Hari Satwa Liar Sedunia atau World Wildlife Day diperingati setiap tanggal 3 Maret. Tujuan perayaan ini adalah untuk meningkatkan kepedulian terhadap fauna dan flora liar serta lingkungan sekitar.
Bukan hanya itu, perayaan ini menjadi momen bagi manusia untuk menyadari dan mensyukuri keberadaan satwa serta puspa liar di muka bumi ini. Hari Satwa Liar Sedunia juga mengingatkan kita untuk melawan berbagai kejahatan terhadap flora dan fauna.
Berbicara soal kejahatan flora dan fauna, ada kisah pilu yang menimpa seekor orang utan betina dari Pulau Borneo. Namanya adalah Pony.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bisa dikatakan, Pony adalah hewan yang menerima perlakuan paling bejat yang pernah dilakukan manusia. Bagaimana tidak? Primata tersebut dipaksa menjadi pekerja seks komersial (PSK) untuk memuaskan nafsu para pekerja sawit.
Menjadi PSK di Sebuah Rumah Bordil
Kejadiannya bermula pada Februari 2003 silam. Saat itu, tim penyelamat Pony menemukan orang utan tersebut dirantai ke dinding dengan kondisi terbaring di sebuah kasur.
Menurut penuturan Michelle Desilets, Direktur Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo, Pony berhasil diselamatkan ketika dirinya berusia 6 atau 7 tahun. Akan tetapi, primata tersebut diperkirakan sudah jauh lebih lama dipekerjakan sebagai pelacur.
Diketahui, Pony dijadikan sebagai salah satu pekerja seks di sebuah rumah bordil di Kareng Pangi, Kalimantan Tengah. Untuk setiap pekerjaannya, primata ini dibayar sebesar Rp35-37 ribu.
Bagaimana bisa seekor hewan liar dijadikan PSK? Ternyata, Pony dilatih untuk bisa "melayani" orang-orang. Karena sudah terlatih, orang utan ini langsung "merayu" setiap laki-laki yang berjalan di dekatnya dengan menampilkan dirinya dan berputar-putar.
Ketika sedang melayani manusia, Pony juga kerap dipakaikan cincin dan kalung. Tak jarang pula hewan tersebut didandani dan diberi parfum. Namun, bukan itu saja perlakuan buruk yang ia terima.
Bulu di sekujur tubuh Pony sengaja dipangkas sampai habis tiap beberapa waktu sekali. Akibatnya, tubuh Pony kerap digigiti nyamuk. Dirinya yang merasa gatal menjadi sering menggaruk badannya. Garukan tersebut ternyata menyebabkan kulitnya iritasi dan berjerawat.
Sebenarnya, di rumah bordil itu, juga ada manusia yang bekerja sebagai PSK. Akan tetapi, entah mengapa lebih banyak orang yang tertarik untuk memuaskan nafsu mereka dengan Pony.
Dari situ, kehadiran Pony dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Bukan hanya sebatas mendatangkan lebih banyak cuan, germo yang mempekerjakan Pony juga selalu memenangkan lotre berkatnya.
Regu Penyelamat Ditodong Senjata oleh Masyarakat Setempat
Bukan perkara mudah menyelamatkan Pony dari rumah bordil tersebut. Michelle Desilets mengaku, butuh waktu lebih dari setahun bagi mereka untuk mengeluarkan Pony dari neraka tersebut.
Pasalnya, upaya penyelamatan tersebut dipersulit oleh germo dan masyarakat sendiri. Setiap kali tim penyelamat mendatangi hutan, mereka tak rela jika Pony yang merupakan ladang cuan bagi mereka direbut begitu saja. Bahkan, warga sampai-sampai mengancam tim dengan senjata dan pisau yang dilumuri racun.
Penyelamatan baru berhasil setelah tim datang dengan pasukan 35 polisi bersenjatakan AK-47 dan persenjataan lainnya. Setelah diselamatkan, Pony dibawa ke tempat rehabilitasi Nyaru Menteng pada 13 Februari 2003.
