Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting bagi orang China. Perayaan ini dimulai pada bulan pertama Zheng Yue dalam kalender Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh.
Perayaan Imlek dikenal sebagai Chun Jie yakni sebuah tradisi menyambut musim semi. Sedangkan malam tahun barunya dikenal dengan nama Chu xi yang berarti malam pergantian tahun.
Kedatangan tahun baru begitu dinanti oleh masyarakat Tiongkok pada masa silam. Para petani berhenti melakukan aktivitas dan memanfaatkan waktu berkumpul bersama keluarga. Tradisi ini bertahan hingga sekarang dan dilakukan masyarakat di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah etnis China di berbagai wilayah Indonesia mempunyai tradisi Imlek tersendir, begitu juga di Pangkal Pinang, ibukota Kepulauan Bangka. Simak, rangkumannya berikut ini.
Asal-usul Orang China di Pangkalpinang
Menurut Rohana dalam buku Tradisi Imlek di Kota Pangkalpinang, kehadiran orang China di Bangka terjadi pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin II, antara 1768-1852. Para pendatang yang datang semuanya laki-laki.
Banyak dari mereka menikah dengan perempuan Melayu lokal dan melahirkan keturunan China Bangka. Perkembangan populasi etnis China semakin pesan karena banyaknya tenaga asing dari negeri tirai bambu datang untuk menjadi pekerja timah.
Sejak saat itu jumlah orang China di Bangka semakin bertambah dan menyebar di beberapa wilayah, termasuk di Kota Pangkalpinang. Kawasan Kelenteng Kwan Tie Miaw, Gang Singapur, dan Pasar Mambo dikenal sebagai China Town Bangka. Kawasan tersebut menjadi pusat upacara peringatan Imlek, Cap Go Meh, sembahyang Rebut dan Pot Ngin Bun.
Tradisi Imlek di Pangkalpinang
Perayaan Imlek bukan hanya sebagai simbol peralihan tahun semata. Momen ini menjadi penutup segala yang terjadi di tahun lalu dan bersiap menapaki kehidupan tahun berikutnya.
Untuk menyambut tahun baru perlu membersihkan diri secara lahir dan batin. Inilah sederet perayaan Tahun Baru Imlek yang dilakukan masyarakat China Bangka khususnya di Kota Pangkalpinang.
1. Menyiapkan Hidangan Imlek
Tradisi Imlek di Pangkalpinang tidak jauh berbeda dengan daerah lainnya. Untuk momen persiapan menyambut Imlek dilakukan sejak pertengahan bulan ke-12. Biasanya masyarakat membeli atau memesan makanan untuk dihidangkan saat hari raya.
Masyarakat China di Pangkalpinang mulai beradabtasi dengan tradisi setempat, khususnya dalam hal makanan. Selain menyajikan hidangan khas China, mereka juga tidak lupa membeli makanan khas Bangka seperti getas, kricu dan keong gonggong.
Masyarakat selalu menyiapkan pakaian terbaik untuk dikenakan pada tahun baru Imlek. Barang lain yang dibeli misalnya hiasan Imlek untuk dipasang di rumah, petasan, dan kembang api.
2. Membersihkan Rumah
Tradisi ini menjadi keharusan saat satu pekan menjelang perayaan Imlek. Biasanya, anak-anak yang sudah dewasa akan membersihkan rumah secara menyeluruh dari atas ke bawah, atap, loteng, dinding luar hingga lantai.
Bukan hanya sekadar membersihkan debu, tradisi ini bertujuan untuk menghilangkan huiqi atau jejak kesialan yang menempel di rumah. Kegiatan ini menjadi salah satu hal yang disukai dewa-dewa ketika turun memeriksa kondisi rumah.
Tidak lupa menghias pintu dan jendela dengan rumbai kertas berwarna merah. Warna tersebut menyimbolkan kebahagiaan, kemakmuran dan umur panjang.
3. Menyembunyikan Sapu
Tahap akhir dari membersihkan rumah adalah menyembunyikan sapu. Kebiasaan ini lahir dari sebuah legenda di masa silam.
Orang-orang menyembunyikan sapu dan segala macam pembersih lainnya supaya rezeki dan hal-hal baik yang diharapkan tidak hilang tersapu. Pantang untuk menyapu pada saat perayaan tahun baru hingga hari ketiga Imlek.
4. Sembahyang di Malam Imlek
Sekitar pukul 7 malam, anggota keluarga telah mengenakan pakaian rapi dan baru. Bagi yang mempunyai meja sembahyang mengisinya dengan berbagai sajian.
Dupa-dupa dinyalakan dan lampion menghiasi luar rumah. Sajian diberikan untuk leluhur dan dewa-dewa yang terdiri dari ikan, ayam, daging babi, kue keranjang, kue satu, kue lapis legit, jeruk, nanas, apel, dan pir.
Makanan ini menyimbolkan sebuah harapan baik. Buah jeruk kuning melambangkan emas yang berarti keberuntungan. Saling memberikan jeruk pada waktu Imlek menjadi tradisi yang masih terus dilakukan hingga sekarang.
5. Menyalakan Petasan
Perayaan tahun baru Imlek dimulai pada pukul 11 malam. Hal ini mengacu pada penetapan kalender Imlek. Sembari menunggu pergantian tahun, biasanya anak-anak mulai menyalakan petasan.
Menjelang pukul 11 malam, seluruh keluarga melakukan sembahyang. Dimulai dari orang tua dan leluhur, kemudian dewa-dewa lalu kepada Thian.
6. Mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek
Ketika sudah masuk pukul 11 malam, petasan dan kembang api dinyalakan. Kali ini lebih ramai dari sebelumnya. Pada saat itu, malam diterangi oleh cahaya kembang api yang terus-menerus.
Orang-orang mulai saling mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek, gong xi fa cai, kiong hi fat choi yang artinya selamat dan semoga banyak rezeki.
7. Makan Bersama
Setelah keseruan petasan dan saling mengucapkan selamat tahun baru, tradisi berikutnya makan bersama. Orang China biasanya memilih menyajikan makanan berupa sayuran, daging babi, ikan, ayam, dan udang.
Berbagai makanan termasuk udang menyimbolkan umur panjang dan kebahagiaan. Kerang kering diartikan sebagai segala kebaikan. Salad ikan mentah untuk keberuntungan dan kemakmuran.
Hidangan untuk Imlek harus mengandung tujuh bahan yakni daun sop, bawang, tahu, sucai, kucai, sawi, dan pakcoy.
Setelah makan bersama, para lelaki akan begadang semalaman dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa masuk dengan leluasa. Mereka ditemani dengan makanan khas Imlek yani kuaci, kacang, dan gula-gula.
8. Hari Pay Tee
Tradisi berikutnya berlanjut di esok hari yakni pay tee yang berarti menghormati orang tua yang masih hidup, dalam bahasa Jawanya sungkeman. Setelah itu dilakukan kunjungan ke rumah saudara dan kerabat yang lebih tua serta tetangga untuk mengucapkan selamat tahun baru.
Itulah penjelasan 8 tradisi Imlek di Pangkalpinang yang dilakukan masyarakat China Bangka. Semoga bermanfaat ya.
(csb/csb)