Sejumlah nelayan di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara (Sumut) mengkhawatirkan rencana Pertamina soal pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kebutuhan bahan bakar kapal mereka selama melaut.
Alasannya, hal itu akan mempersulit mereka sebab tak semua nelayan memiliki smartphone tempat dimana aplikasi MyPertamina bisa dipergunakan.
"Mungkin sangat berat bagi kami khususnya nelayan kecil untuk beli BBM saja pakai aplikasi. Sangat merepotkan," kata Ismail (35) salah seorang nelayan di Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan, Rabu (29/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini kata dia, para nelayan khususnya nelayan kecil tradisional membeli BBM berjenis solar harus menempuh perjalanan sekitar 20 Kilometer ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terdekat membeli menggunakan jerigen.
"Apalagi nelayan, tak semua punya android dan pandai menggunakannya. Kalau betul jadi pembelian BBM ini dipersulit dengan cara begitu, mungkin kami siap ramai-ramai protes," kata dia.
Nelayan di Asahan ini berharap pemerintah maupun Pertamina agar bijak dan tidak menyamakan semua wilayah di Indonesia, karena kebutuhan dan sarana dan prasarana berbeda.
Selama ini terutama di Asahan, mayoritas kebutuhan BBM untuk nelayan dipasok oleh agen yang mendapat kepercayaan dan surat keterangan dari Pemerintah Desa untuk membeli BBM di SPBU terdekat untuk kebutuhan bahan bakar mereka.
Sebelumnya, diinformasikan Pertamina akan memperketat pengawasan penyaluran BBM mengingat masih terjadi di lapangan adanya konsumen yang tidak berhak mengkonsumsi Pertalite dan Solar. Jika tidak diatur potensinya kuota yang telah ditetapkan selama satu tahun tidak akan mencukupi.
Untuk memastikan mekanisme penyaluran makin tepat sasaran, maka Pertamina berinisiatif dan berinovasi untuk melakukan uji coba penyaluran Pertalite dan Solar bagi pengguna berhak yang sudah terdaftar di dalam sistem MyPertamina yang rencananya akan diterapkan 1 Juli 2022.
(bpa/bpa)