Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh menyebutkan sejumlah warga di Aceh Timur menjadi korban akibat pencemaran limbah udara. Limbah itu diduga dari tambang perusahaan minyak dan gas yang beroperasi di daerah tersebut.
"Keterangan dari warga, sejak 2019 hingga akhir 2022 sudah 13 orang lebih yang menjadi korban dan semua harus dirawat di Puskesmas. Bahkan sebagian besar korban harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Zubir Mahmud di Idi, Kabupaten Aceh Timur," kata Direktur Walhi Aceh Ahmad Shalihin dalam keterangan kepada wartawan, Selasa (10/1/2023).
Warga yang diduga menjadi korban pencemaran limbah itu berasal dari Gampong Blang Nisam, Alue Ie Mirah, Suka Makmur dan Jambo Lubok yang merupakan desa di ring satu perusahaan. Warga setempat disebut sudah berkali-kali melayangkan protes namun hingga kini belum ada solusi.
Shalihin menjelaskan, warga mencium aroma tidak sedap yang diduga berasal dari limbah perusahaan tersebut. Akibatnya warga mengalami mual, muntah, pusing hingga pingsan.
"Kasus pencemaran ini sudah berlangsung lama dirasakan oleh warga yang tinggal di lingkar tambang tersebut. Bahkan pada tanggal 9 April 2021, ada 250 jiwa warga Gampong Panton Rayeuk, Kecamatan Banda Alam terpaksa mengungsi ke kantor Camat karena bau busuk yang dirasakan," jelas pria yang akrab disapa Om Sol ini.
"Ini persoalan serius yang harus segera ditangani, terlebih kebanyakan korbannya adalah perempuan, anak-anak, ibu hamil hingga lansia, mereka cukup rentan bila udara tidak sehat," lanjutnya.
Dia menjelaskan, setelah bertahun-tahun mencium aroma busuk, warga kini menghadapi persoalan baru. Kualitas air sumur disebut mulai berubah rasa dan kandungannya.
"Kualitas air sumur sebelum perusahaan tambang itu beroperasi dapat dikonsumsi setelah dimasak. Tetapi sekarang kendati sudah dipanaskan, terjadi perubahan rasa dan berkeruh, sehingga warga harus membeli air isi ulang untuk konsumsi," ujarnya.
Menurutnya, warga di sana sudah pernah melaporkan kasus pencemaran ini ke Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Timur. Tetapi solusi yang ditawarkan disebut belum menyentuh akar masalah, malah warga yang diminta untuk adaptasi saat bau busuk terjadi.
"Ini kan lucu, solusi yang ditawarkan kok warga yang harus beradaptasi, seharusnya PT Medco lah yang harus cari solusi dan bertanggungjawab," ujarnya.
Walhi Aceh meminta Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo segera bersikap dan segera menyelesaikan kasus pencemaran yang semakin mengkhawatir dan korban mulai berjatuhan, terutama perempuan dan anak yang tinggal di lingkaran tambang.
"Presiden harus segera turun, karena warga sudah pernah melaporkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Pemerintah Aceh. Tetapi hingga sekarang belum ada ditanggulangi," jelasnya.
"Bila terus terjadi pembiaran seperti ini, Walhi Aceh bersama warga siap gugat perusahaan, agar hak-hak hidup sehat warga terjamin," kata Om Sol.
Simak Video "Ini Kapal Tanker Picu Tumpahan Aspal di Perairan Nias"
[Gambas:Video 20detik]
(agse/nkm)