Nommensen Awali Misi Kristen di Batak setelah Singgahi Humbahas

Nommensen Awali Misi Kristen di Batak setelah Singgahi Humbahas

Tim detikSumut - detikSumut
Sabtu, 16 Apr 2022 04:30 WIB
Masayrakat dan tim Nelson Lumbantoruan saat berada di puncak bukit Lesa di Pakkat, Humbang Hasundutan. Foto Dokumen Nelson Lumbantoruan
Masayrakat dan tim Nelson Lumbantoruan saat berada di puncak bukit Lesa di Pakkat, Humbang Hasundutan. Foto Dokumen Nelson Lumbantoruan
Doloksanggul -

Missionaris Jerman bernama Ludwig Ingwer Nommensen merupakan salah satu tokoh penting dalam penyebaran injil di Tanah Batak. Pewartaan ajaran kristiani yang dilakukan Nommensen dapat diterima sebagian besar masyarakat batak.

Bagi umat kristiani di Tanah Batak, Nommesen merupakan tokoh besar yang disematkan istilah apostel. Sebutan apostel atau rasul itu diberikan karena Nommensen dinilai mampu mencerahkan kehidupan masyarakat.

Saat ini jutaan masyarakat Sumatra Utara (Sumut) menganut agama kristiani karena pengaruh ajaran Nommensen. Namun taukah anda daerah di Tanah Batak yang pertama sekali disinggahi Nommensen? Berikut ulasan detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerhati budaya yang juga batakolog, Nelson Lumbantoruan menjelaskan bahwa sebelum menjalankan misi ke Tanah Batak Nommensen pertama sekali mempelajari naskah - naskah yang tersimpan di museum Belanda, dan di Inggris khususnya hasil penelitian Dr HN Ban Der Tuuk.

Dr HN Ban Der Tuuk merupakan peneliti Eropa yang pernah tinggal di Barus dari tahun 1852 hingga 1857. Dari Barus, masuk ke pedalaman Batak dalam rangka penelitian Bahasa Batak.

ADVERTISEMENT

"Sebenarnya ada dua tokoh penting asal Eropa yang melakukan penelitian di Tanah Batak. Dr Hermann Neubronner van der Tuuk (1824-1894) ahli bahasa berkebangsaan Belanda dan Dr Franz Wilhelm Junghun (1809-1864) peneliti botani berkebangsaan Jerman," terangnya.

Nelson menuturkan bahwa HN Van Der Tuuk masuk dari pantai Barus dan Franz Junghun masuk dari kawasan Pantai Timur. Setelah masuk dari Baru, HN Van Der Tuuk melakukan penelitian pedalaman batak. Bahkan tercatat sudah pernah datang ke kawasan Bakkara yang pada masa itu lokasi Istana Sisingamangaraja.

Jalan setapak menuju Bukit Lesa dari Kecamatan Pakkat, Humbang Hasundutan. Foto: Dokumen Nelson Lumban ToruanJalan setapak menuju Bukit Lesa dari Kecamatan Pakkat, Humbang Hasundutan. Foto: Dokumen Nelson Lumban Toruan Foto: Istimewa

HN Van der Tuuk datang ke Tanah Batak atas misi sebuah Lembaga Zending Belanda yaitu Nederlands Bijbelgenoootschap. Lembaga Zending itu untuk menyusun Kamus Bahasa Batak, Tata Bahasa Batak, dan menerjemahkan Bibel ke dalam Bahasa Batak.

Naskah DR HN Van Der Tuuk merupakan salah satu referensi penginjilan yang dilakukan DR IL Nommensen. Sebab sebelum datang ke Tanah Batak, Nommensen terlebih dahulu mempelajari naskah-naskah Batak yang tersimpan di museum Belanda.

Lelaki yang saat ini menjabat sebagai Kepala Divisi Pemasaran Mancanegara, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT itu menjelaskan bahwa Nommensen berangkat ke Sumatra dengan menaiki Kapal Pertinax melalui Negeri Belanda.

Nommensen tiba di Pelabuhan Padang pada 16 Mei 1862. Pada 16 Juni 1862, Nommensen berangkat dengan Kapal Samuel menuju Barus melalui Sibolga, dan tiba di Barus 23 Juni 1862.

Di Barus, Nommensen banyak bertemu dengan masyarakat Batak. Saat itu umumnya masyarakat Batak berdagang di Pantai Barus. Dari pertemuan dengan masyarakat Batak, Nommensen mulai mempelajari langsung kehidupan masyarakat Batak.

"Setelah memahami masyarakat Batak, Nommensen pun memulai perjalanan ke pedalaman Batak. Perjalanan itu dilakukan menuju perkampungan di Humbang Hasundutan (Humbahas) bernama Tukka dan Rambe," katanya.

Lulusan Magister Humaniora Universitas Sumatra Utara (USU) tersebut mengungkapkan bahwa Tukka dan Rambe adalah pemukiman warga yang saat ini masuk wilayah administrasi Kecamatan Pakkat.

Nommensen memasuki kawasan Humbahas melalui bukit bernama Lesa. Bukit Lesa merupakan perbatasan antara Kabupaten Humbahas dan Tapanuli Tengah. Jalur itu merupakan jalur yang dilalui warga Batak. Sayangnya pemerintahan Tapanuli dibawah kolonial belanda melarang Nommensen tinggal di kawasan Humbang. Sebab Humbang belum ditaklukkan pada masa itu.




(bpa/bpa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads