10 Puisi Hari Guru Singkat-Menyentuh Hati untuk Anak SD, SMP, dan SMA

10 Puisi Hari Guru Singkat-Menyentuh Hati untuk Anak SD, SMP, dan SMA

Melati Putri Arsika - detikSumbagsel
Rabu, 19 Nov 2025 21:30 WIB
Ilustrasi anak membaca puisi atau syair
Ilustrasi membaca puisi Hari Guru. (Foto: Getty Images/iStockphoto/photosvit)
Palembang -

Peringatan Hari Guru 2025 akan berlangsung pada tanggal 25 November. Biasanya sejumlah sekolah mengadakan pembacaan puisi Hari Guru sebagai bentuk apresiasi untuk pahlawan tanpa tanda jasa.

Berbagai puisi Hari Guru dipilih dan dibacakan dengan penuh penghayatan serta makna mendalam yang menyiratkan pesan penuh makna. Biasanya, puisi ditulis sendiri atau bisa juga membacakan karya orang lain.

Bagi yang mencari berbagai judul puisi Hari Guru 2025 yang singkat hingga menyentuh hati bisa melihat ulasan di bawah ini. Berbagai contoh ini cocok dibacakan oleh anak SD, SMP, hingga SMA

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puisi Hari Guru Singkat-Menyentuh Hati

Dikutip bukuSelamat Hari Guru karya Vania Kharizma Satriawan, dkk, inilah 10 contoh puisi Hari Guru yang spesial.

Puisi 1: Guru Adalah Puisi

Karya Herman Supratikto

ADVERTISEMENT

Guru adalah puisi
yang menabur fonem di taman edukasi pada muridnya
dan membiarkan mereka merangkainya jadi kata.

Guru adalah puisi
yang menabur diksi di diruang-ruang literasi
dan membiarka mereka bermain makna dari kamus,
ensiklopedi
sampai mereka menemukan arti jati diri.

Guru adalah puisi
yang tak bisa diganti dengan genre teknologi.
Karena dalam hidup ada cipta
maka bebaskan mereka melukiskan mimpinya.
Karena dalam hidup ada rasa
maka etikabilitas mesti dibangun setinggi Burj Khalifa.
Karena dalam hidup ada karsa
maka biarkan kehendak mereka mengangkasa merajut
kodrat diri
tanpa anomali.

Guru adalah puisi yang bisa melukis gerimis di sela pancaroba.
Melembabkan tanah, menabur benih merebakkan tunas ke taman-taman kota.

Guru adalah puisi
Yang pada masanya akan selalu dibaca bagi murid-muridnya.
Guru adalah puisi
Yang ikut melukis kanvas dengan kata pada seribu kusuma bangsa.

Puisi 2: Lelahmu Lillah

Karya Bunda Azki

Saat mentari menyembul secercah rasa Kau ayun seluruh jiwa raga Rela tinggalkan sanak keluarga Hingga lembayung senja menjelma

Segenggam asa kau kumpulkan Meniti jalanan terjal bebatuan Demi kami yang selalu merindukan Duduk bersama mengisi kekosongan

Gubahan syair indah nan merdu
Tertulis rapi dalam partitur lagu
Ucapan rasa terima kasih guru
Tak sanggup mengganti semangat juangmu

Ungkapan syukur yang tak terukur
Bangga dan cinta semakin tercampur
Meraki rasa hingga rindu melebur
Untukmu wahai guru sang pelipur

Puisi 3: Dialah Guru

Karya Agus Nurjaman

Laras-laras panjang membidik manis
Generasi miris penyangga tonggak bangsa
Melesatkan peluru ilmu mengoyak kebatilan

Hancurkan kebodohan kian merajalela
Tak semudah menepis dedaunan kering
Tak seringan menenteng segumpal kapas
Betapa berat memikul garda kebenaran
Di tengah konsep kehidupan yang anarkis

