Tumpahan aspal dari kapal tanker berbendera Gabon yang mengalami bocor dan mencemari laut di Kabupaten Nias Utara, Sumatera Utara (Sumut) meluas hingga radius 70 kilometer. Akibatnya, nelayan tidak bisa melaut.
"Itu aspalnya awalnya di sekitar kapal dulu, tapi sekarang ini sudah radius 70 kilometer. Ini berdampak buruk sekali kepada nelayan, mereka takut melaut karena aspal kan lengket dan sudah jelas ikan yang di sekitar aspal itu sudah tidak ada lagi," kata Bupati Nias Utara, Amizaro Waruwu saat dikonfirmasi detikSumut, Rabu (22/2/2023).
Selain berdampak pada nelayan, Amizaro mengatakan cemaran aspal itu juga membuat wisata selancar di Kecamatan Afulu terganggu. Banyak warga dan wisatawan yang enggan bermain selancar akibat tumpahan aspal yang mencemari laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang paling disayangkan ini kan lokasi wisata surfing di Afulu itu sudah tercemar. Minggu ini tidak ada lagi (surfing), komunitas anak-anak di sana tidak bisa surfing lagi karena tak bersih lautnya," ujarnya.
Amizaro menyebut pihaknya telah bertemu dengan perwakilan dari kapal bernama MT AASHI itu. Menurut pengakuan mereka, akan ada sejumlah petugas kapal dari pusat yang akan datang melihat kondisi itu.
"Kemarin sore bertemu dengan agen dengan owner, katanya itu hari ini ada dari pusat dari pemilik kapal yang ke Nias Utara, tapi kita belum tahu perkembangan," ujarnya.
Amizaro menjelaskan pihaknya telah menyurati beberapa kementerian terkait untuk membantu Pemkab Nias Utara mengatasi pencemaran itu. Dia berharap bantuan penanggulangan pencemaran itu dapat segera dilakukan.
"Ini kan hal baru bagi saya, bagaimana proses penanganan, apa yang harus dilakukan, jujur saya belum tau, karena ini di luar kemampuan saya, karena alat-alat ke sana saya tidak punya, SOP nya saya tidak punya, bukan berarti menghindar saya," sebutnya.
"Sehingga harapan saya, dimohon kepada pemilik unit kapal mencegah aspal itu supaya tidak ke mana-mana. Saya juga mohon ke kementerian lembaga yang berkaitan dengan itu, kelautan, lingkungan hidup, supaya segera turun. Saya kekurangan kemampuan, SDM dan fasilitas," sambung Amizaro.
Sebelumya, Kepala Bidang Teknologi Komunikasi dan Informatika Dinas Kominfo Kabupaten Nias Utara Syukur Zebua menyebut kapal tanker itu mengalami kebocoran dan terdampar di Desa Faekhuna'a, Kecamatan Afulu, pada Sabtu (11/2) lalu.
Setelah dicek, kapal itu ternyata bermuatan 1.900 ton bahan mentah aspal. Kapal itu berlabuh dari Uni Emirat Arab menuju Padang dan Sibolga.
"Kapal itu berisi sebanyak 20 orang terdiri dari satu kapten dan 19 ABK berkewarganegaraan India. Kapal itu mengalami kerusakan atau kebocoran yang disebabkan hantaman ombak dan karena kondisi sudah berkarat," ujarnya saat dikonfirmasi detikSumut, Selasa (21/2) malam.
Setelah kejadian itu, Syukur menyebut aspal yang dimuat oleh kapal itu terus tumpah ke laut. Kondisi itu membuat laut menjadi tercemar.
Menurutnya, banyak biota laut mati karena tercemar aspal itu. Bahkan, warga yang berprofesi sebagai nelayan di daerah itu tidak bisa melaut.
"Pencemaran itu sampai menembus ke sekitar Kawasan konservasi Perairan Toyolawa-Lahewa, dan mengancam sepanjang pantai yang menjadi pendaratan penyu. Penyu itu mati gara-gara aspal ini," sebutnya.
(nkm/nkm)