Kepala Bidang Teknologi Komunikasi dan Informatika Dinas Kominfo Kabupaten Nias Utara, Syukur Zebua menyebut kapal tanker itu bocor dan terdampar di Kecamatan Afulu, pada Sabtu (11/2/2023). Informasi itu awalnya disampaikan oleh warga sekitar.
Setelah dicek, kapal itu ternyata bermuatan aspal sebanyak 1.900 ton. Menurutnya, kapal itu berangkat dari Uni Emirat Arab menuju Padang dan Sibolga.
Saat kejadian, ada sebanyak 19 anak buah kapal (ABK) dan satu kapten di kapal tersebut. Mereka berkewarganegaraan India.
"Kapal itu mengalami kerusakan atau kebocoran yang disebabkan hantaman ombak dan karena kondisi sudah berkarat," ujarnya saat dikonfirmasi detikSumut, Selasa (21/2) malam.
Setelah insiden bocor itu, kata Syukur, aspal yang diangkut kapal tersebut perlahan mulai mengalir ke laut. Akibatnya, laut tersebut menjadi tercemar. Bahkan, menurutnya banyak biota laut mati karena tercemar aspal itu.
"Pencemaran itu sampai menembus ke sekitar Kawasan konservasi Perairan Toyolawa- Lahewa, dan mengancam sepanjang pantai yang menjadi pendaratan penyu. Penyu itu mati gara- gara aspal ini," sebutnya.
Syukur menyebut pihaknya telah menyurati pemilik kapal untuk segera mengambil tindakan atas kejadian. Selain itu, Pemkab Nias Utara juga menyurati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian BUMN/ Pertamina untuk meminta bantuan atas kejadian itu.
"Kami surati untuk mengambil tindakan cepat dalam penanggulangan pencemaran dan melalukan penyelidikan," pungkasnya.
Sementara, Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu menyebut cemaran aspal itu telah meluas hingga radius 70 kilometer. Cemaran itu membuat nelayan terpaksa tidak bisa melaut.
"Itu aspalnya awalnya di sekitar kapal dulu, tapi sekarang ini sudah radius 70 kilometer. Ini berdampak buruk sekali kepada nelayan, mereka takut melaut karena aspal kan lengket, dan sudah jelas ikan yang di sekitar aspal itu sudah tidak ada lagi," kata Amizaro Waruwu saat dikonfirmasi detikSumut, Rabu (22/2).
Selain berdampak pada nelayan, Amizaro mengatakan cemaran aspal itu juga membuat wisata selancar di Kecamatan Afulu terganggu. Banyak warga dan wisatawan yang enggan untuk bermain selancar karena laut tercemar.
"Yang paling disayangkan ini kan lokasi wisata surfing di Afulu itu sudah tercemar. Minggu ini tidak ada lagi (surfing), komunitas anak-anak di sana tidak bisa surfing lagi karena tak bersih lautnya," ujarnya.
Amizaro mengatakan pihaknya sudah bertemu dengan perwakilan dari kapal bernama MT AASHI itu. Menurut pengakuan perwakilan itu, akan ada petugas dari pusat yang datang melihat kondisi itu.
"Kemarin sore bertemu dengan agen dengan owner, katanya itu hari ini ada dari pusat dari pemilik kapal yang ke Nias Utara, tapi kita belum tau perkembangan," ujarnya.
Amizaro menjelaskan pihaknya telah menyurati beberapa kementerian terkait untuk membantu Pemkab Nias Utara mengatasi pencemaran itu. Dia berharap bantuan penanggulangan pencemaran itu dapat segera dilakukan.
"Ini kan hal baru bagi saya, bagiamana proses penanganan apa yang harus dilakukan, jujur saya belum tau, karena ini di luar kemampuan saya, karena alat-alat ke sana saya tidak punya, SOP nya saya tidak punya, bukan berarti menghindar saya," ujarnya.
"Sehingga harapan saya, dimohon kepada pemilik unit kapal mencegah aspal itu supaya tidak ke mana-mana. Saya juga mohon ke kementerian lembaga yang berkaitan dengan itu, kelautan, lingkungan hidup, supaya segera turun. Saya kekurangan kemampuan, SDM dan fasilitas," sambungnya.
(afb/afb)