Jika ada sajian terlezat itulah ajarannya Jika ada kisah termulia itulah nasihatnya Jika ada putih hati itulah keikhlasannya Jika ada lentera tak kunjung padam itulah kasihnya

Dialah guru
Tak pernah berkeluh apalagi berkesah
Menggiring si anak negeri meraih pancuh kesuksesan Meski terkadang harus memendam antologi rasa Meliuk melankolis bak ujung ilalang di desir angin

Dialah guru
Tak pernah pamrih apalagi meminta
Tak pernah lelah apalagi mengalah
Pada putaran waktu yang terus bergumul
Pada kilasan masa yang terus menyergap

Seringai jumawa merekah bak semburat mentari Manik hitamnya memandang kejayaan tanda jasanya Tersungkur dalam simpuh kesyukuran teramat khusuk Tebaran - tebaran ilmunya tiada gaplah tanpa makna Engkaulah insan termulia di dunia ini, wahai guru!

Puisi 4: Terima Kasih Guruku

Masrifa

Guru orang tua kedua ku
Di sekolah dia mengajarkan sopan santun kepada ku
Menasehati baik dan buruk suatu hal

Aku pergi mencari ilmu
Dia memberi ku cinta dan ilmu
Dia adalah pelita dihidupku
Tak pernah lelah dihadapan ku

Kau sembunyikan wajah lelah sedihmu
Seolah kau bahagia selalu
Kata-katamu penuh candu
Ku resapi dan kan kuingat selalu

Terimakasih atas semua pengorbananmu
Terima kasih atas semua jasa mu
Jasamu tak terukur
Kan selalu kukenang seumur hidup ku

Puisi 5: Mengabdi Tanpa Henti

Karya Mudmainah

Dalam sunyi kuriuhkan pinta sepenuh hati
Agar beban mengabdi tak lagi menjadi perih
Dalam sepi kuteriakkan cinta segenap rasa
Bukan karena ingin mengais nama
Tapi, demi putra-putri bangsa nan berharga

Mencoba berdamai dengan gemuruh isi kepala
Kebijakan silih berganti seiring pergantian purnama Sedikit celah saja kami menjadi tersangka Tawa mereka memberi napas panjang di setiap dahaga

Namun kami tidak goyah
Sejenak mengistirahatkan raga Duduk bersama ilalang dan bebatuan Meskipun mata ini terpejam Dalam benak berkata
"Apa kabar mereka?"

Puisi 6: Motivator

Karya Novi Widyan Ningtyas

Terlihat biasan cahaya yang cerah bersinar
Secerah senyuman yang selalu terpancar
Senyuman penuh makna dari sosok guru yang tegar
Penuh dedikasi pengabdian yang begitu besar

Engkau menjadi motivator belajar bagi anak didik
Engkau selalu mengajar, memberi panutan dan mendidik
Engkau penyemangat saat asa murid sedang tidak baik
Engkau selalu menuntun murid ke arah yang baik

Engkau laksana lentera dalam pelita
Mendidik penuh kasih dan asa
Engkau mengubah gelap gulita menjadi terang seketika
Mengayuh jutaan asa dan mengukir jiwa anak bangsa

Tampak tergambar goresan pengorbanan dan
keikhlasannya
Terlihat jelas penuh harapan pada tatapan matanya
Berharap anak bangsa tumbuh sesuai kodratnya
Berharap anak bangsa mulia akhlaknya

Selamat Hari Guru Nasional
Tetap semangat dalam mendidik generasi milenial
Tangguh, kuat di era gempuran global
Jasamu akan selalu terkenang dan kekal

Puisi 7: Guru Dalam Bingkai Zaman

Karya Siti Irmani Kasan

Guruku
Lirih doamu samar di heningnya malam
Engkau pasrahkan dirimu pada pemilik alam
Langkahmu terayun dengan lantunan zikir mendalam
Sakit dan laramu engkau simpan dalam diam
Semangat juangmu membius deretan ruang-ruang kelam
Engkau telusuri jalanan yang masih temaram

