Piil Pesenggiri, Pedoman Hidup Masyarakat Lampung yang Masih Melekat

Lampung

Piil Pesenggiri, Pedoman Hidup Masyarakat Lampung yang Masih Melekat

Dian Fadilla - detikSumbagsel
Selasa, 12 Mar 2024 12:30 WIB
Tugu Siger Lampung
Foto: Tugu Siger Lampung (Wikimedia Commons/Sakurai Midori)
Lampung -

Piil pesenggiri merupakan pandangan atau pedoman hidup bagi masyarakat Lampung. Ini juga dikenal sebagai falsafah pegangan hidup atas norma dalam kehidupan sehari-hari.

Lampung memiliki beragam warisan budaya dan masih dilestarikan hingga kini. Termasuk piil pesenggiri yang dijadikan sebagai landasan berpikir, bertindak dan berperilaku oleh masyarakat Lampung di manapun mereka berada.

Dilansir situs NU Lampung, piil pesenggiri (pasunggiri, pusanggiri) merupakan pandangan hidup dari masyarakat suku Lampung yang berkonsep memiliki arti, saling berinteraksi satu individu dengan individu lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut penjelasan terkait piil pesenggiri yang dirangkum detikSumbagsel.

Sejarah Piil Pesenggiri

Masih dari situs yang sama, kata piil atau pi'il memiliki makna falsafah dan jati diri yang dipertahankan. Sedangkan kata pesenggiri merupakan pelafalan masyarakat Lampung terhadap peristiwa Pasunggiri dalam perang Majapahit-Bedahulu pada tahun 1343. Saat itu, Gajah Mada melawan Arya Pusunggiri, dengan sebagian besar pasukan berasal dari Sumatera bagian Selatan.

ADVERTISEMENT

Maka pengertian dari piil pesenggiri adalah sebuah pendirian atau prinsip yang dipertahankan mengacu pada peristiwa Pasunggiri di masa Majapahit. Tatkala Bali sulit ditaklukkan dengan kekerasan atau perang, Gajah Mada mengubah strategi menaklukkan Bedahulu Bali melalui jalan diplomasi. Dengan pendekatan kultural, dialog dan bermartabat, pada akhirnya Bedahulu dapat ditaklukkan dan kemudian menjadi bagian dari Majapahit.

Jalan diplomasi Mahapatih Majapahit Gajah Mada dalam menaklukkan Bedahulu Bali tersebut menjadi perhatian khusus bagi para prajurit Sumatera Selatan yang sebagian besar merupakan para pelajar dan pendidik dari mandala pengetahuan Buddha warisan masa Sriwijaya.

Strategi diplomasi tersebut dibawa kembali ke Sumatera Selatan dalam bentuk pengetahuan, yang kemudian diajarkan secara turun-temurun dalam bentuk sastra tradisional dan kitab adat Lampung Pepadun, Kuntara Raja Niti. Kitab yang beraksara Lampung dan Pegon berbahasa Jawa logat Banten. Pada akhirnya strategi diplomasi menjadi ajaran luhur dan prinsip hidup bagi masyarakat Lampung.

Sementara dikutip jurnal Konsep Piil Pesenggiri sebagai Falsafah Hidup Budaya Lampung terhadap Pelaksanaan Konseling Multi Budaya oleh Dita Febriana dan Hardiansyah Masya, secara harfiah piil pesenggiri berarti harga diri, yaitu filsafat hidup ulun Lampung dan menjadi landasan nilai dan norma dalam bermasyarakat.

Dapat diartikan juga sebagai konsep harga diri yang memiliki malu terhadap sesuatu yang buruk. Falsafah piil pesenggiri berasal dari dua sumber yaitu dari sub etnis Lampung Pepadun dan sub etnis Lampung Sai Batin. Kedua sumber tersebut memiliki unsur yang relatif sama sehingga mudah disepakati.

Unsur Piil Pesenggiri

Berikut unsur-unsur Piil Pesenggiri yang merupakan gabungan dari rumusan sub etnis Lampung Pepadun dan sub etnis Lampung Sai Batin.

1. Nengah Nyappur

Kata nengah memiliki 3 arti yaitu kerja keras, berketerampilan, dan bertanding sedangkan nyappur artinya adalah tenggang rasa. Dalam kehidupan sosial masyarakat Lampung, nengah nyappur merupakan hal yang harus diterapkan sebab tatanan masyarakat yang plural agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang rukun.

Nengah nyappur dapat dikatakan sebagai sikap toleran antar sesama dan menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan menjadi salah satu upaya bagi masyarakat membekali diri baik intelektual maupun spiritual.

2. Nemui Nyimah

Nemui Nyimah memiliki makna gemar bertamu atau bersilaturahmi, suka berbagi dan murah hati, dan wajib dilakukan dengan ikhlas. Menurut sumber di atas, sikap tersebut merupakan identitas masyarakat Lampung yang harus dijaga.

Nemui sendiri berarti tamu, nyimah berasal dari kata simah yang artinya santun. Di masa sekarang, nemui nyimah dilaksanakan agar terciptanya masyarakat yang bergotong-royong, aman, dan damai.

3. Sakai Sambaian

Sakai Sambaian merupakan sikap gotong-royong, tolong-menolong, dan solidaritas. Masyarakat Lampung wajib menerapkan sipak sakai sambaian dan berkontribusi pada program-program pembangunan yang telah dirancang oleh pemerintah Indonesia.

4. Bejuluk Beadek

Bejuluk Beadek atau juluk adek adalah gabungan dari dua kata yaitu juluk yang artinya nama baru ketika orang dirasa mampu menggapai cita-cita. Sedangkan adek adalah gelar yang diberikan ketika cita-cita tersebut telah tercapai.

Nama atau gelar tersebut diberikan melalui acara seghak sapei (juluk) dan acara pepadun (adek) dan menjadi identitas utama bagi masyarat Lampung.

Wajib untuk masyarakat Lampung yang sudah mendapatkan juluk adek agar menjaga gelar yang diberikan, juga menjaga tingkah laku dan sikap di lingkungan masyarakat. Juluk adek dimaknai sebagai sikap rendah diri dan saling menghormati.

Contoh Piil Pesenggiri

Dari unsur-unsur tersebut, dapat diambil sikap-sikap yang diterapkan dalam piil pesenggiri yaitu:

  • Sopan santun
  • Berperilaku baik
  • Pandai bersosialisasi
  • Memiliki cita-cita yang tinggi
  • Tolong-menolong
  • Dapat bekerjasama
  • Kerja keras, dan sikap-sikap positif lainnya

Nah detikers, itulah tadi sejarah, unsur, dan contoh dari piil pesenggiri. Semoga sikap-sikap positif tersebut dapat kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Artikel ini ditulis oleh Dian Fadilla, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads