Berita Perilaku Sambo, Psikolog Ingatkan Orang Tua Dampingi Anak

Berita Perilaku Sambo, Psikolog Ingatkan Orang Tua Dampingi Anak

Tim detikHealth - detikSumut
Senin, 15 Agu 2022 07:30 WIB
Anggota Timsus Polri bersiap meninggalkan rumah pribadi mantan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo yang ditempati oleh ajudan dan sopirnya di Kompleks Polri Duren Tiga, Jalan Duren Tiga Utara II, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Penjagaan tersebut untuk membantu operasi penggeledahan yang diduga terkait kasus penembakan Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat di rumah pribadi Irjen Pol Ferdy Sambo yang dilakukan oleh tim khusus Polri. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Medan -

Sejumlah pemberitaan Irjen Ferdy Sambo tersangka otak pembunuh Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J dapat diakses semua pihak dari berbagai sumber.

Pemberitaan tentang pembunuhan berencana yang dilakukan jenderal pada bintara tersebut menarik perhatian banyak pihak. Masyarakat Indonesia dibuat geger oleh 'tebak-tebakan' kasus pembunuhan tersebut.

Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, Psi, atau yang akrab disapa 'Nina' menegaskan beberapa topik pemberitaan memang tidak seharusnya didengarkan anak-anak, terlebih tanpa pengawasan dan pengarahan orangtua.

Pasalnya, anak belum memiliki kemampuan matang untuk memahami dan menginterpretasi pesan dalam berita.

"Dengan jumlah atau kualitas pemahaman yang berbeda dengan orang dewasa, maka anak tidak betul-betul menangkap berita seperti orang dewasa. Bisa jadi, anak menginterpretasi berita dengan caranya sendiri, dengan pikirannya sendiri. yang kita nggak tahu apakah itu tepat atau tidak," terangnya baru-baru ini seperti dikutip dari detikHealth.

Nina khawatir, interpretasi yang salah dari berita pembunuhan pada anak bisa memicu rasa takut dan cemas berlebih. Terlebih pada kasus Brigadir J, seorang polisi terlibat sebagai tersangka.

"Katakanlah (berita) pembunuhan, diberitakan sampai panjang juga meningkatkan ketakutan betapa dunia saya tidak aman ada pembunuh yang merajalela," tegasnya.

"Bahkan ketika ini disebut bahwa ini polisi, ih berarti polisi tidak menjaga masyarakat malah mencelakai? Itu kan bisa pemahaman yang salah. Padahal tidak semua polisi seperti itu. Misalnya begitu. Bisa saja anak memiliki pemahaman yang berbeda dan belum tentu baik untuk dirinya," sambung Nina.

Menurut Nina, anak memang tidak bisa sepenuhnya dihindarkan dari paparan informasi lantaran berita adalah bagian dari kehidupan. Namun untuk mencegah risiko cemas dan ketakutan berlebih pada anak imbas paparan berita, Nina mengingatkan pentingnya komunikasi orangtua dengan anak.

"Ketika kita menyadari 'kok ada perubahan tertentu' (pada anak) kita perlu mengajak anak mengobrol supaya kita paham sebenarnya apa sih yang dipahami oleh anak ini. Apakah yang dipahami benar apa salah," jelas Nina.

"Misalnya tentang berita pembunuhan, (dijelaskan pada anak) ada orang yang membunuh orang lain mati padahal kan orang seharusnya menjaga orang lain tetap hidup. Seperti Itu contohnya membahasakannya," pungkasnya.



Simak Video "Irjen Ferdy Sambo Jadi Otak di Balik Pembunuhan Brigadir Yosua"
[Gambas:Video 20detik]
(bpa/bpa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT