Lambang Kwartir Daerah (Kwarda) Sumatera Selatan bukan hanya sekedar simbol. Lambang ini menyimpan makna mendalam yang mencerminkan identitas dan kejayaan daerah Sumsel.
Dari perancangan hingga proses penyempurnaan, setiap elemen dalam lambang ini memiliki makna dan pesan tersendiri yang merefleksikan sejarah dan budaya Sumatera Selatan. Berikut detikSumbagsel uraikan sejarah beserta arti lambang Kwarda Sumsel.
Sejarah Singkat Lambang Kwarda Sumsel
Dilansir dari laman resmi Kwarda Sumsel, lambang atau badge Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Sumatera Selatan merupakan hasil karya Kak S. Soetarto Amidjojo yang dirancang pada 31 Desember 1963. Badge tersebut mengalami penyempurnaan dan resmi diperbarui pada 8 Januari 1986.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyempurnaan ini dilakukan untuk menetapkan badge baru yang lebih relevan bagi Kwarda Sumatera Selatan. Proses tersebut disahkan melalui Keputusan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Sumatera Selatan dengan nomor: 125/OA/KD/1986.
Keputusan ini kemudian ditandatangani oleh Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Sumatera Selatan, Brigadir Jenderal Polisi Drs. Soenjoto, pada 11 Maret 1986. Badge ini hingga kini menjadi simbol resmi Kwarda Sumatera Selatan yang merepresentasikan identitas dan semangat Gerakan Pramuka di wilayah Sumatera Selatan.
Arti Lambang Kwarda Sumsel
Setiap elemen yang terdapat pada lambang Kwarda Sumsel memiliki arti. Masih dilansir dari sumber yang sama, berikut arti dan makna dari setiap elemen yang ada pada lambang Kwarda Sumsel.
1. Gunung atau bukit melambangkan kemegahan dan kejayaan, serta kepribadian luhur yang dimiliki Sumatera Selatan. Dalam sejarahnya, wilayah ini dikenal sebagai Bumi Kedatuan Sriwijaya, sebuah bangsa dan negara merdeka serta berdaulat pertama di Nusantara.
2. Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) yang membentang di atas Sungai Musi dan menghubungkan Seberang Ulu dan Seberang Ilir di Palembang, menjadi simbol bahwa kemerdekaan merupakan hak asasi manusia. Kemerdekaan ini diibaratkan sebagai jembatan menuju tercapainya keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, kecerdasan, keamanan, ketenangan, dan kejayaan bangsa dan negara, berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
3. Sembilan aliran sungai besar yang disebut Batang Hari Sembilan, mengalir dari pedalaman Sumatera Selatan menuju Sungai Musi dan berakhir di laut dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini menggambarkan keragaman suku, bahasa, seni, budaya, dan adat istiadat yang ada di Sumatera Selatan, namun tetap bersatu dalam harmoni. Moto "Bersatu Teguh" mencerminkan semangat persatuan di wilayah ini, sejalan dengan semboyan nasional "Bhinneka Tunggal Ika."
4. Pedalaman atau uluan, tempat sumber mata air Batang Hari Sembilan, dipandang sebagai desa yang menjadi fondasi kemakmuran kota dan negara. Oleh karena itu, desa-desa tersebut perlu dijaga, dikembangkan, dan dibangun dengan baik, karena dari sanalah kesejahteraan bangsa dapat bermula.
5. Tunas Kelapa (cikal) merupakan lambang Gerakan Pramuka
6. Tiga api berbentuk tulisan Allah yang terletak di bawah lambang cikal melambangkan kewajiban setiap manusia untuk senantiasa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, tiga api tersebut juga merepresentasikan "Tri Satya," yaitu janji yang dipegang oleh Pramuka Penggalang, Penegak, Pandega, dan Pembina Pramuka.
7. Sepuluh lidah api yang mengelilingi lambang mencerminkan "Dasa Darma Pramuka," yakni pedoman moral dan nilai-nilai yang menjadi panduan hidup bagi seluruh tingkatan Pramuka, mulai dari Penggalang hingga Pembina.
8. Dua menara pada Jembatan Ampera turut menjadi simbol "Dwi Satya," yaitu janji yang dipegang oleh Pramuka Siaga.
9. Dua bagian dari sepuluh lidah api melambangkan "Dwi Darma," yang merupakan pedoman moral khusus bagi Pramuka Siaga.
Itulah sejarah singkat dan arti lambang Kwarda Sumatera Selatan. Semoga bermanfaat.
Artikel ini ditulis oleh Wulandari, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dai/dai)