Presiden pertama RI, Soekarno tercatat pernah menginjakkan kakinya di Bengkulu. Tak singkat, Seokarno tinggal di provinsi berjuluk bumi Rafflesia itu selama 4 tahun.
Dalam catatan sejarah, Soekarno terhitung tinggal di Bengkulu dari 1938 hingga 1942 silam. Namun sebelum diasingkan, bapak dari Megawati Soekarno Putri itu lebih dulu diasingkan ke Kota Ende di Nusa Tenggara Timur.
Sejarahwan sekaligus pengamat sejarah di Bengkulu, Agus Setyanto mengatakan tahun 1938, Bung Karno diasingkan ke Bengkulu. Perjalanan pengasingan Bung Karno ke Bengkulu pun cukup panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa panjang karena dari Ende, Bung Karno menuju Jakarta dengan kapal laut. Dari pulau Jawa, Bung Karno menuju ke Lampung dengan kapal laut dan bersandar di Pelabuhan Tanjung Karang," kata Agus saat berbincang dengan detikSumbagsel beberapa waktu lalu.
Lewat tepian pulau Sumatera, Soekarno kembali melanjutkan perjalanan menuju Kota Lubuklinggau di Sumatera Selatan. Kali ini, ia mengendarai ular besi menuju kota di ujung Sumatera Selatan tersebut dan berlanjut pakai bus Hindia-Belanda menuju Bengkulu.
Rupanya, rencana kedatangan Soekarno di Bengkulu telah diketahui tokoh pergerakan kemerdekaan Bengkulu. Hanya saja belum tahu apakah pakai jalur darat atau laut.
"Setiba di Bengkulu, Bung Karno menginap di kelurahan Pintu Batu, Teluk Segara, Kota Bengkulu. Beliau di sana selama 2 minggu. Dalam kurun waktu satu minggu tersebut, Bung Karno mencari penginapan sampai ditemukan rumah di jalan Soekarno-Hatta yang saat ini menjadi rumah pengasingan Bung Karno," kata Agus.
Rumah itu sendiri merupakan rumah milik pedagang Tionghoa yang di sewa Belanda bernama Lion Bwe Seng. Udara dan tanah Bengkulu yang lebih baik, mengembalikan kesehatan dan semangat perjuangan Bung Karno.
Bung Karno pun sembuh dari sakit. Bung Karno lalu mengajak rakyat di Bengkulu untuk membangun masjid, mengundang dan berdiskusi tentang kebangsaan dan kemerdekaan.
Mulailah Bung Karno berteman baik dengan pimpinan Muhammadiyah cabang Bengkulu. Tak terkecuali tokoh agama lain dan tokoh-tokoh Bengkulu.
"Untuk generasi muda, Soekarno merangkul dan mengambil alih club musik Monte Carlo yang dikembangkan menjadi sandiwara musik (tonil). Ini sebagai media penyebarluasan gagasan perjuangannya," papar Agus.
Selain itu, sang proklamator membentuk club olahraga Monte Carlo. Namun untuk olahraga, ia tetap diawasi mata-mata dari Belanda.
Bung Karno diperbolehkan beraktivitas di luar rumah. Namun tidak diperkenankan keluar dari Kota Bengkulu, dengan radius 40 kilometer.
Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu- Lampung, Nurman Tias menceritakan rumah pengasingan yang dihuni oleh Bung Karno berarsitektur perpaduan Eropa dan Cina. Lokasinya berada di Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu.
"Bangunan ini merupakan saksi bisu dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa pengasingan di Bengkulu. Berbagai peninggalan terdapat di rumah dengan bangunan ubin, berukuran sekitar 9x18,5 meter," kata Nurman.
Lalu ada pula koleksi 303 judul buku dengan bahasa Belanda yang terdapat di ruang kerja Bung Karno bagian depan, 120 pakaian pentas sandiwara Monte Carlo, koleksi foto sebanyak 22 buah, tempat tidur. Selain itu ada satu sepeda onthel, satu set kursi yang terletak di ruang tamu, lemari makan, surat cinta Bung Karno untuk Fatmawati dan meja rias yang terdapat di kamar bung Karno.
Nurman menyebut rumah ini dibangun oleh penyalur bahan pokok untuk keperluan pemerintah kolonial Belanda di Bengkulu. Penyalur tersebut bernama Tjang Tjeng Kwai, pada tahun 1918.
Semasa kemerdekaan bangunan ini, pernah dijadikan sebagai markas perjuangan PRI, rumah tinggal AURI, stasiun RRI dan kantor pengurus KNPI Dati I dan II.
Rumah pengasingan Bung Karno terdapat bangunan utama dan penunjang. Untuk bangunan utama, terdiri dari teras depan, ruang tamu, ruang kerja, kamar tamu, dua kamar tidur, dan teras belakang.
Sedangkan bangunan penunjang, seperti kamar pembantu, gudang, dapur, wc dan kamar mandi ada di bangunan berbentuk limas. Jika dilihat dari jendela dan pintu arsitektur Eropa. Namun, jika di lihat dari bentuk bangunannya China.
Sebagai peninggalan Soekarno, bangunan itu telah ditetapkan menjadi benda Cagar Budaya sejak tahun 2004 silam melalui keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No KM.10/PW.007/MKP/2004. Di mana pada bagian belakang rumah pengasingan Bung Karno, terdapat satu buah sumur tua.
Konon, air sumur tersebut dapat membuat awet muda. Bahkan jika air sumur di minum oleh pasangan suami istri yang belum memperoleh keturunan disebut akan mendapat keturunan serta khasiat lainnya.
(ras/bpa)