Hadis-Hadis Palsu Malam Nisfu Syaban dan Bulan Syakban, Hati-hati!

Hadis-Hadis Palsu Malam Nisfu Syaban dan Bulan Syakban, Hati-hati!

Fria Sumitro - detikSumut
Selasa, 07 Mar 2023 14:25 WIB
Bagaimana hukum minum air Nisfu Syaban
Hadis-Hadis Palsu tentang Nisfu Syaban dan Bulan Syakban (Foto: iStock)
Medan -

Bulan Syakban adalah bulan kedelapan dalam tahun Hijriah. Posisinya yang diapit bulan haram Rajab dan bulan suci Ramadan membuat banyak orang yang melupakannya. Padahal, Syakban termasuk salah satu bulan yang diistimewakan.

"Bulan Syakban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan." (HR. An Nasa'i, dinilai hasan oleh Al Albani).

Namun, tahukah kamu, detikers? Ada hadis-hadis palsu yang beredar tentang bulan Syakban beserta amalannya. Merujuk berbagai sumber, berikut detikSumut sajikan hadis-hadis palsu tentang malam Nisfu Syaban dan bulan Syakban.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hadis-Hadis Palsu dan Lemah tentang Malam Nisfu Syaban dan Bulan Syakban

1. "Rajab bulan Allah, Syakban bulanku, dan Ramadan adalah bulan umatku."

Menurut keterangan Syekh ash-Shaghani dalam Maudhu'atush Shaghani, hadist di atas tergolong maudhu alias palsu.

ADVERTISEMENT

2. "Apabila datang malam Nisfu Syaban, maka hidupkanlah malam tersebut dan berpuasalah di siang harinya. Karena ketika itu, Allah turun ke langit dunia pada malam tersebut mulai dari tenggelamnya matahari. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), 'Siapa saja yang meminta ampunan, Aku akan mengampuninya. Siapa saja yang meminta rezeki, aku pun akan memberinya. Siapa saja yang tertimpa kesulitan, Aku pun akan membebaskannya. Siapa pun yang meminta sesuatu, Aku akan mengabulkannya hingga terbit fajar.'"

Al-Albani dalam As Silsilah Adh Dho'ifah menyebutkan bahwa hadis ini daif atau lemah. Ini disebabkan oleh salah satu perawinya bernama Ibnu Abi Sabrah. Ia merupakan perawi yang ditinggalkan dan bahkan pernah memalsukan hadis.

3. "Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasanya berpuasa tiga hari setiap bulan, kadang beliau akhirkan hingga terkumpul baginya puasa dalam setahun, lalu beliau berpuasa pada bulan Syakban."

Sanad hadis ini termasuk daif atau lemah lantaran ada Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila. Menurut Imam Ahmad, ia termasuk orang yang hafalannya buruk.

4. "Barang siapa melaksanakan salat pada malam Nisfu Syaban sebanyak 12 rakaat, setiap rakaatnya membaca surat 'Qul huwallahu ahad' sebanyak 30 kali, maka dia tidaklah akan keluar sampai dia melihat tempat duduknya di surga..."

Ibnul Jauziy dalam Al Maudhu'at (kumpulan hadits-hadits palsu) menyatakan, hadis ini tergolong maudhu alias palsu. Di dalamnya juga ada banyak perawi yang tak dikenal.

5. "Barang siapa yang menghidupkan malam yang lima, maka dia pasti mendapatkan Surga; malam Tarwiyah (tanggal 8 Zulhijah), malam Arafah, malam kurban (Idul Adha), malam Idul Fitri dan malam Nisfu Syaban."

Dalam Silsilah adh-Dha'ifah, Al-Albani menyebut hadis ini sebagai maudhu alias palsu.

6. "Lima malam di mana doa pada malam hari itu tidak ditolak (berarti diterima); malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam Jumat, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha."

Hadis yang diriwayatkan dari Abi Umamah ini dinyatakan maudhu atau palsu oleh Al-Albani dalam Silsilah adh-Dha'ifah.

7. "Adalah Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak (akan/pernah) berbuka, dan beliau berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak (akan/pernah) berpuasa, dan kebanyakan puasa beliau pada bulan Syakban. Maka saya berkata, 'Wahai Rasulullah, kenapa saya melihat kebanyakan puasamu (adalah) pada bulan Syakban?' Beliau berkata, 'Wahai 'Aisyah, ia adalah bulan yang dituliskan untuk malaikat maut siapa yang akan dicabut nyawanya, maka saya senang namaku ditulis sedang saya dalam keadaan berpuasa.'"

Disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Al-Ilal, Abu Hatim mengatakan jika hadis ini tergolong mungkar.

9. "Keutamaan Rajab terhadap bulan-bulan yang lain adalah seperti keutamaan Al-Qur'an terhadap zikir-zikir selainnya, dan keutamaan Syakban terhadap bulan-bulan selainnya adalah seperti keutamaan Muhammad terhadap nabi-nabi selainnya, dan keutamaan Ramadan terhadap bulan-bulan selainnya adalah seperti keutamaan Allah terhadap segenap hamba-Nya."

Menrutu keterangan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Tabyin Al-Ujab, hadis ini termasuk hadis palsu.

10. "Siapa yang membaca pada malam Nisfu Syaban 'Qul Huwallahu Ahad' seribu kali, niscaya Allah akan mengutus untuknya seratus ribu malaikat memberi kabar gembira kepadanya."

Berdasarkan keterangan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Lisanul Mizan, hadis di atas merupakan salah satu contoh hadis palsu dari Muhammad bin 'Abd bin 'Amir As-Samaqandy.

11. "Pada malam Nisfu Syaban, Allah Subhanahu wa Ta'ala mewahyukan kepada Malaikat Maut untuk mencabut setiap jiwa yang Allah kehendaki untuk dicabut pada tahun itu."

Al-Albani dalam kitab Dha'iful Jami' menilai hadis ini sebagai daif atau lemah.

12. "Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam ditanya, 'Saum apakah yang afdal setelah Ramadan?' Beliau menjawab, 'Syakban, untuk mengagungkan Ramadan.' Kemudian ditanyakan lagi, 'Sedekah apakah yang afdal?' Beliau menjawab, 'Sedekah pada bulan Ramadan.'"

Hadis ini termasuk hadis daif atau lemah karena terdapat Shodaqah bin Musa. At-Tirmidzi, As-Suyuthi, dan Al-Albani telah melemahkan riawayat ini.

Lalu bagaimana dengan hadis-hadis yang sahih? Simak di halaman selanjutnya...

Hadis Sahih-Hasan tentang Malam Nisfu Syaban dan Bulan Syakban

Sekalipun banyak bertebaran hadis palsu maupun lemah terkait malam Nisfu Syaban dan bulan Syakban, tetap ada hadis-hadis sahih hingga hasan yang tetap dapat dijadikan sebagai sandaran. Berikut beberapa di antaranya:

1. "Bulan itu (Syakban), banyak manusia yang lalai, yaitu (bulan) antara Rajab dan Ramadan, bulan diangkatnya amal-amal kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa." (HR. An-Nasa'i [IV/201], dinilai hasan oleh Al-Albani).

2. Ummu Salamah RA berkata, "Aku belum pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali Syakban dan Ramadan." (HR. Tirmidzi no. 736, disahihkan oleh Al-Albani).

3. Dari Abu Musa Al-Asy'ari, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Syakban. Maka, Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan." (Dinilai sahih oleh Al-Albani dan dimasukkan dalam Silsilah Ahadits Shahihah, no. 1144).

4. Dari Abu Salamah, 'Aisyah RA pernah menceritakan kepadanya, dia berkata, "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak daripada bulan Syakban. Beliau berpuasa pada bulan Syakban sepenuhnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Lakukanlah amalan (sunah) semampu kamu. Sesungguhnya Allah tidak akan merasa bosan (terhadap amal yang terus-menerus kalian lakukan), hingga kalianlah yang merasa bosan.' Salat yang paling dicintai Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah salat yang dikerjakan secara terus-menerus (konsisten), walaupun hanya sedikit. Apabila beliau mengerjakan suatu salat, beliau mengerjakannya secara terus-menerus (konsisten)." (HR. Bukhari [no. 1970] dan Muslim [no. 782], sahih).

5. Aisyah RA pernah berkata, "Aku tidak pernah melihat beliau (Nabi) berpuasa lebih banyak daripada di bulan Syakban." (HR. Bukhari dalam Kitab Shaum, Bab Puasa Sya'ban 1969).

Itulah tadi sederet hadis palsu hingga lemah tentang malam Nisfu Syaban dan bulan Syakban yang wajib detikers ketahui. Dari artikel di atas, detikers dapat memahami bahwa sangat penting bagi kita untuk berhati-hati dalam melakukan ibadah, bukan sekadar atas dasar "asalkan baik".

Hal ini karena dalam sebuah hadis, Rasulullah telah menegaskan bahwa suatu amalan akan tertolak apabila amalan tersebut tidak seperti yang diajarkan Nabi. Semoga informasi tadi bermanfaat, ya!

"Barang siapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak." (HR. Muslim no. 1718).

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Menjamak Salat saat Bekerja, Apa Hukumnya?"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/mff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads