimana bisa seorang ibu dan anak kandung bersetubuh, sedangkan si ayah masih ada di rumah? Menurut pandangan Sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP), Erianjoni, kasus inses ibu-anak di Bukittinggi tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi karena hasrat seksual si ibu yang begitu tinggi dan tidak puas karena si ayah.

Pandangan sosiolog mengenai penyebab kasus inses ibu-anak di Bukittinggi di halaman selanjutnya...

"Kejadian yang di Bukittinggi adalah termasuk yang langka untuk konteks Sumbar, karena (inses) antara ibu dan anak laki-laki dan itu telah berlangsung tahunan. Ini gejala sosial yang sangat ironi di tengah banyaknya berbagai varian masalah penyimpangan seksual di Ranah Minang saat ini," kata Erianjoni kepada detikSumut, Jumat (23/6/2023).

Dari pandangan sosiologi, kata Eri, ada tiga hal yang menyebabkan terjadinya peristiwa itu. Pertama, bisa disebabkan persoalan hiperseks. Tidak menutup kemungkinan hasrat seksual si ibu begitu tinggi, tetapi di waktu yang bersamaan, ia tak terpuaskan oleh si ayah.

"Hasrat seksual si ibu bisa saja tergolong hiperseks (karena) ketidakpuasan oleh si ayah sehingga anak menjadi sasaran untuk pemuas," katanya.

Faktor kedua, kohesi sosial yang salah. Kedekatan yang berlebihan antara ibu dan anak tidak mustahil menyebabkan hilangnya sekat sosial yang membatasi hubungan tersebut.

Ketiga, hubungan terlarang tersebut disebabkan oleh disfungsi peran ayah dalam menjalankan fungsi proteksi atau perlindungan anggota keluarganya dari berbagai problem hidup.

"Dari relasi sosial yang salah itu atau hubungan sosial yang terlarang tersebut, lama kelamaan berbentuk dalam hubungan simbiotik atau saling membutuhkan antara ibu, yang butuh kepuasan seksual dan anak yang butuh kasih sayang dan uang untuk pemenuhan gaya hidup," kata dia.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: Warga Segel SMA Negeri 5 Bukittinggi gegara Anaknya Tak Diterima"
[Gambas:Video 20detik]
(mff/dpw)


Hide Ads