Bahaya! Kasus COVID-19 Terus Naik, Diprediksi Capai Puncak Akhir Juli

Berita Nasional

Bahaya! Kasus COVID-19 Terus Naik, Diprediksi Capai Puncak Akhir Juli

Tim detikHealth - detikSumut
Kamis, 23 Jun 2022 10:21 WIB
omicron ba.4 dan ba.5
Covid-19 ngegas lagi. (Foto: infografis detikcom)
Medan -

Kasus COVID-19 di Indonesia terus melonjak dalam beberapa hari terakhir. Penambahan kasus baru ini didominasi varian Omicron BA.4 dan BA.5.

Data terbaru yang dirilis pemerintah, kasus mingguan COVID-19 di Indonesia melonjak 105 persen. Sementara penambahan kasus harian nyaris menyentuh angka 2.000. Pada Rabyu (22/6) kemarin, penambahan kasus baru tercatat 1.985 kasus. Kasus aktif bahkan menyentuh 11.391, dengan tambahan 1.296 pasien.

Dilansir dari detikHealth, ahli epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia mengungkapkan, kenaikan kasus COVID-19 di gelombang Omicron BA.4 dan BA.5 terjadi lebih lambat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prediksinya, infeksi COVID-19 bakal lebih dulu menyebar di kalangan populasi yang memiliki imunitas, sehingga kemungkinan besar tidak muncul gejala atau gejala COVID-19 yang muncul terbilang ringan.

"Kenaikan COVID-19 ini jelas akan berlangsung ya setidaknya satu dua bulan lah ya, tapi ini berbeda dengan waktu Delta ya, hanya pada kelompok-kelompok yang rawan populasi berisiko tinggi seperti lansia, komorbid, ataupun yang cakupan vaksinasi masih minim itu yang paling berbahaya," beber Dicky kepada detikcom, ditulis Rabu (22/6/2022).

ADVERTISEMENT

"Dan ini setidaknya kita akan menghadapi masa rawan ya Agustus lah paling tidak, ini berbalik juga pada bagaimana kita memitigasinya," sambung Dicky.

Menurut Dicky, bukan tidak mungkin infeksi COVID-19 yang dilaporkan sebenarnya 10 kali lipat dari angka resmi. Namun, di tengah keterbatasan testing dan banyaknya kelompok yang sudah divaksinasi COVID-19, kasus-kasus tersebut tidak terdeteksi lantaran mayoritas tidak bergejala.

"Sebetulnya sekarang sudah puluhan ribu yang terinfeksi, tapi kan mayoritas tidak bergejala. Kalau jumlah itu kembali ke kemampuan mitigasi dalam testing, yang jelas itu masih jadi PR kan, dan ini tentu ada dampaknya," kata Dicky.

Ia melanjutkan, pemerintah seharusnya kembali melakukan pengetatan dari mulai 3T, testing, tracing dan treatment. Meski tak perlu masif, diharapkan deteksi mewakili gambaran penyebaran di sejumlah wilayah, serta memastikan orang-orang yang terpapar menjalani karantina hingga penularan bisa terus ditekan.

Dicky juga mengimbau penguatan protokol kesehatan COVID-19, lantaran Omicron BA.4 dan BA.5 diyakini menjadi varian paling menular di antara seluruh varian COVID-19 terdahulu. Terlebih, data awal menunjukkan kemampuan kedua varian tersebut lolos dari antibodi pasca vaksinasi.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan RI memprediksi puncak gelombang BA.4 dan BA.5 akan tercapai pertengahan hingga akhir Juli 2022. Perkiraan jumlah kasus harian sekitar sepertiga dari puncak Delta, yang artinya akan mencapai angka 20-an ribu kasus per hari.

Pakar dari Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar (PB), dr Erlina Burhan, SpP(K) mengaku tidak membuat hitung-hitungan terkait puncak gelombang COVID-19 kali ini. Namun menurutnya, hal itu akan sangat tergantung kedisiplinan warga untuk menerapkan protokol kesehatan.

"Jadi ayo kita patahkan prediksi itu dengan meningkatkan protokol kesehatan," ajaknya, Selasa lalu.

Menurut dr Erlina, puncak gelombang BA.4 dan BA.5 kemungkinan tidak setinggi pada gelombang Omicron sebelumnya. Belajar dari Afrika Selatan, kenaikan kasusnya hanya 30 persen dari Omicron BA.1.




(dpw/dpw)


Hide Ads