Cerita Bujang Menyelamatkan Penyu di Batam

Kepulauan Riau

Cerita Bujang Menyelamatkan Penyu di Batam

Alamudin Hamapu - detikSumut
Minggu, 04 Jun 2023 10:00 WIB
Busri atau Bujang menunjukkan pelindung sarang penyu agar tidak diganggu predator.
Foto: Busri atau Bujang menunjukkan pelindung sarang penyu agar tidak diganggu predator. (Istimewa).
Batam -

Berawal dari keinginan membuka ekowisata di Pulau Pulau Karas Kecil, Kecamatan Galang, Kota Batam, Busri (43) atau yang sering disapa Bujang akhirnya memilih melakukan konservasi penyu sisik dan penyu hijau di pulau tersebut. Konservasi penyu itu telah dilakukan Bujang sejak 2017 hingga sekarang.

"Saya awalnya mau buka untuk tempat wisata. Tetapi saya tidak sanggup karena terhalang transportasi karena harus menyediakan boat pancung. Untuk jemput pengunjung dari Sembulang ke Karas dan sebaliknya. Jadi dengan tidak adanya itu saya pikir-pikir saya buat konservasi penyu tidak ada saing. Karena setahu saya penyu satu-satunya di Batam di Pulau Karas Kecil," kata Bujang, Sabtu (3/6/2023).

Keinginan melakukan konservasi penyu itu bermula saat dirinya mengikuti sebuah kegiatan sosialisasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan pada 2015. Hal yang membuatnya tertarik dari konservasi adalah akan mendapatkan keuntungan ekonomi dari kegiatan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mau (konservasi) karena waktu ikut sosialisasi katanya ada uang makan ada gaji, ternyata tidak ada sampai sekarang. Malah sekarang harus keluar modal sendiri," ucapnya sambil tertawa.

Usaha melakukan konservasi penyu dan tukik yang dilakukan Bujang beberapa tahun belakangan ini kini sudah menampakkan hasil. Dulunya telur penyu di sekitar Pulau Karas Kecil sering diambil masyarakat atau diganggu predator, namun kini sudah tidak lagi.

ADVERTISEMENT

"Memang berat memberikan pemahaman kepada masyarakat. Sekarang Alhamdulillah masyarakat sekitar di Pulau Karas sudah tidak mengganggu. Kalaupun ada yang menemukan sarang penyu di tempat lain pasti memberikan kepada saya. Jika nelayan dapat terjaring atau dari kelong diantar ke saya. Setelah itu kita lepaskan kembali ke pulau karas kecil," ujarnya.

Untuk memberikan kesadaran terhadap masyarakat sekitar pentingnya menjaga penyu, Bujang terpaksa harus menguras isi kantongnya. Hal itu sebagai imbalan kepada masyarakat atas perhatiannya membantu melestarikan penyu.

"Saya biasanya beri Rp 50 ribu untuk yang mengantar penyu. Karena kalau ngantar biasa saja pasti orang tidak mau. Itu uang pribadi saya. Alhamdulillah kadang ada saja rezeki untuk penyu tersebut. Kalau uang dari pemerintah atau instansi terkait tidak ada. Saya Ikhlas," ujarnya.

"Kalau ada masyarakat yang bawa telur penyu, Saya beri imbalan per butir Rp 2000 tinggal di kali jumlah telur yang dibawa. Satu sarang itu lebih dari 130 butir telur. Itu belum tentu menetas telurnya. Biasanya kalau untuk penyu kalau ada 10 ekor lebih saya buat kegiatan penyelamatan penyu," tambahnya.

Baca selengkapnya di halaman berikut....

Hambatan melakukan konservasi penyu di Pulau karas kecil memang membutuhkan semangat lebih. Bujang sendiri memiliki dua anak perempuan dimana anak pertama sedang menempuh pendidikan tinggi di Tanjungpinang dan anak perempuan kedua duduk di kelas I SMP.

"Motivasi saya mengurus konservasi ini ialah 'kalau bukan kita siapa lagi', jadi ini seperti menjadi tanggung jawab saya. Selama melakukan penyelamatan penyu ini Alhamdulillah telur dan penyu aman, cuman saya yang kurang aman," ujarnya sambil tertawa.

Bujang sendiri melakukan konservasi melalui yayasan yang dibentuknya bersama beberapa orang rekannya. Saat ini Pengurusan administrasi sebagai konservasi telah diajukan lewat Yayasan Penyu Anak Karas Kecil (Pakcik) tengah dilakukan.

"Meski ada yang bilang wewenang instansi terkait. Jika tidak boleh saya konservasi ya dibantu atau mereka yang melakukan itu. Ini sudah jadi panggilan hati makanya saya urus. Dia (penyu) makhluk tuhan juga," ujarnya.

Bujang menceritakan beberapa kondisi saat ekonomi keluarganya sedang pas-pasan, ada warga yang mengantarkan telur penyu ke rumahnya. Dirinya tidak mungkin menolak sehingga meminta istrinya mengutang ke tetangganya.

"Ada masyarakat yang mengantar entah itu telur atau penyu saya kadang harus mengutang untuk diberikan kepada masyarakat. Pikiran saya yang penting penyu dan telurnya itu aman," sebutnya.

"Atau saya minta mereka melepas sendiri di Pulau Karas Kecil, setelah itu saya bayar uang lelah mereka. Ini usaha menumbuhkan kesadaran orang cukup berat. Ini sudah tanggung jawab saya. Hitungan ekonomi tidak ada untungnya. Tapi saya ikhlas melakukan ini," tambahnya.

Di tengah keterbatasan konservasi penyu, berbagai godaan menghampirinya. Ia mengaku pernah ditawari oleh oknum untuk menjual telur telur penyu dan tukik yang diselamatkannya.

"Pernah ada yang menawar dibeli telur penyu itu atau membeli anak tukik lumayan mahal. Telur satu butir ada Rp 18 ribu. Anak tukik Rp100 ribu per ekor. Saya tidak mau menjualnya. Saya tahu itu tidak boleh ada hukumnya dan kalau dari harga cukup menggiurkan. Dalam melepas tukik juga ada teknik, itu supaya penyu yang telah dilepas tetap ingat dengan pulau kita," ujarnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Momen TNI AL Tangkap Kapal Bawa 1,9 Ton Narkotika di Perairan Kepri"
[Gambas:Video 20detik]
(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads