Marlita Yuana (55), seorang wakil kepala sekolah (wakasek) di Palembang, menjadi korban teror, penyekapan, serta pengancaman. Terduga pelakunya ialah TD (32), rekan seprofesi korban. Saat ini terduga pelaku sudah diamankan Polsek Ilir Barat (IB) 1 Palembang.
Peristiwa tersebut terjadi di ruang guru sekolah tempat Marlita dan TD bekerja. Tepatnya di Kecamatan Bukit Kecil, Palembang pada Selasa (4/2/2025) sekira pukul 06.00 WIB.
Kapolsek IB 1 AKP Ricky Mozam membenarkan peristiwa tersebut dan pihaknya juga sudah menerima laporan dari korban. Tak hanya itu, terduga pelaku juga sudah diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya betul, (korban) sudah buat laporan. Terbit LP-nya (laporan polisi), sudah. Terduga pelaku sudah diamankan di Polsek IB 1. Terduga pelaku mengakunya guru honorer sementara korban sudah ASN," katanya.
Dari hasil interogasi awal, diketahui terduga pelaku nekat mengancam dan menyekap korban karena masalah honor. Diduga honor teman TD tak kunjung dibayarkan.
"Dugaan motif terduga pelaku menagih honor yang tidak dibayarkan. Informasinya honor dari teman si terduga pelaku bukan dari terduga pelaku," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, wakil kepala salah satu SMP negeri di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), Marlita Yuana (55), menerima teror dari rekannya. Korban mengaku juga disekap dan diancam oleh pelaku TD (32).
"Pagi tadi saat saya baru datang, pelaku bawa saya masuk ke ruang guru. Di sanalah saya disekap dan diancam. Sebelumnya juga saya sudah diteror sejak hampir sebulan lalu," ungkapnya kepada media, Selasa (4/2).
Marlita menjelaskan ancaman itu telah dia terima sejak Jumat (17/1/2025). Menurutnya, TD seringkali mengancam akan menembak dan merenggut nyawanya.
"Dia ini sudah lama meneror hingga saya tak nyaman melaksanakan tugas (di sekolah). Aksinya membuat saya selalu ketakutan kalau dia cari saya di sekolah dan itu dilakukannya setiap hari," jelasnya.
Meski aksi teror tersebut berhasil dihalangi rekan sesama guru lainnya, Marlita memilih untuk tidak menampakkan diri di sekolah sementara selama beberapa hari terakhir.
"Saya ketakutan dan histeris tiap tahu dia mencari saya di sekolah, bahkan guru dan murid juga dirugikan. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, dan konsentrasi saya untuk mengajar jadi hilang," rincinya.
(des/des)