Lantaran kondisinya yang begitu memprihatinkan-bulu yang gundul dan tubuh yang dipenuhi luka, primata tersebut segera diberi perawatan intensif oleh tim medis. Selain itu, Pony juga dilatih dan dibimbing agar mampu hidup layaknya orang utan setelah jati dirinya itu sempat "dirampas" selama bekerja sebagai PSK.
Bagaimana kondisi Pony setelah rehabilitasi? Baca selengkapnya di halaman selanjutnya...
Kondisi Pony Setelah Diselamatkan dan Menjalani Rehabilitasi
Proses pemulihan Pony juga tak tergolong gampang. Butuh waktu yang sangat panjang untuk memulihkan primata tersebut setelah bertahun-tahun dipaksa menjadi pelacur.
Pada awalnya, Pony masih belum mandiri. Ia bahkan enggan dilatih oleh babysitter-nya yang perempuan. Kebiasaannya dulu sebagai PSK juga masih terbawa. Dirinya kerap berteriak meminta perhatian tiap kali ada teknisi laki-laki yang lewat.
Alhasil, Pony dimasukkan ke Sekolah Hutan. Di sana, orang utan ini belajar caranya memanjat pohon, memilah buah yang bisa dimakan, serta cara menghindari bahaya. Setelah dua tahun belajar di Sekolah Hutan, ternyata Pony menunjukkan perkembangan.
Dilansir orangutan.or.id, pihak rehabilitasi lantas memutuskan untuk memindahkan Pony ke pulau prapelespasliaran, tepatnya pada 2005 ke Pulau Bangamat. Namun, Pony nampaknya masih belum siap untuk hidup di alam liar.
Menurut pengamatan tim teknisi, primata tersebut terlihat jarang bersosialisasi. Ia kebanyakan menghabiskan waktu sendirian. Pony juga malas mencari makan sendiri. Ia selalu menunggu pihak teknisi mengisi tempat makannya.
Alhasil, pada Juli 2010, Pony dipulangkan ke Nyaru Menteng serta kembali masuk kompleks sosialisasi dan Sekolah Hutan. Singkat cerita, kemampuan Pony dalam hidup mandiri terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia pun kembali dikirim ke pulau prapelespasliaran yang ada di Pulau Kaja pada Juni 2013.
Berbeda ketika ditempatkan di Pulau Bangamat, Pony terlihat lebih aktif. Dirinya sudah pandai mencari makan sendiri dan telah menunjukkan perilaku layaknya orang utan liar. Ia juga mampu membuat sarang yang kuat dan dapat bersosialisasi dengan orang utan lain.
Sayangnya, kondisi kesehatan Pony sempat menurun terhitung September 2013. Tim medis memeriksa bahwa primata tersebut menunjukkan ciri-ciri malnutrisi dan memiliki luka di tubuhnya.
Kesehatannya yang kian memburuk juga membuat Pony terjangkit berbagai penyakit. Bahkan orang utan yang pernah menjadi budak seks ini sempat mengalami kaku otot pada jari kaki dan tangan.
Setelah menjalani perawatan intensif, kondisi Pony pun membaik dan ia lagi-lagi harus pulang ke "rumah"-nya di Nyaru Menteng pada Agustus 2014. Sampai sekarang, ia masih berada di tempat rehabilitasi tersebut seraya terus diawasi.
Laman orangutan.or.id menyebutkan, Pony kemungkinan besar sudah tidak bisa lagi dilepasliarkan. Hal itu terjadi karena perlakuan buruk yang dulu pernah ia terima. Kendati demikian, pihak rehabilitasi tetap berharap dirinya bisa ditempatkan ke pulau prapelepasliaran suatu saat nanti.
Simak Video "PSK di Sekitar IKN, Pelanggan Kuli Bangunan-Aparatur"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)