Segini Suhu Air yang Diduga Lepuhkan Kaki Bayi Usia 8 Hari di Medan

Segini Suhu Air yang Diduga Lepuhkan Kaki Bayi Usia 8 Hari di Medan

Finta Rahyuni - detikSumut
Kamis, 16 Mar 2023 19:42 WIB
Kondisi bayi dugaan malpraktik di RS Mitra Medika di Medan.
Kondisi bayi dugaan korban malpraktik di RS Mitra Medika Medan. (Foto: Istimewa)
Medan -

RS Mitra Medika di Medan, Sumatera Utara (Sumut) dituding melakukan malpraktik setelah kaki bayi berusia 8 hari melepuh usai dikompres perawat di rumah sakit itu. Lantas berapa suhu air tersebut?

Untuk diketahui, kompres itu dilakukan untuk proses pengecekan hipotiroid pada bayi tersebut.

Direktur RS Mitra Medika, Sjahrial R Anas mengaku pihaknya telah memintai keterangan dari perawat yang mengompres bayi tersebut. Menurut keterangan perawat itu, suhu air yang digunakan untuk mengompres kaki bayi itu sudah sesuai, tidak kepanasan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau perawat itu membilangkan suhunya sudah betul, tapi karena kejadiannya waktu itu (kami) tidak ada di tempat, kita nggak tahu itu betul atau nggak," kata Sjahrial saat dikonfirmasi detikSumut, Kamis (16/3/2023).

Menurut Sjahrial, suhu air yang digunakan untuk mengompres kaki bayi tersebut berkisar 45-50 derajat. "Sekitar 45-50 derajat. 50 derajat ke bawah lah," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sjahrial mengatakan perawat yang mengompres bayi itu satu orang. Perawat itu baru bertugas di rumah sakit tersebut sekitar empat bulan.

"Perawat kami baru empat bulan lah. Sudah lewat (training), kami training tiga bulan," ungkapnya.

Dia menyebut seusai pengecekan hipotiroid itu, kaki bayi tersebut memang melepuh.

"Jadi, ini kan sudah kita lakukan (pengecekan hipotiroid), tau-tau satu hari sesudah itu, kakinya (bayi) melepuh," ujarnya.

Sjahrial menjelaskan setiap bayi yang baru lahir memang wajib untuk dilakukan pengecekan hipotiroid. Hal itu sesuai dengan program pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam rangka mencegah stunting.

"Jadi, semua bayi yang lahir kan sekarang oleh pemerintah wajib diperiksa hipotiroidnya, kalau ada hipotiroidnya itu perkembangan anak bisa stunting," ujarnya.

Dia menyebut pihaknya telah menjelaskan soal kejadian itu ke keluarga bayi tersebut. Sjahrial juga mengaku pihak rumah sakit akan bertanggungjawab penuh atas peristiwa itu.

"Karena kejadiannya di rumah sakit kami, kamu akan bertanggungjawab penuh terhadap anak ini. Kami akan obati dia sampai sembuh. Ibunya pun kami letakkan di kamar VIP, sama anaknya, biar kami rawat. Kami belikan popoknya, susunya, semua kita siapkan," ujarnya.

"Kalaupun nanti ada efek dari apa yang terjadi kepada anak, kami akan buat surat pernyataan bahwa kami akan bertanggungjawab. Jadi, tidak lari," sambungnya.

Sebelumnya, ayah dari bayi tersebut, Ibnu Sajaya Hutabarat (25) menjelaskan kejadian itu berawal saat istrinya melahirkan di rumah sakit tersebut dengan proses operasi pada Rabu (8/3) sore. Lalu, pada malam harinya seorang perawat menemui dirinya untuk menawarkan agar anaknya dicek hipotiroid.

"Awalnya saya oleh perawat ditawari skrining atau hipoteroid untuk cek stunting dan keterbelakangan mental anak. Itu pada 8 Maret, sekitar waktu magrib ke isya," kata Ibnu, Kamis.

Setelah ditawari, Ibnu mengaku tidak langsung menyetujui hal itu. Dia terlebih dahulu mendiskusikan hal tersebut dengan keluarganya.

Keesokan harinya, Ibnu kembali dipanggil ke ruangan bayi dan bertemu dengan perawat yang menawarkan pengecekan itu. Saat itu, kata Ibnu, perawat itu mengatakan bahwa pengecekan stunting itu tidak berisiko. Mendengar hal itu, Ibnu pun menyetujuinya.

Lalu, pada Jumat (10/3), pengecekan bayi itu pun dilakukan oleh perawat RS Mitra Medika. Perawat melakukan pengecekan dengan mengambil sampel darah dari tumit bayi.

"Katanya program ini bisa dilakukan setelah 2 x 24 jam, atau setelah dua hari kelahiran paling cepat, dan paling lama lima hari setelah lahir. Mekanismenya katanya hanya pengambilan sampel darah, seperti cek gula darah dan cek golongan darah," kata Ibnu.

Namun, setelah pengecekan itu, Ibnu melihat kaki bayinya sudah dalam kondisi diperban. Ibnu mengaku khawatir melihat kondisi anaknya itu, karena sebelumnya bayinya dalam keadaan sehat.

"Di situ aku panik sekali, pas melihat telapak kaki anak ku berubah berwarna merah darah," ujarnya.

Melihat kaki anaknya diperban, Ibnu langsung bertanya kepada perawat soal itu. Namun, saat itu perawat tidak bisa menyampaikan secara detail penyebabnya.

"Aku tanya sama perawat tetapi jawaban mereka satupun tak memuaskan. Anak ku terlihat gelisah gitu, seperti kesakitan. Jujur aku panik, baru beberapa hari lahir anakku itu, awalnya cantik kok bisa begini. Sampai besoknya pun aku tak puas dengan jawaban pihak rumah sakit," kata Ibnu.

Setelah dicek, kaki bayi tersebut sudah dalam keadaan merah dan terkelupas, seperti bekas luka bakar. Atas kejadian itu, Ibnu pun membuat laporan ke Polda Sumut dengan nomor: STTLP/B/319/III/2023/SPKT/Polda Sumut, tertanggal 14 Maret 2023.

Siti Junaida Hasibuan selaku kuasa hukum Ibnu Hutabarat mengaku dirinya langsung dihubungi oleh Ibnu seusai kejadian itu. Mendapatkan info itu, Siti langsung menuju RS Mitra Medika.

Dia lalu menemui pihak rumah sakit untuk menanyakan penyebab kaki bayi tersebut menjadi merah. Siti pun menanyakan prosedur para perawat saat melakukan pengecekan terhadap bayi tersebut.

Saat itu, salah satu perawat mengaku bahwa dirinya sempat mengompres kaki bayi tersebut dengan air hangat. Hal itu dilakukan perawat tersebut dengan alasan agar darah yang akan diambil untuk dicek itu bisa dengan mudah keluar.

Siti menduga air yang digunakan oleh para perawat tersebut terlalu panas, sehingga mengakibatkan kaki bayi menjadi merah dan terkelupas.

"Jadi, pas itu ada perawatnya bilang waktu itu mereka panasi (kaki bayi menggunakan air hangat). Saya tanya sampai seberapa panas mereka panasi, soalnya itu sudah seperti luka bakar," ujar Siti saat dikonfirmasi detikSumut.

Siti meminta Polda Sumut untuk menindaklanjuti kasus itu. Dia berharap dugaan malapraktik itu bisa segera diungkap.

"Saya minta Polda Sumut kerja cepat menindaklanjuti laporan klien saya, agar pemerintah pusat dan daerah segera mengetahui adanya kasus dugaan malpraktik," kata Siti.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads