"Terdengar suara ledakan di bawah tanah. Tanah menggulung seperti ombak menutupi rumah dan puluhan warga yang tengah bergotong royong di lokasi kejadian," katanya bercerita, Kamis (9/3/2023).
Pada Senin (6/3) pagi sebelum kejadian tanah longsor terjadi, Malik bersama beberapa anggota Polsek Serasan berpatroli menaiki tiga motor untuk mengecek beberapa daerah yang terdampak banjir rob dan longsor kecil.
"Pada pukul 07.00 pagi kami patroli di daerah rawan banjir di daerah Desa Tanjung Balau, Kecamatan Serasan dan Desa Tanjung Telang, untuk melihat beberapa rumah warga yang terdampak reruntuhan tanah tapi tidak terlalu parah," ujarnya.
Setelah itu, rombongan patroli beranjak ke Desa Genting untuk mengecek keadaan karena kondisi Serasan diguyur hujan sudah hampir 10 hari. Di sana, masyarakat tampak bergotong royong membersihkan jalan.
"Sekitar pukul 9.00 WIB saya dan tiga motor patroli bersama anggota pulang ke arah Desa Genting. Sampai di sana kami berpisah dengan motor rombongan patroli. Saat tiba di Desa Genting sekitar pukul 11.00 WIB kondisinya hujan deras ada banjir yang membawa material tanah dan menutupi jalan. Masyarakat sekitar saat itu tengah bergotong royong membersihkan jalan," ujarnya.
Karena melihat warga tengah bergotong royong, Malik yang kala itu dibonceng pegawai harian lepas (PHL) polsek menghampiri masyarakat. Dia kemudian bergotong royong bersama warga membersihkan jalan tertimbun material tanah yang dibawa banjir dari lereng bukit.
"Saat kami ke desa tersebut ada Kepala Desa Pak Wawan Setiawan juga terlihat gotong royong. Karena ada gotong royong saya bersama PHL polsek ikut membantu gotong royong warga sekitar 15 menit. Saat kondisi hujan sudah mulai reda. Lalu saya memutuskan untuk kembali ke arah rumah," ujarnya.
Malik menyebut, saat dirinya menaiki motor dengan dibonceng PHL Polsek Serasan. Tiba-tiba terdengar suara seperti ledakan dan terlihat tanah longsor berbentuk seperti ombak.
"Saya sempat berteriak kepada warga yang tengah berkumpul itu. Tapi mereka tidak sempat menyelamatkan diri. Terlihat tanah terbang dari atas seperti ombak yang menggulung. Seketika tanah menutupi masyarakat. PHL saya langsung tancap gas. Motor berlari sekitar 50 meter dan Alhamdulillah kami selamat. Tanah terlihat masih bergeser. Saya memutuskan mencari bantuan di desa sebelah," ujarnya.
Saat Malik menyampaikan kondisi yang terjadi di Desa Genting kepada warga Desa Pelimpak, masyarakat awalnya tidak percaya. Selang beberapa saat terdengar suara seperti ledakan, masyarakat Desa Pelimpak pun akhirnya mempercayai hal tersebut.
"Saya berhenti untuk memberitahu masyarakat di Desa Pelimpak bahwa ada kejadian longsor dan agar segera membantu masyarakat di Desa Genting. Namun mereka awalnya tidak percaya. Tidak lama terdengar ledakan kedua baru masyarakat percaya. Lalu kami ramai-ramai ke lokasi longsor," ujarnya.
"Itu kejadian sekitar 11 lewat. Saat sampai ke Desa Genting terlihat longsor susulan terjadi. Longsor kedua ini terlihat membawa air dan pepohonan. Akibat itu sekitar 27 rumah tertimbun. Mungkin Allah masih sayang sama kamu sehingga diselamatkan," sebut Malik.
Malik yang tidak membawa handphone kemudian mencari masyarakat yang memiliki handphone. Malik kemudian menghubungi Kapolres, bupati, sekda untuk mengabarkan kondisi di Serasan.
"Kalau jaringan komunikasi sudah putus dari hari sebelumnya. Selama enam hari. Saya ke Pelimpak, cari yang memiliki handphone senter atau tulalit yang dapat menangkap jaringan untuk berkomunikasi ke Natuna. Alhamdulillah bisa menghubungi bupati, sekda, Kapolres sehingga jam 1 berita susah sampai di Natuna," jelasnya.
(dhm/afb)