Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif, meninggal dunia, Jumat (27/5/2022). Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sumatera Utara (Sumut) Hasyimsyah mengenang sosok Buya Syafii sebagai pemikir arif yang rasional.
"Kita PW Muhammadiyah Sumut beserta seluruh warga Muhammadiyah Sumut, turut berduka cita atas wafatnya Profesor Syafii Maarif. Mari kita doakan semoga almarhum ini diterima Allah SWT diampuni dosanya dan dimasukkan ke Surga Jannatunnain," kata Hasyimsyah kepada detikSumut.
Hasyim juga mendoakan semoga keluarga diberi Allah kesabaran dilindunginya. Menurut Hasyim, almarhum adalah tokoh yang arif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau ini kan kuat sekali budaya Minang-nya, tapi karena dia sudah lama, mulai dari Solo sampai ke Yogyakarta maka dia lebih arif," sebut Hasyim.
Kemudian, Buya Syafii pun memiliki pendidikan yang spektakuler. Buya Syafii mendapat gelar Guru Besar bidang sejarah peradaban khususnya peradaban Islam dari universitas di Amerika Serikat.
"Selain itu faktor pendidikannya, dia memiliki kalau nggak salah guru besarnya dalam bidang sejarah peradaban khususnya Islam dari Chicago, satu universitas sangat bergengsi di Amerika. Karena itu tidak heran kalau kita, apalagi di akhir hayatnya dia membuat semacam foundation, yayasan yang disebut dengan Maarif yang mencoba mencerdaskan bangsa," ujarnya.
"Jadi dia memilik latar belakang keagamaan yang kuat karena budaya Minang-nya, kita tahu yang kuat dengan agama, tapi juga memiliki pemikiran yang rasional sehingga dia banyak diterima oleh banyak pihak. Tapi kadang-kadang orang selalu memandang cara berpikirnya yang rasional ini kurang pas. Tapi intinya dalam kenyataan apa langkah-langkah yang diambil itu lebih banyak maslahatnya," sebut Hasyim.
Bahkan, kata Hasyim, Buya Syafii sempat membela angkatan muda Muhammadiyah kala itu yang disebut cenderung mengarah ke sekuler. Dengan tegas, Buya Syafii membantahnya.
"Bahkan dulu ketika ada hujatan ke anak angkatan muda Muhammadiyah, bahwa anak-anak Muhammadiyah itu lebih cenderung mengarah ke sekuler. Dia waktu muktamar di Malang, dia jawab tidak ada mereka yang sekuler, saya bertanggung jawab atas itu. Itu ketika dia mengakhiri kepemimpinan sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah di Malang," ujar Hasyim.
(dhm/dpw)