Menonton bioskop merupakan salah satu hiburan bagi warga termasuk yang berada di Kota Medan. Warga yang datang menonton biasanya bersama keluarga mau pun dengan teman dekat.
Bicara tentang bioskop di Medan, tahu kah anda bioskop apa yang pertama di kota ini? Kalau belum, simak penjelasannya di sini.
Dosen Antropologi Universitas Negeri Medan (Unimed) Erond L Damanik mengatakan bioskop yang pertama sekali didirikan di Medan itu bernama De Oranje Bioscoop pada tahun 1889. Bioskop ini didirikan oleh Kolonial Belanda untuk menjadi hiburan bagi kalangan elit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erond mengatakan saat itu film yang ditayangkan tidak memiliki suara, melainkan hanya gambar yang bergerak. Gambarnya pun masih berwarna hitam putih.
"De Oranje Bioskop saat itu masih menayangkan film bisu dan hitam putih," kata Erond L Damanik kepada detikSumut, Rabu (01/06/2022).
Bioskop tersebut dulunya terletak di sudut kiri Lapangan Merdeka, di dekat Titi Gantung dan saat ini bioskop tersebut sudah tutup. Sekitar tahun 1918 muncul Rex Bioscoop, yang disusul bis Astroria Bioscoop, Tjong Koeng Tat Bioscoop dan Deli Bioscoop tiga tahun kemudian. Imperial Bioscoop muncul dua tahun kemudian.
"Sejak tahun 1918 bermunculan lah bioskop lain seperti Rex Bioskop" sebutnya.
Orian Bioscoop merupakan bioskop terakhir yang muncul di zaman pemerintahan kolonial Belanda. Bioskop itu muncul tahun 1931 dan terletak di Jalan Gatot Subroto Medan.
Pasca runtuhnya kolonialisme Belanda, di zaman setelah kemerdekaan, nama-nama bioskop tersebut berubah dari nama Belanda menjadi Indonesia. Seperti De Oranje Bioscoop menjadi Bioskop Bali dan Rex Bioscoop menjadi Ria Bioskop.
"Pasca Belanda kalah, bioskop-bioskop tersebut berubah nama, seperti De Oranje Bioscoop menjadi Bioskop Bali dan Rex Bioscoop menjadi Ria Bioskop," terangnya.
Sejak itu juga bermunculan bioskop di Medan, seperti Olympia Bioscoop pada tahun 1951. Bioskop tersebut dirancang oleh arsitek terkenal yang juga merancang beberapa bangunan penting di Kota Medan.
"Olympia Bioscoop dirancang oleh arsitek kenamaan yakni J.M Hans Groenowegen. Dia juga banyak merancang bangunan di Medan seperti Rumah Sakit Elisabeth, Sekolah Imanuel bahkan rumah gubernur, wali kota dan lainnya," sebutnya.
Di era setelah kemerdekaan ini juga munculnya beberapa bioskop seperti Bioskop Cathay di Jalan Sutomo, Bioskop Plaza Theatre, Golden Theater di Jalan Gatot Subroto, Bioskop Budi di Jalan Rakyat, Bioskop Majestyk di Jalan SM. Raja, Bioskop Irama Kampung Baru, Bioskop Karimata Padang Bulan, Bioskop Sei Sikambing di Jalan Gatot Subroto.
Di kawasan Deli Plaza ada juga gedung City Plaza yang di dalamnya ada bioskop President dan Empire yang sangat digemari oleh masyarakat di tahun 1990 sampai 2000 awal.
"Bioskop President dulu berada di lokasi Podomoro yang saat ini," kata Erond.
Film film yang di putar di bioskop pada umumnya film Indonesia, Bollywood, Holywood dan sebagainya. Namun saat itu, Erond mengatakan bioskop juga memutar film khusus dewasa yang secara rutin diputar oleh pihak pengelola.
"Waktu aku dulu kuliah sekitar tahun 1996, masih banyak ditemukan bioskop yang memang punya jadwal tersendiri untuk memutar film vulgar tersebut," ujar Erond.
Namun, ada juga bioskop yang tidak memutar film khusus dewasa. Bioskop-bioskop tersebut biasanya sudah bioskop XXI atau 21.
"Ada juga yang gk menayangkan seperti Bioskop President, Riang Bioskop dan Ria Bioskop, seingat ku tidak," tuturnya
Bioskop XXI atau 21 sudah ada katanya sejak tahun 1992, saat itu Erond masih menempuh pendidikan SMA. Sedangkan saat pemerintahan kolonial Belanda, tidak ada yang menayangkan film khusus dewasa tersebut.
"Kalau saat Belanda, tidak ada, karena bioskop mengiklankan film melalui Koran Deli, dan tidak ada ditemukan," tutupnya.
(afb/afb)