Provinsi Sumatera Selatan menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Status siaga darurat ini akan berlaku sampai November mendatang.
Kabid Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Sumsel, Ansori mengatakan selain provinsi ada sembilan daerah yang juga sudah menetapkan siaga darurat. Sehingga totalnya 10.
"Ya ada 10. Karena kabupaten menetapkan siaga maka provinsi juga menetapkan. Mereka (daerah) yang telah lebih awal menetapkan karena masuk sebagai kategori daerah rawan karhutla," katanya kepada detikSumut, Rabu (3/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ansori kemudian merinci sembilan daerah yang sudah menetapkan status siaga darurat karhutla yakni Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin, Muara Enim, Musi Banyuasin, Musi Rawas dan Musi Rawas Utara. Dia mengatakan, tiga daerah yang dalam proses pengajuan status siaga bencana yakni Penukal Abab Lematang Ilir, Lahat, dan Ogan Komering Ulu Selatan.
"Daerah di Sumsel ini, terutama Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin dan Musi Banyuasin sebagian besar berada di atas lahan gambut. Di daerah ini juga seringkali terjadi bencana karhutla, karenanya mereka lebih dulu menetapkan status siaga bencana karhutla," ungkapnya.
Dia mengatakan, penetapan siaga karhutla ini sudah dilakukan sejak Maret dan akan berakhir pada November 2023. Ansori menambahkan, daerah yang sementara rawan karhutla yakni Musi Rawas. Tapi berdasarkan geografis wilayah tutupan lahannya yakni OKI, Muba dan Banyuasin karena daerah ini banyak lahan gambut.
"Di Musi Rawas sebenarya ada lahan gambut tapi tidak terlalu banyak. Tapi di OKI dan Muba lahannya luas dan gambutnya dalam," ujarnya.
Penetapan siaga ini, sambungnya, berdasarkan masing-masing kabupaten dari arahan Menkopolhukam.
"Masing-masing kabupaten, itu arahan dari Menkopolhukam waktu rakor karhutla agar daerah menetapkan status lebih awal," ujarnya.
BMKG memprediksi kemarau tahun ini lebih kering. Baca halaman berikutnya...
Penetapan siaga darurat karhutla ini ditetapkan lebih cepat karena berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau tahun ini akan lebih kering dibanding tiga tahun sebelumnya.
"Awal kemarau diprediksi terjadi pada Mei, sedangkan puncaknya akan terjadi pada Agustus-September. Karena itu, persiapan harus digelar lebih awal," ungkapnya.
Dia mengungkapkan, dengan ditetapkan status siaga bencana karhutla ini diharapkan dapat mempermudah koordinasi antarlembaga untuk mengantisipasi kebakaran lahan di Sumsel secara lebih dini.
"Memang status ini penting agar koordinasi antarwilayah dan instansi semakin cepat optimal. Dengan begitu, upaya antisipasi karhutla bisa diterapkan segera. Dengan status ini, pengiriman armada untuk pelaksanaan bom air juga bisa diproses segera," tutupnya.
Simak Video "Video: Detik-detik Pria di Palembang Jadi Korban Penyiraman Air Keras"
[Gambas:Video 20detik]
(astj/astj)