Herman alias Manda (47), korban penusukan besannya, Masuri (54) hingga tewas dikenal sebagai sosok yang penyabar dan religius. Herman telaten dalam mengajar anak-anak mengaji di rumahnya.
Hal itu diungkapkan Camat Muara Beliti, Supriadi kepada detikSumbagsel, Minggu (24/12/2023).
Menurut Supriadi, sosok Herman sangat dikenal dan dicintai oleh masyarakat di RT 03 Kelurahan Pasar Muara Beliti, Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Mura. Herman pun dinilai sebagai sosok yang tak neko-neko dan pandai bergaul.
Selain menjadi guru ngaji, Herman juga bekerja mengurus kebun orang. Warga sekitar pun kaget dan histeris saat mengetahui Herman sudah tak bernyawa bersimbah darah pada Sabtu (23/12/2023) pukul 10.00 WIB di rumahnya tersebut.
"Ia (korban Herman) termasuk orang yang sabar, khususnya dalam kasus yang terjadi sebelum dia meninggal. Mungkin, kesabarannya sudah habis sehingga terjadi perkelahian dan membuat dia menusuk menantunya si RA (15). Manda (panggilan Herman) itu guru ngaji, dia mengajar anak-anak di sekitar rumahnya selepas Magrib," ujar Supriadi.
Dia menyebut, di lingkungan sekitarnya Herman tidak pernah punya masalah dan bertikai dengan tetangganya. Sehingga, tewasnya Herman disesalkan banyak orang.
"Tidak neko-nekolah orangnya. Terlihat saat pemakaman kemarin (sore setelah dibunuh), banyak yang ikut mengantarkan ke pemakaman. Meski banyak masyarakat yang kesal atas kejadian itu, tapi suasana di lingkungan rumahnya aman dan kondusif," jelasnya.
Menurutnya, suasana kondusif saat pemakaman itu andil juga dari Polsek Muara Beliti yang ikut menjaga situasi lingkungan. Sebelum Masuri ditangkap oleh Satreskrim Polres Mura, Supriadi meminta kepada pihak keluarga untuk melaporkan jika tahu lokasi pelaku bersembunyi.
Dia menegaskan bahwa Masuri harus diproses hukum karena telah melakukan pembunuhan terhadap warganya.
Berbeda dengan Herman, lanjut Supriadi, keluarga Masuri justru kerap bermasalah dengan lingkungan sekitar rumahnya. Beberapa kali, pihak adat maupun RT setempat harus menyelesaikan pertikaian keluarga Masuri dengan tetangga sekitarnya.
"Bukan cuma (bermasalah dengan) Herman, istrinya (istri Masuri) juga kerap bermasalah. Termasuk dengan tetangga-tetangganya. Orangnya kurang dalam bermasyarakat. Dengan tetangga pun tidak saling tegur suami istri itu," jelas Supriadi.
Sebab, istri Supriadi yang menjadi Ketua RT 1 (sebelum RT pecah) beberapa kali sempat menyelesaikan permasalahan Masuri dan keluarganya dengan orang sekitar.
"Ada beberapa permasalahan, istrinya (istri Masuri) ribut dengan orang (tetangga) karena persoalan tertentu hingga dilaporkan ke polisi, kemudian berdamai di rumah saya karena istri saya Ketua RT (saat itu). Ada lagi permasalahan lain, ya kira-kira mereka tidak menghargai orang lainlah," ungkapnya.
Dia mengungkap pasca terjadinya pembunuhan Herman inilah dilaporkan bahwa rumah Masuri mendapat teror dari warga. Beberapa kaca rumah milik Masuri dilempar batu hingga pecah.
"Saat saya datang ke rumah Masuri, ada dua kaca (depan rumah) yang pecah, mungkin warga masih kesal atas insiden yang terjadi. Tapi, saya tidak tahu siapa pelempar kaca itu," kata Supriadi.
Diberitakan sebelumnya, Masuri (54) pelaku penusukan besan, Herman alias Manda (47) hingga tewas di Kabupaten Musi Rawas (Mura) ditangkap Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Mura.
Hal itu disampaikan langsung Kapolres Mura, AKBP Danu Agus Purnomo kepada detikSumbagsel, Minggu (24/12/2023). "Alhamdulillah pelaku sudah diamankan. Nanti Kasat Reskrim akan sampaikan rilisnya," ujarnya.
(dai/dai)