Wakil Ketua MPR RI, Tamsil Linrung menutup Kongres ke-II Umat Islam Sumatera Utara di Asrama Haji, Medan. Sebelum menutup acara itu, Tamsil lantas bicara soal 2 tantangan yang harus dihadapi umat islam ke depan.
"Pertama, di sektor eksternal. Umat ditantang untuk mengikis dikotomi "kita" dan "mereka". Saya kira ini salah satu yang sangat kita perlukan untuk tampil solid dan bersatu. Maka dikotomi kita dan mereka ini harus kita hilangkan," kata Tamsil memberi sambutan sebelum menutup acara tersebut, Minggu (28/8/2022).
Tamsil mengatakan umat islam harus sadar bahwa ada kekuatan invisible hand yang selalu berupaya memecah belah umat. Hal ini, kata Tamsil, dilandasi karena tidak adanya pemimpin formal untuk memimpin umat secara bersama-sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita mesti menyadari adanya kekuatan invisible hand, tangan-tangan tersembunyi yang selalu berupaya untuk memecah belah umat. Dan mereka punya kekuatan yang luar biasa, bukan hanya kekuatan logistik, finansial tapi kadang kala kekuasaan ikut menopang kekuatan mereka," ujar Tamsil.
"Karena kita selama ini kurang terkonsolidasi sehingga kita tidak memiliki pemimpin yang bisa kita dorong untuk menjadi pemimpin formal di dalam memimpin kita semua secara bersama sama," tambah Tamsil.
Selanjutnya, kedua, umat islam gagal mendefinisikan identitas mereka di panggung politik. Cita-cita atau tujuan untuk dicapai bersama tidak tampak.
"Kedua, umat Islam gagal mendefinisikan identitas mereka di panggung politik. Kita tidak tampak ada satu cita-cita atau tujuan yang sama untuk kuta capai. Kendatipun ada, namun kita tidak pernah bersepakat dalam hal pendekatan strategis apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu," sebut Tamsil.
"Kita harus bangun kesadaran kolektif. Bangun kondisi yang kemudian menyulut apa yang disebut sebagai solidaritas sosial keumatan. Sehingga kita terdorong untuk punya kebebasan bersama menjadi umat yang solid," sebut Tamsil.
Selain visi yang disepakati bersama, peran sentral, solidarity maker, sosok solidarity maker pun amat dibutuhkan oleh umat islam untuk mampu mengkomunikasikan visi dan misi umat di panggung politik.
"Figur-figur umat tidak boleh dikerdilkan dalam kooptasi sektoral. Misalnya dilabeli sebagai tokoh untuk satu golongan tertentu saja. Jika ada tokoh umat dari organisasi yang berbeda, kita harus memberi ruang. Menciptakan panggung. Melapangkan majelis di berbagai forum keumatan. Bukan sebaliknya, malah membangun aneka kompetisi," ujar Tamsil.
Tamsil mengharap umat islam harus produktif memunculkan tokoh-tokoh yang bisa menjembatani semua warna. "Rahim umat Islam harus jadi tempat yang subur bagi tumbuhnya ulama, bagi tumbuhnya cendekiawan, timbuhnya aktivitas aktifis muslim yang punya kapasitas mengorkestrasi banyak potensi," tambah Tamsil.
Ke depan, forum-forum keumatan harus semakin intens digelar, dialog harus jadi agenda reguler.
"Kongres Umat Islam Sumatera Utara ini kita harapkan bermetamorfosis dalam spektrum yang lebih luas. Menjadi agenda nasional. Menjadi festival ukhuwah Islamiyah. Pada saatnya nanti, kongres ini kita harapkan menginspirasi 230 juta umat Islam Indonesia kompak dalam satu irama politik. Menegakkan kembali kedaulatan yang diperjuangan oleh para ulama dan santri," tutur Tamsil.
Sebelum penutupan, hasil kongres umat islam Sumatera Utara 2022 agenda aksi menata ulang Indonesia juga dibacakan. Ada enam bidang di antaranya bidang ukhuwah dan kesatuan umat islam, bidang ideologi, politik, ekonomi, keamanan dan Islamofobia.
Salah satu dari bidang ekonomi, hasilnya pemerintah harus menjamin adanya stabilitas harga pada hajat hidup orang banyak baik barang maupun jasa, mengembalikan sumber daya produksi dan distribusi baik barang maupun jasa publik untuk tunduk dan patuh pada ekonomi konstitusi UUD 1945.
(dhm/bpa)