Jambi adalah provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Tak hanya kaya akan sumber daya alam, terdapat keberagaman budaya yang khas terutama terkait Suku Melayu Jambi.
Suku Melayu Jambi menjadi representasi utama masyarakat di sebagian besar wilayah dataran rendah Jambi. Suku ini membawa warisan sejarah panjang, mulai dari era kerajaan kuno hingga akulturasi Islam yang kental.
Penasaran dengan seluk-beluk Suku Melayu Jambi? Berikut asal usul hingga tradisi dan budaya yang penuh makna dan keunikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-Usul Suku Melayu Jambi
Sejarah Suku Melayu Jambi tidak terlepas dari peran wilayah ini sebagai pusat peradaban kuno. Jambi yang terletak di sepanjang Sungai Batang Hari merupakan lokasi strategis dan penting dalam jaringan perdagangan di Asia Tenggara.
Menurut penelitian berjudul Melayu Jambi: Suatu Kajian Sejarah Etnis oleh Anastasia dan Nismawati Tarigan (2006), asal-usul Suku Melayu Jambi dapat dikaji dari keberadaan situs purbakala terluas di Indonesia yaitu Candi Muaro Jambi.
Candi Muaro Jambi membentang di tepian Sungai Batanghari. Keberadaan situs ini menunjukkan corak kebudayaan Melayu Kuno yang Buddhistis. Nama Jambi sendiri memiliki beberapa versi asal-usul yang berkembang di masyarakat.
Salah satu versi yang populer, dikutip dari berbagai sumber sejarah, menyebutkan bahwa nama tersebut terkait dengan masa pengaruh Kerajaan Majapahit.
Saat itu, daerah tersebut dipimpin oleh seorang ratu bernama Puteri Selaras Pinang Masak. Kata "pinang" dalam bahasa Jawa (Sunda) disebut "jambe" yang kemudian berubah bunyi menjadi Jambi. Versi ini menautkan kata jambe-jambi pada masa pemerintahan Puteri Selaro Pinang Masak sekitar abad ke-15.
Adat dan Filsafat Hidup: Bersendikan Kitabullah
Masyarakat Suku Melayu Jambi dikenal sangat menjunjung tinggi adat istiadat. Sebagian besar masyarakat Melayu Jambi menganut agama Islam dan sangat taat. Mereka menjalani hidup dengan bersendikan akitabullah.
Dilansir dari jurnal Sistem Hukum Adat Melayu Kota Jambi sebagai Aspek Budaya Dalam Rangka Kearifan Budaya Melayu Kota Jambi yang ditulis oleh Putri Andini, dkk, kitabulah merupakan pegangan masyarakat.
Bersendikan kitabullah diartikan bahwa segala ketentuan yang mengatur kehidupan dalam masyarakat berasal dari budaya nenek moyang dan bersumber dari ajaran-ajaran agama yaitu Al-Qur'an dan Hadits.
Prinsip hidup ini tertuang dalam berbagai aturan adat, salah satunya melalui Seloko Adat Melayu. Seloko berupa petatah-petitih dan pandangan hidup yang berisi pesan nilai moral, sosial, dan keagamaan bagi seluruh warga Jambi.
Menurut penelitian Nelly Indrayani dan Siti Syuhada dalam jurnal Seloko Adat Melayu dalam Membangun Masyarakat Jambi yang Berkarakter dan Multikultural, Seloko adat menjadi tuntunan dalam masyarakat Jambi yang multi-etnik.
Sistem Kekerabatan dan Mata Pencaharian
Suku Melayu Jambi menganut sistem kekerabatan bilateral, di mana garis keturunan ditarik dari pihak ayah maupun ibu. Mereka hidup dalam rumah tangga keluarga inti monogami.
Dahulu, terdapat sistem pelapisan sosial, seperti golongan atas (pemegang kekuasaan/adat), golongan menengah (saudagar besar/pemilik perkebunan), dan orang Kecik (rakyat biasa), meskipun sistem ini semakin lama semakin berubah.
Mata pencaharian utama masyarakat Melayu Jambi adalah bercocok tanam di ladang, khususnya padi. Selain itu, mereka juga dikenal sebagai petani komoditas seperti karet dan sawit. Kegiatan bertani ini dibagi menjadi empat bentuk tradisional, yaitu Parelak, Kabun Mudo, Umo Rendah, dan Talang.
Ragam Kebudayaan dan Kesenian
Kebudayaan Suku Melayu Jambi merupakan hasil akulturasi antara unsur budaya Melayu Kuno yang Buddhistis dengan unsur Melayu Islami. Hal ini terlihat dalam berbagai aspek kebudayaan, mulai dari pakaian adat hingga kesenian.
1. Kerajinan dan Motif Khas
Kain tenun Jambi, terutama batik Jambi, memiliki ciri khas yang membedakannya dengan batik dari daerah lain. Dikutip dari buku Ragam Budaya Jambi karya Syaiful Milla (2024), batik Jambi memiliki warna yang khas dan tegas, dengan empat desain dominan: merah, kuning, biru, dan hitam.
Pewarnaannya menggunakan bibit alami dari batang dan tumbuh-tumbuhan. Beberapa motif terkenal antara lain Kulit Keras Sanggat, Merak Ngeram, Tampok Manggis, dan Durian Pecah.
2. Kesenian dan Tradisi
Kesenian Melayu Jambi juga beragam. Salah satu lagu daerah yang paling dikenal adalah "Injit-Injit Semut" dan "Batang Hari". Tari tradisional yang populer adalah Tari Selampit Delapan dan Tari Sekapur Sirih, yang biasa digunakan untuk menyambut tamu kehormatan.
Selain itu, terdapat berbagai upacara adat yang masih dilestarikan, seperti:
a. Kumau
Upacara adat yang erat kaitannya dengan pertanian, dilakukan saat musim hujan tiba sebagai bentuk harapan keselamatan dan kesuburan tanaman padi. Dilansir dari Kemenparekraf, tahapan tradisi ini meliputi ngapak jambe (membuka lahan) hingga nyambau beneih (menebar benih)
b. Mandi Shafar
Upacara ritual yang diadakan setiap malam Rabu di minggu terakhir bulan Shafar untuk memohon perlindungan dari berbagai musibah.
Itulah rangkuman terkiat informasi Suku Jabi. Semoga dapat dapat menambah wawasan.
Artikel ini dibuat oleh Annisaa Syafriani, mahasiswa magang Prima PTKI Kementerian Agama.
Simak Video "Momen Suku Talang Mamak di Pedalaman Jambi Ikut Upacara HUT ke-79 RI"
[Gambas:Video 20detik]
(mep/mep)











































