Gambaran Pelaksanaan Tradisi Tabot di Bengkulu Beserta Sejarahnya

Gambaran Pelaksanaan Tradisi Tabot di Bengkulu Beserta Sejarahnya

Azkia Nurfajrina - detikSumbagsel
Sabtu, 12 Agu 2023 04:09 WIB
Umat Muslim di Bengkulu sambut 1 Muharram dengan tradisi Tabot.
Foto: Hery Supandi/detikcom
Bengkulu -

Di Provinsi Bengkulu terdapat sebuah tradisi tahunan yang diselenggarakan selama beberapa hari di bulan Muharram. Tepatnya pada tanggal 1-10 Muharram.

Tradisi ini disebut dengan istilah Tabot. Upacara Tabot merupakan kegiatan keagamaan yang digelar sebagian umat Islam di Bengkulu sebagai upaya memperingati kematian Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Upacara ini juga dimaksudkan sebagai penghormatan atas syahidnya cucu Nabi Muhammad SAW itu, ketika dirinya wafat di perang Karbala yang berlangsung di Irak pada tahun 61 H atau 681 M silam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penasaran dengan perayaan tahunan Tabot? Simak penjelasan dan gambaran pelaksanaan Tabot di Bengkulu pada uraian berikut, ya.

Arti Tradisi Tabot

Meski inti upacara Tabot adalah mengenang meninggalnya Husein bin Ali di perang Karbala, tapi ternyata kata 'tabot' sendiri punya arti, lho.

ADVERTISEMENT

Dinukil dari jurnal Universitas Diponegoro, istilah 'tabot' berasal dari kata 'tabut' dalam bahasa Arab yang secara harfiah berarti "kotak kayu" atau "peti".

Bila menilik dari dalam Al-Qur'an, kata 'tabut' diketahui sebagai peti yang berisikan kitab Taurat. Di mana pada masa lalu, Bani Israil meyakini bahwa mereka akan memperoleh kebaikan jika peti ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka.

Demikian sebaliknya, mereka akan tertimpa malapetaka apabila peti ini menghilang.

Sejarah Upacara Tabot

Upacara Tabot yang berlangsung selama 10 hari pertama di bulan Muharram, diyakini telah diselenggarakan sejak abad ke-14. Tradisi ini pun disebut-sebut sudah identik dengan kebudayaan Bengkulu.

Pada tahun 1990, Tabot ditingkatkan menjadi Pesta Budaya dan Festival Wisata khusus di Bengkulu. Awal mulanya Tabot hanya berisi upacara ritual, kemudian diperkaya dengan berbagai atraksi yang memberi hiburan kepada masyarakat dan daya tarik wisatawan.

Ada juga yang berpendapat bahwa perayaan Tabot di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin atau dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1985.

Imam Senggolo menikah dengan perempuan Bengkulu dan memiliki anak, cucu, hingga keturunan sampai sekarang. Garis keluarga mereka inilah yang disebut sebagai keluarga Tabot. Keluarga Tabot diketahui terdapat 17 yang terbagi dua; keluarga Bangsal dan keluarga Imam.

Serta merekalah yang wajib melakukan upacara Tabot setiap tahunnya. Sedang masyarakat Bengkulu lainnya yang bukan keluarga Tabot hanyalah sebagai penonton.

Selain itu, ada pula yang menduga bahwa tradisi Tabot dibawa oleh para pekerja yang membangun benteng Marlborough pada tahun 1718-1719 di Bengkulu.

Para pekerja itu didatangkan oleh Inggris dari Madras dan Bengali di bagian selatan India, yang kebetulan merupakan penganut Syiah.

Demikian, perayaan Tabot di Bengkulu memiliki kemiripan dengan upacara berkabung kalangan Syiah yang dikenal dengan Takziyah.

Rangkaian Upacara Tabot

Setidaknya ada delapan tahapan dalam tradisi Tabot di Bengkulu, berikut gambaran singkatnya yang masih dikutip dari jurnal Universitas Diponegoro:

1. Pengambilan Tanah

Upacara pengambilan tanah dilaksanakan pada malam hari sebelum tanggal 1 Muharram, sekitar setelah sholat Isya. Prosesi ini dilakukan di dua tempat; di Pantai Nala dan Tapak Paderi.

Pengambilan tanah dimaknai sebagai peringatan atau mengenang kembali manusia yang awalnya diciptakan dari tanah dan nantinya akan kembali menjadi tanah juga.

Upacara ini dilengkapi dengan sesajen, yang terdiri dari bubur merah, gula merah, sirih tujuh subang, rokok tujuh batang, air kopi pahit, air serobat (air jahe), air susu sapi murni, air cendana dan air selasih. Sesajen kemudian didoakan.

Setelahnya, diambil dua kepal tanah. Satu kepal diletakkan di Gerga atau layaknya sebuah benteng, dan sekepal lainnya dibawa pulang untuk disimpan di atas tabot atau peti yang akan dibuat.

2. Duduk Penja

Ritual Duduk Penja dilakukan selama dua hari, yaitu tanggal 4 dan 5 Muharram sekitar waktu sore hari. Kegiatan ini adalah mencuci benda yang disebut Penja,

Penja adalah benda berbentuk telapak tangan beserta jari-jarinya yang terbuat dari tembaga. Kemudian Penja disimpan di atas rumah sekurangnya selama satu tahun.

Sebelumnya, Penja didoakan terlebih dahulu lalu diturunkan untuk dicuci. Bersamanya, harus ada sesajen berupa emping, air serobat, susu murni, air kopi pahit, nasi kebuli, pisang emas dan tebu.

Setelah dicuci, keluarga Tabot mengantarkan Penja untuk dibungkus ke tempat penyimpanannya dengan diiringi dol atau kendang kecil dan tassa.

3. Menjara

Menjara berarti perjalanan panjang di malam hari, yang dimaksudkan untuk saling bersilaturahmi atau berkunjung ke keluarga Tabot lain. Kegiatan ini dilaksanakan pada malam hari tanggal 5-6 Muharram, mulai setelah sholat Isya.

4. Malam Arak Jari-Jari dan Arak Sorban

Arak Jari-Jari diselenggarakan pada tanggal 7 Muharram pukul 19.30 malam. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menempatkan Penja yang sudah didudukkan di atas Tabot Coki, kemudian diarak. Untuk acara Arak Sorban, yakni membawa keliling Penja dilakukan pada 8 Muharram waktu malam.

5. Hari Gam

Pada hari Gam tidak boleh ada bunyi-bunyian seperti musik sampai prosesi Tabot Naik Pangkek. Hari Gam berlangsung pada 9 Muharram mulai pagi hari.

6. Tabot Naik Pangkek

Tanggal 9 Muharram pada waktu siang hari, upacara Tabot Naik Pangkek dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan untuk menyambungkan bangunan puncak Tabot dengan bangunan Tabot Gedang di tempat pembuatannya.

7. Malam Arak Gedang

Pada sore harinya di tanggal 9 Muharram, Tabot dibawa ke Gerga untuk menaikkan Soja dan Penja ke atasnya sebelum diarak menuju tanah lapang untuk bersanding. Di malam harinya, barulah Tabot bersanding di lapangan. Inilah yang disebut malam Arak Gedang.

8. Arak-Arakan Tabot Tebuang

Tabot kembali diarak untuk bersanding di tanah lapang pada pagi hari di tanggal 10 Muharram. Setelahnya, Tabot dibawa menuju Kerabela (sebutan Karbala oleh orang Bengkulu). Namun sebelum diarak, Tabot menyembah terlebih dahulu kepada Tabot Imam dan Tabot Bangsal.

Di pintu gerbang Kerabela, juru kunci menyambut arak-arakan Tabot. Di saat itu, dilakukan ritual untuk meluruskan mana yang bengkok, yang keliru, dan yang salah. Setelahnya, barulah Tabot masuk ke kompleks pemakaman Kerabela.

Sampai di sana, dilaksanakan upacara penyerahan Tabot kepada leluhur. Tepatnya di makam Syahbedan Abdullah, yaitu ayah dari Syeh Burhanuddin.

Nah, itulah arti, sejarah, hingga gambaran pelaksanaan tradisi Tabot di Bengkulu. Semoga kita bisa semakin mengenal dan menghormati kebudayaan di sejumlah daerah ya, detikers.




(des/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads