Festival Perahu Bidar Palembang telah berlangsung pada Minggu, 17 Agustus 2025. Ribuan orang memadati berbagai titik lokasi yang tersebar di sekitar Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak (BKB) hingga tepian Sungai Musi.
Masyarakat dan pendatang rela berdesak-desakan di bawah terik matahari agar bisa menyaksikan perlombaan tradisional dari Kota Palembang. Segala persiapan mereka lakukan mulai dari datang lebih awal, membawa payung, hingga mencari tempat nyaman untuk menonton.
Sebagai salah satu ikon budaya Kota Pempek, perahu bidar lekat dengan momentum perayaan Hari Kemerdekaan RI di Palembang. Fakta menariknya, perahu bidar sudah ada sejak masa Kesultanan Sultan Mahmud Badaruddin I dan terus dijaga hingga sekarang.
Di balik kelestarian bidar dari dulu hingga kini, terselip harapan besar dari berbagai elemen masyarakat untuk membuat identitas budaya Palembang dapat mendunia. Inilah beberapa hal yang diharapkan menjadi catatan untuk Festival Perahu Bidar Palembang tahun 2026.
Ruang Aman dan Nyaman Saat Menonton
Keamanan dan kenyamanan dalam menonton lomba bidar menjadi fokus Pemerintah Kota Palembang di tahun 2025. Salah satu penonton festival tahun ini, Hipsia(56) menilai pengamanan di area sungai masih kurang karena perahu kecil yang berseliweran mengganggu pandangan saat menonton.
"Penonton (di sungai) susah diatur. Ketika kita mau melihat bidar, penonton ini ikut-ikut (di belakang peserta)," ujar Hipsiah kepada detikcom, Minggu (17/8/2025).
Kondisi tersebut menjadi kendala dalam saat menyaksikan bidar. Karena itu, ia mengharapkan penjagaan maksimal dari pemerintah kota selaku penyelenggara festival perahu bidar.
"Penjagaan harus diperketat untuk di Sungai. Penonton di darat itu ingin melihat lomba bidar bukan perahu yang lewat," jelasnya.
Tak hanya masalah perahu kecil yang kerap melewati jalur lomba, penataan lokasi menonton di area BKB dan sekitarnya dianggap masih kurang maksimal. Hipsia merasa kesulitan untuk mencari tempat menonton yang aman dan nyaman bagi lansia seusianya.
Untuk mendapatkan tempat menonton strategis, ia harus berkeliling ke tiga titik lokasi untuk menemukan tempat duduk. "(Setelah) dari BKB itu kami pindah ke dermaga, tetap ramai juga, lari ke pelataran BKB. Alhamdulillah dapat tempat juga," lanjutnya.
Menurutnya, penyelenggara perlu menata tempat menonton yang lebih aman dan nyaman untuk semua kalangan. Khususnya bagi lansia, anak-anak, ibu hamil dan menyusui, hingga disabilitas.
Jalur Lomba Steril dari Perahu Penonton
Keresahan terhadap penonton yang ada di sungai juga dirasakan oleh Encik M Alaudin alias Jaka, pemilik bidar Palembang yang menyabet juara 1. Jakamenginginkan penonton bidar tahun-tahun mendatang tidak menghalangi perlombaan selama berlangsung dan memilih menonton dari pinggir Sungai.
"Untuk penonton bidar khususnya warga Palembang dan umumnya silakan menonton bidar di Sungai Musi tetapi menambatkan perahunya. Karena kalau perahu ketek jalan menimbulkan ombak dan menahan laju perahu. Sehingga dayung bidar tidak bisa melaju dengan maksimal," jelasnya.
Hal itu ia inginkan karena tidak mau kejadian tahun 2024 terulang kembali. Jaka pernah tertabrak tongkang dan ketek penonton yang berakibat perahu rusak dan tidak dapat melanjutkan perlombaan dan didiskualifikasi.
Dibandingkan dengan tahun lalu, kondisi arus lalu lintas di Sungai Musi selama perlombaan tahun ini diakui Jaka lebih stabil dan terkendali. Panitia telah berupaya untuk mengantisipasi perahu yang berkeliaran tetapi kondisi di lapangan masih banyak perahu penonton yang mengganggu.
(mep/csb)