Psikolog Medan: Sambo Timbulkan Pandangan Negatif Anak terhadap Polisi

Psikolog Medan: Sambo Timbulkan Pandangan Negatif Anak terhadap Polisi

Kartika Sari - detikSumut
Sabtu, 13 Agu 2022 09:43 WIB
Profil Irjen Ferdy Sambo, Tersangka Pembunuhan Brigadir Yoshua
Ilustrasi. Foto: Istimewa
Medan -

Pemberitaan tentang tindakan Irjen Ferdy Sambo yang merencanakan pembunuhan terhadap anak buahnya dapat menjadi persepsi menyimpang mengenai gambaran polisi bagi anak - anak.

Sambo yang seharusnya menjadi penegak hukum diberitakan secara luas melakukan pembunuhan dengan perencanaan terhadap Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J.

Pemberitaan-pemberitaan terkait pembunuhan Brigadir J yang dibunuh oleh atasannya ini memiliki potensi buruk kepada psikologis anak-anak yang mengakses informasi tersebut. Hal itu diungkap akademisi psikolog dari Universitas Medan Area (UMA), Irna Minauli kepada detikSumut, Jumat (12/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Irma menuturkan bahwa secara psikologis, anak yang terpapar dengan berita kekerasan, kemungkinan akan menginternalisasikan hal itu. Sehingga sensitivitas dan empati terhadap nilai-nilai kemanusiaan menjadi tumpul. Terlebih jika pelaku selalu menunjukkan justifikasi atau pembenaran atas perbuatannya itu.

"Anak-anak mungkin terlalu sibuk dengan games yang juga penuh dengan kekerasan sehingga hal ini juga bisa menjadi pemicu kekerasan. Ketika mereka juga melihatnya di dunia nyata dengan tokoh-tokoh aparat tertentu, membuat anak yang memang sudah memiliki predisposisi conduct disorder (gangguan perilaku) memiliki trigger atau pemicu untuk melakukan kekerasan," kata Irna.

ADVERTISEMENT

Irna menyarankan para orang tua untuk mendampingi sang anak dalam membahas mengenai masalah kekerasan yang tentunya dinilai sangat penting.

"Peran orang tua dalam mendampingi anak ketika sedang membahas masalah kekerasan menjadi sangat penting. Orang tua dapat menanamkan nilai-nilai moral seperti mendiskusikan dan menanyakan "apakah hal tersebut patut dilakukan?"," kata Irna

"Orang tua dapat mengajarkan manajemen konflik sehingga anak paham bagaimana seharusnya menyelesaikan konflik dengan baik, tanpa melibatkan kekerasan," pungkasnya.

Irna kemudian mengambil contoh sebuah kasus dengan objek perempuan dengan dua pendapat yang masing-masing berisikan informasi positif pada kelompok I dan negatif pada kelompok II.

"Sebagaimana bisa kita prediksi maka nilai rata-rata yang diberikan oleh kelompok dua, yang mendapatkan informasi negatif, maka nilainya jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan informasi positif," jelasnya.

Kasus pembunuhan Brigadir J menyita banyak perhatian orang. Secara gamblang belum diketahui motif pasti Irjen Ferdy Sambo perintahkan ajudannya bunuh Brigadir J. Menko Polhukam Mahfud MD menyebutkan bahwa motif pembunuhan rencana tersebut bersifat sensitif dan hanya diperbolehkan didengar oleh orang dewasa.




(bpa/bpa)


Hide Ads