Guruku
Petuahmu bak sebuah azimat
Kebaikanmu bak Malaikat
Gerakanmu selalu elok dan memikat
Jasamu akan selalu dikenang sepanjang hayat
Jariahmu terus mengalir hingga ke akhirat
Di palung rinduku namamu kan ku semat

Guruku
Hatimu putih selembut kapas
Maafmu bak samudera luas
Demi laksanakan mulianya tugas
Engkau tak pernah letih dan memelas
Walau seluruh tenagamu terkuras
Pengabdiamu tanpa batas

Guruku
Senyum manis selalu kau kulum
Paras wajah senantiasa terlihat ranum
Aroma tubuhmu senantiasa wangi dan harum
Dirimu masih tetap menyimpan kagum
Karena engkau ingin kisahmu terangkum
Dan menyimpan dalam sebuah album

Guruku
Dalam sepi doa kulangitkan
Indah namamu kan terbingkai oleh zaman
Tatapanmu nanar menyimpan ribuan harapan
Jutaan Teknokrat hingga Negarawan
Lahir dari kepiawaianmu meramu masa depan
Jasamu tak akan pernah dilupakan

Puisi 8: Sang Embun Penyejuk Dalam Kehausan

Karya Syarifah Rayya Fayadh

Engkau bagaikan embun penyejukku dikala aku merasa
dahaga
Dahaga, sangat dahaga akan sesuatu yang membuat
tubuh ini puas
Puas akan ilmu
Ilmu yang membuat tubuh ini tidak lagi dahaga
Ajari aku wahai guru
Bimbing aku
Engkau penerangku dalam gelap
Tolong bimbing daku yang faqir ini!

Tanpamu aku bukanlah apa-apa
Bagaikan biji sawi yang berterbangan
Tanpa tau arah dan tujuan

Daku selalu mendo'akanmu
Namamu selalu hidup dalam sanubariku
Engkau rela mengajar sang faqir ini
Dengan penuh keteguhan

Pengorbanan yang tak akan terbayangkan
Walaupun kuberikan seluruh isi jagat raya ini
Engkau bidadari tanpa kenal lelah
Engkaulah sang embun penyejuk dalam kehausan

Puisi 9: Terima Kasih Guruku

Karya Ummu Arifah Ahas

Guru...
Kami datang tanpa bekal
Kami datang dengan impian Engkau wujudkan semuanya untuk kami Engkau memberi kami cahaya dalam kegelapan

Guru...
Engkau laksana embun
Engkau laksana sinar pagi
Di waktu pagi yang membasahi dedaunan Yang menerangi kegelapan Tanpamu kami tak bisa apa-apa Tanpamu kami buta akan dunia

Terima kasih guru...
Terima kasih atas pengorbananmu Terima kasih atas jasa-jasamu Semoga engkau selalu dalam lindungan Allah SWT

Puisi 10: Lukisan Jiwa Sang Guru

Karya Wahyuni Budi Hastuti

Sengatan mentari di terik siang Mutiara bening basah menghias wajah Jatuh bercucuran basahkan jiwa Mata berbinar pancarkan keikhlasan

Ketika matahari bersembunyi di balik cakrawala Cahaya lembut datang berbisik di gelap malam Bagikan cahaya pada jiwa yang papa Haus belaian tangan penuh kasih sayang

Jemari cantik liukkan gemulai pena Goreskan rasa percikkan kesejukan Lukisan indah menoreh kanvas kelas Hadirkan suasana nyaman bahagia

Ayunkan kaki kuat tebarkan harapan Hempaskan keterpurukan halau ketidakpastian Hadirkan inspirasi dalam kesuraman Melangkah seirama raih bintang di angkasa

Halaman 2 dari 7


Simak Video "Video Penegasan Menko Zulhas: MBG Perlu Profesi Ahli Gizi"
[Gambas:Video 20detik]
(mep/mep)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads