Pilu Pasutri Tunanetra di Banda Aceh: Suami Lumpuh-Istri Tak Kerja

Aceh

Pilu Pasutri Tunanetra di Banda Aceh: Suami Lumpuh-Istri Tak Kerja

Agus Setyadi - detikSumut
Selasa, 16 Mei 2023 22:25 WIB
Pasutri tunanetra di Banda Aceh, Nurlinda dan Syarifudin
Foto: Pasutri tunanetra di Banda Aceh, Nurlinda dan Syarifudin (Istimewa)
Banda Aceh -

Nurlinda, dengan penuh kesabaran merawat suaminya, Syarifudin, yang terbaring di kasur akibat menderita lumpuh sejak empat tahun silam. Pasangan tunanetra itu berharap ada dermawan yang membantu biaya terapi dan kebutuhan lainnya.

Nurlinda dan Syarifudin tidak memiliki keluarga di Banda Aceh. Nurlinda berasal dari Padang, Sumatera Barat sedangkan Syarifudin dari Sumatera Utara. Keduanya merantau ke Banda Aceh sejak puluhan tahun silam.

Sebelum mengalami kelumpuhan, diabetes dan penyakit lainnya, Syarifudin bekerja sebagai tukang pijat di Banda Aceh. Istrinya mengajar komputer bagi tunanetra dengan gaji Rp 300 ribu perbulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika suaminya lumpuh empat tahun lalu, istrinya terpaksa berhenti bekerja karena tidak bisa meninggalkan bapak. Keduanya tidak memiliki anak dan tidak punya saudara di sini," kata seorang relawan yang biasa mengurus pasutri ini, Baihaqi saat berbincang dengan detikSumut, Selasa (16/5/2023).

Sejak saat itu, kehidupan keduanya sangat tergantung dengan warga sekitar. Pasangan ini tidak memiliki rumah dan menumpang di Yayasan Himpunan Wanita Penyandang Cacat Indonesia (HWPCI) yang berlokasi di kawasan Blower, Banda Aceh.

ADVERTISEMENT

Pengurus yayasan disebut mengizinkan keduanya tinggal karena tidak ada penghuni lainnya. Meski demikian, kedua harus pindah bila masa sewa kantor itu telah berakhir.

Baihaqi menjelaskan, pasangan tersebut butuh banyak uang untuk ke rumah sakit. Meski sebagian besar obat ditanggung BPJS, namun Syarifudin harus merogoh kocek untuk biaya transportasi, keperluan pendamping di rumah sakit dan lainnya.

"Bapak kontrol tiga minggu sekali. Tapi di waktu tertentu itu setiap Minggu, misalnya Minggu ini kontrol stroke, Minggu depan diabetes dan sebagainya," jelas pria yang sudah dianggap keluarga oleh pasangan tersebut.

Selain berobat di rumah sakit, Syarifudin juga menjalani terapi di rumah dengan biaya ditanggung sendiri. Selama ini, warga sekitar kerap membantu dengan memberikan sedekah, zakat atau meminta bantu ke Baihaqi.

"Untuk makan sehari-hari itu bapak mendapatkan bantuan dari Baitul Mal Aceh sebesar Rp 500 ribu perbulan," jelas Baihaqi.

Baihaqi berharap adanya dermawan yang membantu biaya sewa rumah pasutri tersebut hingga tiga tahun ke depan. Alasannya, supaya keduanya lebih tenang tinggal di tempat di sendiri.

"Harapannya ada sewa rumah mungkin untuk ketenangan untuk tiga tahun rumah kontrakan. Selain itu ada bantuan keuangan untuk operasional beliau kontrol, terapi dan lain-lain," harapnya.




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads