Polisi mengusut kasus dugaan penggelapan uang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang menyeret ASN Polres Ogan Komering Ilir (OKI) berinisial RT. Ia yang mangkir apel 4 hari diduga kabur, sehingga diburu polisi.
Itu seperti yang diungkapkan Kapolres OKI AKBP Hendrawan Susanto, berdasarkan hasil penyelidikan dan pemantauan pihaknya dalam empat hari terakhir, terhadap yang bersangkutan.
"Empat hari ini saya cek langsung tiap apel pagi saudara RT tidak hadir dan tidak melaksanakan tugas," terang Hendra kepada detikSumbagsel, Kamis (13/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sampai sejauh ini, lanjut Hendra, Polres OKI terus menelusuri keberadaan RT. Pihaknya juga menyelidiki dugaan pidana dalam kasus tersebut.
"Sedang kita telusuri dan cari keberadaan ASN tersebut untuk cari titik terang peristiwanya. Semoga yang bersangkutan sadar dan aktif masuk kantor kembali sehingga peristiwa tersebut bisa dijelaskan," imbuhnya.
Hendra mengklaim sampai hari ini pihaknya belum menerima laporan resmi dalam bentuk LP ataupun pengaduan ke Sipropam, terkait kasus yang menjerat RT.
"Jadi kami imbau apabila ada masyarakat yang merasa dirugikan atau dananya digelapkan, kami buka ruang untuk pengaduan dan laporan ke Polres OKI. Motif yang menggelapkan dana tersebut nanti kami ungkap setelah ada pemeriksaan terhadap RT," ungkapnya.
"Tanggung jawab ada pada saya sebagai pimpinan untuk waskatnya, karena yang bersangkutan merupakan bagian dari 759 personel Polres OKI yang harus saya layani. Saya mohon maaf apabila ada masyarakat OKI yang tersakiti, dan kecewa akibat perbuatan yang bersangkutan," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, kasus penggelapan itu disuarakan warga berinisial M. M mengaku ditipu RT dalam pembayaran pajak kendaraan. Awal Mei 2024, M hendak mengurus pajak mobil mertuanya. Ia lalu meminta bantuan RT dengan menyerahkan uang sebesar Rp 2,8 juta.
Menurut M, RT berjanji akan segera mengurus pajak kendaraan tersebut. Namun sampai Juni 2024, pajak kendaraan mertua M masih berstatus menunggak.
Sehingga muncul dugaan uang PKB tersebut tak disetorkan RT sebagaimana mestinya. M lalu berusaha menghubungi RT meminta kejelasan, namun nihil respons dari RT.
Bahkan saat disambangi ke kediamannya, RT tak lagi tinggal di rumah tersebut. Menurut M, setiap hari selalu ada warga yang datang ke rumah RT menanyakan perihal yang sama dengannya.
(sun/des)