Ketika mulai memasuki malam Idulfitri, kumandang takbir menggema di udara. Dalam ajaran Islam, takbiran merupakan salah satu amalan sunah di malam Idulfitri.
Lafaz takbir berupa "Allahu Akbar". Melalui takbir, seorang hamba mengagungkan sekaligus memuliakan Tuhannya.
Namun, apakah detikers sudah tahu mulai kapan takbiran malam Idul Fitri 2023? Bagi yang belum tahu, berikut detikSumut bagikan lafaz takbiran malam Idulfitri beserta waktu pelaksanaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalil tentang Takbiran Idul Fitri
Umat Islam dianjurkan untuk banyak bertakbir kepada Allah SWT. Dalil utama dari anjuran ini ada pada Surah Al-Baqarah ayat 185. Firman Allah SWT berbunyi:
"... Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah, [2]:185).
Dilansir laman Rumaysho, jumhur ulama berpendapat bahwa ayat di atas mendorong kaum muslimin untuk banyak bertakbir (mengagungkan Allah) di penghujung Ramadan.
Selain itu, dalam sebuah riwayat oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf dan Al-Muhamili dalam Kitab Shalatul 'Iedain, disebutkan bahwa Rasulullah bertakbir pada Idulfitri.
"Beliau keluar pada hari Idulfitri, maka beliau bertakbir hingga tiba di musala (tanah lapang), dan hingga ditunaikannya salat. Apabila beliau telah menunaikan salat, beliau menghentikan takbir."
Dari kedua dalil di atas, takbiran lantas menjadi amalan sunah, baik pada malam Idulfitri maupun ketika sudah memasuki 1 Syawal.
Waktu Pelaksanaan Takbiran Idul Fitri
Dilansir muslim.or.id dan Rumaysho, takbiran sudah bisa dimulai sejak waktu magrib malam Idulfitri hingga selesai salat Id keesokan harinya. Ini seperti yang disebutkan dalam riwayat Ibnu Abi Syaibahdi di bagian sebelumnya bahwa Rasulullah bertakbir mulai dari keluar rumah hingga usai salat Id.
Hal yang sama juga disebutkan oleh Abu Ahmad Najieh dalam Fikih Mahzab Syafi'i. Dikutip dari detikHikmah, Abu Ahmad Najieh mengatakan bahwa umat Islam sudah bisa mulai mengumandangkan takbiran Idul Fitri sejak terbenamnya matahari di malam Hari Raya (1 Syawal).
Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag RI) telah menetapkan bahwa lebaran Idul Fitri 2023 atau 1 Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu, 22 April 2023. Ini berarti, takbiran Idulfitri sudah bisa mulai dikumandangkan sejak waktu magrib malam ini, Jumat (21/4/2023).
Tata Cara Takbiran Idul Fitri
Merujuk buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi'i oleh Syekh DR. Alauddin Za'tari, terdapat dua jenis takbir, yaitu takbir mursal dan takbir muqayyad.
Takbir mursal atau lepas adalah takbir yang pelaksanaannya tidak terikat dengan salat, sedangkan takbir muqayyad adalah takbir yang dikumandangkan setelah salat pada Iduladha saja, baik setelah salat fardu maupun sunah.
Jika merujuk buku tersebut, takbir yang diucapkan saat Idulfitri adalah yang bersifat lepas atau mursal. Nah, dalam pelaksanaannya, takbir Idulfitri dapat dikerjakan kapan saja dan di mana saja. Jadi, tidak harus setelah selesai salat ataupun di masjid.
Selain itu, takbiran disunahkan bagi laki-laki maupun perempuan dan juga musafir maupun orang yang bermukim. Dalam pelaksanaannya, dianjurkan untuk bertakbir secara jahr atau dengan mengeraskan suara.
Namun, perempuan diharuskan untuk merendahkan suaranya ketika bertakbir, terlebih di saat dirinya berada di antara laki-laki yang bukan mahramnya.
Bacaan Takbiran Idul Fitri
Berdasarkan buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi'i, adapun bacaan singkat takbiran Idulfitri adalah sebagai berikut:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar.
Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar."
Takbir di atas dibaca sebanyak tiga kali dalam satu susunan kalimat yang rapi.
Selain itu, juga ada bacaan takbiran Idul Fitri yang lebih panjang seperti yang dipraktikkan oleh Imam Syafi'i. Ketika bertakbir, Imam Syafi'i biasanya senang menambahkan sejumlah lafaz. Berikut bacaannya:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na'budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa'dah, wa nashara 'abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.
Artinya: "Allah Maha Besar, dan segala puji bagi Allah. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore hari. Kami tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya dengan memurnikan beragama karena-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak suka. Tidak ada Tuhan selain Allah semata yang membuktikan janji-Nya, yang menolong hamba-Nya, dan yang mengalahkan sekutu sendirian. Tidak ada Tuhan selain Allah."
(bpa/bpa)