Bayi di Madina Lahir Tanpa Lubang Anus, Keluarga Butuh Biaya

Bayi di Madina Lahir Tanpa Lubang Anus, Keluarga Butuh Biaya

Nizar Aldi - detikSumut
Senin, 11 Jul 2022 21:23 WIB
Ilustrasi Kaki Bayi
Ilustrasi bayi (Foto: Getty Images/iStockphoto)
Medan -

Seorang bayi lahir di Mandailing Natal (Madina) menderita penyakit atresi ani (lubang anus tidak berkembang) atau kondisi lahir tanpa saluran anus. Bayi tersebut lahir pada Sabtu (9/7) kemarin, pukul 05.15 WIB, di salah satu bidan di daerah Panyabungan.

Berdasarkan keterangan paman dari bayi, Eka Sofyandi (25), bayi tersebut dilahirkan dengan proses persalinan normal, sehingga ibu dan anaknya langsung dibawa pulang ke rumah. Bayi tersebut mengidap atresi ani, baru diketahui setelah hampir 21 jam sejak lahir.

"Bayi ini lahir di bidan daerah Panyabungan, karena lahirnya normal, maka keluarga bawa pulang ke rumah, nah pas tengah malam baru tahu kalau tidak ada lubang anus bayi ini," kata Eka Sofyandi kepada detikSumut, Senin (11/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi bayi dari pasangan Iskandar Muda (25) dan Rima Melati (25), tersebut menangis tengah malam, sehingga keduanya baru menyadari bahwa si bayi lahir belum pernah buang air besar. Setelah dicek barulah keluarga tahu, bahwa sang anak mengidap atresi ani.

"Jadi tengah malam, pagi sekitar jam 03.00 WIB (Minggu), ini anak kok nangis, kok belum ada buang air besar, dipikir keluarga kan yang jaga, kemudian dicek dicek rupanya nggak ada saluran anusnya," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Bidan yang membantu persalinan kelahiran bayi tersebut juga, kata Eka, tidak memberitahukan kondisi bayi yang demikian. Sehingga bayi tersebut seharusnya dapat pertolongan medis lebih cepat.

"Nggak dicek dan bidannya pun nggak ada, nggak ada ngasih tau, agak kecewa juga, harusnya bisa dapat pertolongan lebih cepat (jika dikasih tau)" ucapnya.

Bayi dengan berat 3,3 kg dan panjang 49 cm, tersebut akhirnya dibawa keluarga pada Minggu (10/7) sekitar pukul 11.00 WIB, ke RSUD Panyabungan untuk mendapatkan pertolongan medis. Oleh pihak RUSD, bayi tersebut harus dirujuk, karena rumah sakit masih kurang bisa untuk menangani hal tersebut.

"Siangnya pas lebaran kurban, kami bawa ke rumah sakit. Oo ini harus dirujuk kata mereka yang di RSUD Panyabungan," ujarnya.

Namun proses rujukan sempat terkendala, karena bayi tidak punya kartu BPJS dan harus menjadi pasien umum. Setelah dicari solusi, dia menyebutkan, akhirnya dapatlah program BPJS non registrasi atau Simanjanone.

"Kebetulan bayi ini kan belum punya BPJS, harus pasien umum, terakhir cari cari solusi, akhirnya dapat itu Simanjanone, program pemerintah yang non registrasi," sebutnya.

Bayi yang Lahir Tanpa Anus di Madina Dirujuk ke Medan. Simak Halaman Selanjutnya

Setelah selesai masalah BPJS, muncul masalah berikutnya, kata dia, rumah sakit pemerintah yang memiliki NICU (ruang khusus bayi) di Sumut lagi penuh semua. Sehingga oleh pihak RSUD awalnya enggan merujuk, karena takut terjadi sesuatu sama bayi tersebut.

"Tapi ini hanya bisa rujukannya ke tiga rumah sakit, rumah sakit Adam Malik (Medan), rumah sakit haji (Medan) dan rumah sakit Amri Tambunan (Deli Serdang). Jadi pihak rumah sakit koordinasi ke Medan sini, katanya ruang NICU tidak ada di tiga rumah sakit ini (tidak ada yang kosong), awalnya enggan ngasih rujukan karena full itu semua," ungkapnya.

Akhirnya keluarga berembuk untuk membawa bayi tersebut ke Medan, karena di RSUD Panyabungan pun tidak mendapat penanganan medis juga, kata dia. Pertimbangan keluarga adalah jarak yang memakan waktu 10 jam dari Panyabungan ke Medan, apabila dapat informasi ruangan kosong dari tiga rumah sakit tersebut akan lebih mudah bagi keluarga untuk mengaksesnya.

"Tapi ya di rumah sakit ini juga nggak di apa-apain, kita berpikir keras juga kan, akhirnya kita minta rujukan ke Adam Malik, manatau ada ruangan yang kosong di sana atau yang lainnya, bisa langsung kami masukkan," katanya.

Akhirnya keluarga membawa bayi tersebut ke Medan dan tiba pada Senin (11/7) pagi di rumah sakit Adam Malik. Karena sedari pagi hingga sore belum dapat ruangan kosong, akhirnya pihak rumah sakit menganjurkan untuk membawa ke rumah sakit swasta Imelda untuk mendapat pertolongan medis segera.

"Kami sampai sekitar pukul 8 pagi, setelah kami tunggu sampai sore, tapi nggak ada juga ruangan NICU dari tiga rumah sakit ini yang kosong. Akhirnya pihak rumah sakit menyarankan bawa ke swasta, kebetulan Imelda ada ruangan kosong," sebutnya.

Biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 30 juta, biaya ini cukup memberatkan bagi orang tua bayi, kata Eka, namun karena memikirkan kondisi bayi, akhirnya keluarga mengiyakan dan memberikan uang muka ke pihak rumah sakit.

"Rp 30 juta (biaya), berat sebetulnya, apalagi ayahnya kerjanya hanya ikut sama orang tuanya sebagai pengrajin kayu dan istrinya jualan di pasar. Tapi ya karena demi keselamatan bayi, makanya tadi dipanjar aja dulu, nanti dicari sisanya," tuturnya.

Saat dihubungi, Eka mengatakan bayi tersebut sedang ditangani oleh dokter di rumah sakit Imelda. Eka berharap ada bantuan dari pemerintah atau orang dermawan untuk meringankan biaya perobatan bayi tersebut.

"Saat ini lagi ditangani dokter, tapi semogalah ada perhatian dan bantuan dari pemerintah maupun orang baik yang lain," tutupnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: KPK Tetapkan 5 Tersangka Terkait OTT di Sumut"
[Gambas:Video 20detik]
(astj/astj)


Hide Ads